Kini Yudha meringkuk di dalam jeruji penjara yang dingin. Dia tak menyangka bahwa Gendis berani mengadukan peristiwa yang menimpanya dan memasukkan Yudha ke penjara.
Padahal seingat Yudha, ia sudah mengatur semuanya begitu apik, agar kejahatannya tak terungkap.
Tapi Yudha lupa, bahwa ada Allah yang Maha Mengabulkan doa hamba Nya yang teraniaya.
\=\=\=\=\=
Gendis sangat shock saat mengetahui orang yang telah memper***a nya adalah Yudha, suami temannya sendiri. Dia bingung bagaimana cara minta pertanggung jawaban Yudha, karena akibat ulahnya kini Gendis hamil.
" Apa Mak, jadi yang jahatin Aku Bang Yudha...!" seru Gendis tak percaya.
" Iya Nak. Emak juga ga percaya. Kita semua ga percaya. Tapi ini kenyataannya. Dan dia udah ngakuin semuanya tadi...," kata Oyoh sedih.
" Kok bisa Mak. Salah Aku apa Mak...?" rintih Gendis.
Semua hanya diam dan tak menjawab pertanyaan Gendis. Mereka merasa iba. Lagi-lagi Gendis menangisi nasib buruknya yang seolah terus mengejar kemanapun ia pergi.
\=\=\=\=\=
Gendis nampak mondar mandir di kamarnya.
" Aku kasian sama anak ini kalo lahir tanpa Ayah, dia pasti malu dikatain orang, gimana nih, Aku aborsi aja kali ya...," kata Gendis bermonolog dalam hati.
Gendis lalu duduk di tempat tidur. Dia berpikir bahwa ia adalah orang ketiga dalam rumah tangga Efi dan Yudha. Ia merasa akan menghancurkan rumah tangga Efi jika ia terus mempertahankan kehamilannya.
Gendis menoleh kearah pintu saat tahu dokter Erna masuk ke dalam kamarnya.
" Bu dokter, tolong bantu Gendis gugurin anak ini. Kasian dia, Gendis ga tega...," rengek Gendis saat dokter Erna masuk dan memeriksa keadaannya.
" Kamu ngomong apa sih Dis, kasian nanti dia kesakitan kalo Kamu nangis terus...," hibur dokter Erna sambil menghapus air mata yang jatuh di pipi Gendis.
" Tapi dok...," Gendis menghentikan ucapannya.
" Kita pikirkan nanti. Saya mau kok membesarkan anak itu jika Kamu malu membesarkannya...," kata dokter Erna mantap.
" Tapi kalo Anak ini lahir, dia cuma dapet cap Anak haram dari orang. Dia juga ga akan diakui sama Bapaknya, apalagi kalo sekarang Efi juga lagi hamil. Aku ga mau dok...," ratap Gendis lagi.
" Aku akan tanggung jawab. Aku akan adopsi dia begitu dia lahir. Jadi dia ga harus tau siapa Bapaknya. Dia cuma tau kalo dia adalah anak adopsi, titik...," kata dokter Erna.
" Apa dokter serius. Dia ga akan tau siapa Bapaknya...?" tanya Gendis.
" Iya. Nanti Aku yang urus semua. Tugas Kamu sekarang, rawat dia dalam kandunganmu. Lahirkan dia untukku dengan sehat dan sslamat. Gimana...?" tanya dokter Erna sambil tersenyum.
Gendis terpana mendengar ucapan dokter Erna. Dia sangat berterimakasih pada dokter Erna yang dengan senang hati menampung dan merawatnya dengan baik. Bahkan bersedia membesarkan ananknya juga. Padahal mereka tak saling mengenal sebelumnya.
" Dokter baik banget sama Gendis. Entah terbuat dari apa hati dokter ini. Kalo ga ada dokter, gimana nasib Gendis di kota ini. Ga punya siapa pun yang Gendis kenal di sini, makasih bu dokter...," kata Gendis sambil memeluk dokter Erna
\=\=\=\=\=
Sejak Yudha ditangkap polisi karena kasus pencabulan, Efi tak berani keluar rumah. Dia mengurung diri di rumah yang ditempatinya bersama Yudaha. Ia tak mengerti mengapa Yudha bisa melakukan itu.
Hari ini Efi akan menghilangkan penasarannya dengan bertanya langsung pada suaminya.
Pagi-pagi sekali kedua orangtua dan mertuanya sudah datang untuk menjemputnya pergi ke Surabaya. Didampingi Pak Rt yang akan menjadi penunjuk jalan, karena kebetulan Pak Rt berasal dari Surabaya.
Pak Rt sangat mengenal daerah Surabaya. Sehingga perjalanan tak sulit untuk ditempuh. Efi membawa beberapa potong pakaian milik suaminya juga beberapa makanan ringan.
Saat ini Efi duduk berhadapan dengan Yudha. Hanya mereka berdua. Yang lain memberinya kesempatan untuk bicara berdua dengan suaminya itu.
" Gimana kabar Anak kita...?" tanya Yudha.
" Apa Kamu masih peduli sama Anakmu yang ada di rahimku ini...?!" tanya Efi galak.
" Aku, tentu saja, dia anakku, anak Kita. Gimana Aku ga peduli...," kata Yudha mencoba merayu Efi.
" Kalo Kamu peduli, kenapa Kamu malah mencari kepuasan lewat perempuan lain, dan sekarang perempuan itu juga hamil. Jadi Kamu sengaja ingin punya anak dari banyak sumber dengan tebar benih dimana-mana...?!" tanya Efi berapi-api.
" Aku ga maksud kaya gitu. Itu, kecelakaan. Aku lakuin itu karena Kamu ga mau Aku ajakin ML. Kamu nolak terus, apa ini salahku, semua juga gara-gara Kamu...!" bentak Yudha membela diri.
" Jangan cari alasan. Aku emang nolak Kamu ajak ML setiap hari, tapi kalo dua hari sekali Aku masih bisa kok. Sedangkan Kamu memper***a Gendis ini sudah Kamu rencanakan dari sebelum Kita sampe di Surabaya, padahal seingat Aku kita ngelakuin 'itu' juga berkali-kali sebelum kejadian. Dimana salahku, jangan lempar kesalahanmu sama orang lain...!" Efi melempar bawaannya ke wajah Yudha lalu berjalan keluar meninggalkan Yudha.
" Sayang, maafin Aku, Sayang...," Yudha kembali melunak.
" Jangan sentuh Aku. Aku jijik melihatmu dan dekat denganmu...," kata Efi datar.
" Aku tau, ini salahku. Tapi tolong jangan benci Aku. Maafin Aku ya...," pinta Yudha lagi.
" Aku pikir Kita ga bisa lanjutin pernikahan ini. Sikap Kamu yang menyukai temanku dan berencana ingin memilikinya udah bikin Aku sakit. Aku mau kita cerai...!" Efi melengos setelah mengucapkan hal itu.
" Aku ga bakal ceraikan Kamu apapun yang terjadi. Kamu ga bakal bisa cerai dariku, Kamu dengar itu. Efi...!" seru Yudha marah sambil membanting baju yang dibawakan Efi untuknya.
Efi tak peduli dan terus melangkah menemui kedua orangtua dan mertuanya.
Di luar ruangan tempat Efi dan Yudha bicara, lima pasang mata tengah menatapnya. Mereka dengar semua pembicaraannya dengan Yudha.
" Kamu gapapa Fi...?" tanya ibu Yudha pada menantunya.
" Jangan terburu-buru ambil keputusan, nanti nyesel...," kata ibu Efi sambil memeluk Efi erat.
" Saya gapapa. Tapi semua denger sendiri tadi kata Pak Polisi. Yudha merencanakan kelakuan bej**nya dari beberapa hari sebelumnya. Saya sakit hati...," tangis Efi pun pecah.
Mertua Efi hanya memandangi Efi dengan rasa bersalah. Mereka sadar, keputusan Efi untuk bercerai adalah hukuman untuk kesalahan anak mereka,Yudha.
Mereka hanya berharap, kelak Efi tak menutup akses mereka untuk menemui cucu mereka yang dikandung Efi.
Kedua orang tua itu hanya duduk terdiam sambil menghela nafas berat sambil menatap Efi yang masih menangis.
" Maaf, sebaiknya dipikir lagi dengan kepala dingin. Apa Mbak Efi ga kasian sama anak yang ada dalam rahim Mbak...?" saran pak Rt hati-hati.
" Saya justru kasian sama Anak Saya. Dia pasti malu punya Bapak kelakuannya bej** kaya gitu...!" sahut Efi emosi.
" Efiii...," ayah Efi mengingatkan.
Efi makin keras menangis. Dunianya terasa runtuh saat mengetahui fakta yang sesungguhnya.
" Maafkan Efi ya Pak Rt, mohon maklum...," kata ayah Efi mohon pengertian pak Rt.
" Iya gapapa Pak, Saya paham...," kata pak Rt sambil tersenyum bijak.
Mereka masih menunggu di ruangan itu hingga Efi cukup kuat untuk meninggalkan kantor polisi.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Nur Bahagia
iya dokter Erna baik banget 🥰 jarang banget ada orang kayak gini, tulus banget 🤩
2024-06-21
1
Nur Bahagia
👍
2024-06-21
1
Nawan Damanik
dari pembicaraan anak buah pemilik hotel dan pemilik hotel (Rumi) disebutkan bahwa Rumi menggeram...ada nama dr. Erna...bisa jadi Yudha kerjasama dengan dr. Erna, darimana Yudha dapat obat bius?
2021-03-11
2