" Jadi Bapak mohon, jangan berhubungan dulu dengan Pak Guru Ahmad. Bapak ga setuju. Dia terlalu dewasa buat Kamu...," kata Oding kala itu.
" Iya Dis. Emak juga kawatir pikiran Kamu dewasa sebelum waktunya. Dan Kamu malah ingin mencoba sesuatu juga sebelum waktunya...," kata Oyoh sambil membelai kepala Gendis dengan sayang.
" Iya Pak, Mak. Gendis bakal jauhin Kak Ahmad. Gendis kan udah pernah bilang kalo Gendis masih mau cari uang buat Patih sekolah. Jadi Emak sama Bapak tenang aja ya...," jawab Gendis.
" Alhamdulillah kalo Kamu ngerti Nak...," kata Oyoh lega karena ternyata Gendis menuruti permintaannya dan suaminya.
Gendis memang masih tak mengerti dengan keputusan kedua orangtuanya yang memintanya untuk menjaga jarak dengan Ahmad. Tapi Gendis hanya ingin mematuhi kedua orangtuanya saja, karena yakin itu adalah keputusan terbaik untuknya.
Mulailah Gendis menjaga jarak dengan Ahmad. Apalagi Gendis juga merasa sikap Ahmad padanya juga berbeda akhir-akhir ini.
Gendis yang baru pertama kali jatuh cinta merasa kecewa dengan perubahan sikap Ahmad padanya. Hubungan Gendis dan Ahmad pun berakhir begitu saja.
Sejak saat itu Gendis lebih menutup diri. Ia tak menanggapi laki-laki lain yang coba mendekatinya. Baginya belum ada laki-laki sehebat Ahmad.
\=\=\=\=\=
Hari itu Gendis dan teman-temannya dipanggil ke ruangan Bu Jihan secara khusus. Mereka dipanggil untuk diajak oleh bu Jihan ke Surabaya, karena bengkel seni mereka mengikuti pameran seni di sebuah gedung.
Gendis sangat antusias dengan kepergiannya kali ini. Gendis berpikir untuk sejenak melupakan masalah cintanya dengan berlibur ke Surabaya.
" Lumayan jalan-jalan buat ngilangin bete. Apalagi Surabaya pasti kota yang cantik, Aku bisa sekalian refreshing di sana...," kata Gendis dalam hati.
Tugas Gendis dan ketiga temannya lumayan berat. Mereka berempat harus bisa meyakinkan pengunjung pameran agar tertarik dan mau membeli produk yang mereka tawarkan. Bahkan jika memungkinkan menjadi pelanggan tetap 'Work Shop Bersama'.
Gendis sedang mempersiapkan beberapa pakaian yang akan dibawanya dibantu Emaknya.
" Berapa hari disana Dis...?" tanya Oyoh sambil melipat mukena dan memasukkannya ke dalam tas Gendis.
" Kata Bu Jihan tiga sampe empat harian Mak...," jawab Gendis sambil memeriksa dompetnya.
" Nih buat Kamu jajan disana. Jangan sampe ngerepotin bu Jihan ya...," pesan Oyoh sambil memberi beberapa lembar uang lima puluh ribu-an pada Gendis.
" Ga usah Mak, ntar semua pengeluaran ditanggung sama Bu Jihan kok...," tolak Gendis dan mengembalikan uang itu pada Oyoh.
" Bawa aja, siapa tau Kamu perlu ntar. Masa mau nungguin bu Jihan kalo pengen beli sesuatu...?" kata Oyoh memaksa.
" He he he, bener juga. Ya udah deh, Gendis bawa uangnya Mak...," kata Gendis.
Gendis memasukkan uang pemberian Oyoh ke dalam dompet dan menyimpannya hati-hati.
\=\=\=\=\=
Rombongan Bu Jihan tiba di kota Surabaya dengan menggunakan kapal laut. Ada empat orang karyawan yang dibawa bu Jihan, yaitu Gendis, Efi, Yudha dan Tomo. Mereka berempat adalah karyawan terbaik yang dimiliki Bu Jihan.
Selama di Surabaya mereka menginap di sebuah penginapan sederhana. Pagi hingga malam hari mereka mengikuti pameran seni di sebuah gedung, yang berlangsung selama tiga hari. Malam mereka kembali ke penginapan untuk istirahat. Bu Jihan sangat puas dengan kinerja karyawannya yang mengurus pekerjaan mereka dengan baik.
Sebagai bonus, bu Jihan sengaja meluangkan waktu satu hari di hari keempat, agar mereka bisa jalan-jalan menikmati keindahan kota Surabaya.
Setelah lelah berkeliling, mereka kembali ke kamar masing-masing. Sebelum masuk kamar bu Jihan mengingatkan bahwa mereka akan berkumpul lagi besok jam sepuluh pagi di loby penginapan.Mereka pun tertidur dengan lelapnya.
Saking lelahnya, Gendis pun tertidur di atas tempat tidur. Tapi tidur Gendis terganggu saat merasakan ada hembusan nafas berat di atas wajahnya. Gendis juga merasakan tubuhnya ditindih oleh sesuatu, bukan, tapi oleh seseorang.
Gendis membuka mata mencoba melihat siapa orang yang berniat kurang ajar padanya. Tapi ruangan kamar gelap. Padahal seingat Gendis ia tak mematikan lampu saat mau tidur tadi.
Gendis hendak berteriak, tapi tangan orang itu membekap mulut Gendis dengan kain yang sudah dibasahi cairan hingga tak lama kemudian Gendis tak sadarkan diri.
Orang itu tertawa puas. Lalu ia melucuti pakaian Gendis. Memandangi sejenak. Lalu melampiaskan nafsu binatangnya pada Gendis yang tak sadarkan diri.
Malam itu kesucian Gendis terenggut dengan paksa, tanpa Gendis tahu siapa yang telah merenggutnya.
Berkali-kali pria l*kn*t itu menggauli Gendis.
Rupanya pengaruh obat bius itu begitu kuat, sehingga Gendis tak juga tersadar dalam waktu beberapa jam.
\=\=\=\=\=
Gendis terbangun dengan sekujur badan terasa sakit. Gendis meraba kepalanya yang juga terasa sangat sakit. Gendis memandang sekelilingnya. Seolah baru tersadar, Gendis berusaha untuk bangun. Tapi ia terkejut, saat mendapati dirinya yang tak berpakaian sehelaipun.
Apalagi di bagian in**m nya terasa nyeri dan sangat sakit, ada bercak darah disana, dan darah juga berceceran di sprei tempat tidur.
Gendis menjerit, menangis sejadi-jadinya. Ia sadar telah terjadi sesuatu yang buruk padanya. Ia terus menangisi nasib buruk yang menimpanya. Ia tak bisa banyak bergerak. Hingga bu Jihan yang kebetulan kamarnya bersebelahan dengannya pun masuk.
" Gendis, Kamu kenapa Nak, Gendis...!" teriak bu Jihan saat mendapati kondisi Gendis yang tak lazim sambil menangis.
Bu Jihan langsung mengunci pintu dan segera memeluk Gendis yang tengah menangis.
" Aku dipe*k**a orang Bu...," rintih Gendis sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.
" Astaghfirullah. Siapa Dis, Siapa yang bikin Kamu kaya gini...?" tanya Bu Jihan marah.
" Aku ga tau Bu. Sakit Bu, sakiitt...," rintih Gendis sambil menggelengkan kepalanya.
Bu Jihan ikut menangis. Dia juga bingung. Lalu Bu Jihan meminta pelayan penginapan memanggil seorang dokter wanita ke kamar Gendis.
Sementara itu Yudha, Efi dan Tomo masih duduk menunggu di loby penginapan. Mereka sudah menunggu lebih dari setengah jam. Tapi Bu Jihan dan Gendis belum juga tampak batang hidungnya. Tiba-tiba seorang pelayan penginapan menyampaikan pesan Bu Jihan pada Yudha.
" Mas Yudha...?" tanya sang pelayan.
" Iya betul...," jawab Yudha.
" Ini ada titipan tiket dari Bu Jihan. Beliau bilang, Mas Yudha bertiga sama temennya pulang duluan aja ke Lampung, Bu Jihan ada urusan dulu. Ngajak Mbak Gendis buat nemenin beliau...," kata sang pelayan sambil memberikan amplop berisi tiket dan uang tunai.
" Sekarang Bu Jihannya mana...?" tanya Efi.
" Udah keluar tadi sama Mbak Gendis...," jawab sang pelayan.
" Ya udah gapapa, makasih ya Mas...," kata Tomo.
Mereka bertiga pun meninggalkan penginapan dan langsung menuju pelabuhan untuk kembali ke Lampung menggunakan kapal laut.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
pioo
loh emg ga dikunci
2024-10-02
1
Zanzan
kok bisa kamar hótel dimasuki org..,
2023-09-15
1
Dewi
Jahat skli siapa c itu yg mmpr***sa gendis 😭😭
2022-11-26
3