Jihan dan Oyoh masih berdiri di teras rumah dokter Erna, menunggu kedatangan Gendis dan dokter Erna.
Mata mereka saling tatap seolah menyiratkan kekawatiran yang sama besarnya. Jihan pun tak mengerti mengapa ia harus cemas. Sejak Gendis menjadi karyawannya, entah mengapa rasa keibuan Jihan muncul begitu saja.
" Mudah-mudahan Gendis gapapa ya Bu...," kata Jihan kawatir.
" Iya Bu, Saya juga ga tau gimana nasib Gendis kalo dia bener-bener...," ucapan Oyoh hanya menggantung di udara saat terdengar suara mobil memasuki halaman.
Suara mobil yang memasuki halaman rumah dokter Erna membuyarkan lamunan Jihan. Ia sontak menoleh ke asal suara, mengikuti Oyoh yang sudah lebih dulu sampai di samping pintu mobil.
" Emaaakk...," tangis Gendis sambil menghambur ke pelukan ibunya.
Oyoh tahu, Jihan pun tahu, hal buruk apa yang tengah menimpa gadis manis di depannya. Mereka tak tahan mendengar rintihan Gendis. Akhirnya mereka bertiga pun menangis saling berpelukan di halaman rumah dokter Erna.
Lalu beriringan mereka memasuki rumah dokter Erna. Masih bingung dengan apa yang harus mereka lakukan. Gendis duduk dengan wajah menunduk sambil meremas jari tangannya sendiri.
" Kita harus gimana...?" tanya Oyoh parau.
" Tetap sesuai rencana Bu Oyoh. Gendis tinggal disini sama Saya. Dia ga mungkin pulang ke Lampung. Akan banyak hujatan dari orang-orang, yang bisa bikin Gendis tambah ngedrop...," kata dokter Erna tegas sambil merapikan rambutnya.
Oyoh memandangi wajah Gendis iba. Ia pun lagi-lagi menangis sambil memeluk Gendis yang sudah tak mampu menangis lagi.
\=\=\=\=\=
Oyoh, Jihan dan dokter Erna masih ngobrol hingga jauh malam di ruang tengah rumah dokter Erna. Sedangkan Gendis sudah tidur setelah minum obat pemberian dokter Zahra tadi.
" Saya dan suami sangat menyayanginya sejak pertama kali kami melihatnya. Waktu itu tubuhnya lebam penuh luka. Gendis ga mau bilang siapa yang sudah menyakitinya. Tapi setelah sering bertemu ia mulai berani cerita. Kami kaget, lalu mulai menyusun rencana untuk membawanya kabur. Akhirnya Kami berhasil menjadikan Gendis anak Kami dan memberi identitas baru untuknya...," cerita Oyoh sambil menangis.
Terlihat jelas Oyoh sangat menyayangi Gendis, karena ia terlihat sangat terpukul atas kejadian yang menimpa Gendis.
" Kasihan Gendis...," ucap Jihan lirih.
" Ibu ga usah kawatir. Teman-teman Saya di Kepolisian masih terus mendalami kasus ini. Semoga dalam waktu dekat kasus ini segera terungkap...," kata dokter Erna memberi semangat.
" Terimakasih dokter, semoga Allah membalas kebaikanmu dengan pahala yang berlipat ganda...," kata Oyoh sambil memeluk dokter Erna.
" Sama-sama Bu, pesen Saya, ga usah bahas ini sama siapapun di sana. Ini rahasia kita aja...," pinta dokter Erna lagi.
Oyoh dan Jihan mengangguk mengerti.
\=\=\=\=\=
Penginapan tempat Bu Jihan dan karyawannya menginap didatangi petugas kepolisian. Mereka menyamar menjadi pengunjung seperti yang lainnya. Sehingga keberadaan mereka tidak menimbulkan kecurigaan, apalagi penginapan saat itu sedang padat pengunjung.
Mereka menuju meja Reseptionist dan menanyakan keberadaan manager penginapan sambil menunjukkan lencana mereka.
Diantar seorang pelayan, mereka pun menemui manager penginapan di ruangannya.
" Mohon kerjasamanya...," kata Kevin dan Chandra ( petugas yang juga mendatangi Bagus, suami Jihan kemarin ).
Manager penginapan yang kebetulan seorang perempuan, sangat marah saat mendengar ada tindakan kriminal terjadi di penginapan yang dikelolanya. Apalagi yang menjadi korban adalah gadis usia belasan yang merupakan tamu di penginapannya.
" Kurang ajar !, siapa yang berani mencemarkan nama baik penginapan ini. Kalo ketangkep kasih tau Saya ya Pak. Saya mau cabik-cabik tuh mukanya biar cacat sekalian...," kata sangbManager bernama Rumi itu geram.
" Kami usahakan Bu. Sekarang Kami hampir menemui titik terang dari kasus ini. Mungkin Ibu bisa membantu Kami mengungkap kasus ini...?" tanya Chandra sang polisi.
" Pasti Pak !. Apa aja yang bisa Saya bantu sekarang...?" tanya Bu Rumi gemas.
" Bisa Kami pinjam rekaman CCTV di penginapan Ibu selama mereka menginap disini...?" tanya Chandra.
" Saya bisa pinjamkan rekaman CCTV pada Anda berdua, bahkan dari sebulan sebelum dan sesudah kejadian laknat itu...," kata Bu Rumi berapi-api.
" Terimakasih Bu Rumi...," kata kedua petugas itu.
Setelah mendapatkan apa yang mereka perlukan, kedua petugas itu pun meninggalkan penginapan.
Bu Rumi nampak kesal dengan kejadian yang baru saja didengarnya dari kedua polisi tadi.
" Bisa hancur citra penginapanku kalo gini caranya. Awas aja kalo ketemu orangnya, bakal Aku uleg jadi sambel...," kata Bu Rumi sambil memperagakan gaya mengulek sambel andalannya.
Terbayang olehnya gadis muda yang teraniaya itu. Bagaimana rasa sakit dan malu yang harus ditanggung gadis itu. Rumi berdecak sebal sambil memukul meja di hadapannya. Sungguh ia tak pernah menyangka ada kejadian kriminal di penginapan yang dikelolanya dengan hati-hati. Bu Rumi memanggil beberapa karyawan untuk mencari informasi.
" Siapa aja yang nanganin tamu beberapa hari sebelum tamu dari Lampung itu datang...?" tanya Rumi sambil mengetuk meja.
Beberapa karyawan mengacungkan jari.
" Yang tugas di bagian Receptionis siapa...?" tanya Rumi menyelidik.
" Saya dan Irma Bu...," jawab sang karyawan.
" Jadi waktu itu booking kamar atas nama siapa, untuk berapa hari...?" tanya Rumi.
" Booking atas nama Bu Jihan ,untuk empat hari Bu...," jawab karyawannya.
" Ada yang minta pelayanan extra ga...?" tanya Rumi lagi.
" Bu Jihan minta dipanggilin dokter saat hari mau check out, sejam sebelumnya...," kata karyawan Rumi.
" Kalian panggil dokter Budi ke kamar itu...?" tanya Rumi basa basi.
" Bu Jihan ga mau sama dokter Budi Bu, minta diperiksa sama dokter wanita aja katanya. Jadi Saya hubungi dokter Erna dari klinik 24 jam di ujung jalan sana...," kata karyawan Rumi.
" Kenapa begitu...?" tanya Rumi lagi.
" Katanya sakitnya tuh cuma bisa dipahami sama dokter wanita Bu...," jawab sang karyawan.
Rumi pun tertegun sejenak. Ia mengerti kenapa Jihan lebih memilih diperiksa dokter wanita saat itu.
Setelah selesai mengorek keterangan tanpa memberitahu tujuannya, Rumi menyuruh karyawannya kembali bekerja.
" Ya udah. Kalian boleh kembali ke tempat tugas Kalian masing-masing. Makasih infonya, tolong tutup pintunya ya...," pinta Rumi sambil tersenyum.
" Baik Bu. Kami permisi dulu...," pamit para karyawan bawahan Rumi.
Tapi sebelum Rumi meninggalkan tempat itu, seorang pelayan kamar sempat mengatakan sesuatu pada Rumi yang membuat matanya terbelalak.
" Maaf Bu. Bukannya Saya lancang. Mungkin informasi ini juga bisa membantu Ibu...," kata sang karyawan sopan.
" Ok, makasih informasinya. Tapi Saya minta Kamu simpan aja dulu, jangan beberkan pada siapapun termasuk teman-teman Kamu. Mungkin ini salah satu kartu as yang diperlukan penyidik, dan Kita akan keluarkan di saat mendesak. Saya ga mau penjahat itu bebas tanpa bertanggung jawab di penjara...," kata Rumi sambil menerawang jauh.
" Baik Bu. Saya permisi dulu...," pamit sang karyawan.
" Iya, silakan...," jawab Rumi lirih.
Rumi pun duduk terhenyak di kursi kebesarannya itu sambil mengusap wajahnya kasar.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Nur Bahagia
wahh siapa nih yg di maksud.. makin penasaran 🔥
2024-06-21
0
Zanzan
sapa síh...lànjut thôr
2023-09-15
1
Enok Wahyu.S GM Surabaya
lha kenapa baru datengin penginapan nya setelah sebulan kejadian..kok g langsung olah TKP saja ya..biar pemeriksaannya akurat ..
2023-01-20
0