Setelahnya Gendis kembali mengayuh sepedanya untuk pulang menemui ibunya.
Gendis ingat bagaimana rupa guru baru yang akan mengajar di sekolah Patih tadi.
" Masih muda, tampan, ramah. Pasti bakal jadi idola di sekolah dan di seluruh kampung nih...," kata Gendis senyum-senyum sendiri.
Sejak diantar Gendis sekali ke sekolah, Patih seperti ketagihan dan hanya mau diantar jemput oleh Gendis.
" Tapi Kakakmu sekarang kan udah kerja. Nanti repot kalo harus antar jemput Kamu...," kata Oyoh mencoba memberi pengertian pada Patih.
" Gini aja, Kakak anterin Kamu sekolah, ntar pulangnya dijemput sama Emak, gimana ?" tanya Gendis memberi solusi.
" Mmm, iya deh. Abis mau gimana lagi...," keluh Patih.
" Ntar insya Allah kalo Kakak gajian, dibeliin es krim ya...," janji Gendis.
" Beneran, janji ya Kak, awas kalo bo'ong...," kata Patih semangat.
" Iya tapi Patih janji, harus belajar yang rajin. Dapet nilai yang bagus, biar Emak, Bapak dan Kakak seneng, gimana...?" tanya Gendis.
" Ok, Patih bakal belajar yang rajin. Biar ntar jadi orang sukses dan bisa bikin Emak, Bapak sama Kakak seneng juga...," janji Patih sambil memeluk sang kakak.
Gendis menganggukkan kepalanya, senang karena berhasil membujuk adiknya.
\=\=\=\=\=
Tiba di sekolah, seperti biasa Gendis mengayuh sepedanya hingga masuk area sekolah. Setelah menurunkan Patih, Gendis pun meninggalkan sekolah Patih.
Gerak gerik Gendis tak luput dari pengawasan Ahmad sang guru baru. Ahmad tertarik dengan kepribadian Gendis.
Selain cantik, santun, cara berpakaian Gendis juga terbilang sopan untuk ukuran gadis seusianya di desa itu.
" Gadis itu memang cantik. Bukan hanya lahirnya tapi juga batinnya. Kapan Aku bisa mengenalnya lebih dekat...," kata Ahmad bermonolog.
" Kenapa Pak Guru Ahmad...?" tanya security sekolah.
" Ehm, gapapa Pak. Lagi liat-liat aja. Siapa tau ada barang bagus...," jawab Ahmad salah tingkah.
" Barang bagus yang Pak Guru maksud itu Mbak Gendis ya, kan udah ga keliatan Pak Guru..." ledek sang security.
Ahmad nyengir sambil berlalu karena malu ketahuan tertarik pada sosok Gendis yang sederhana itu.
Gendis memang berbeda. Disaat gadis seusia Gendis banyak yang mengenakan baju pas body dan sedikit agak berlebihan berdandan. Mungkin menurut mereka itulah yang dimaksud modis. Walau model pakaian tak sesuai untuk mereka, tetap mereka pakai untuk mengejar kata 'modis' tadi.
Gendis mengayuh sepedanya ke sebuah work shop atau bengkel seni milik Bu Jihan. 'Work Shop Bersama' begitulah namanya.
Bu Jihan sengaja mengajak para remaja di desanya untuk membantunya dalam pembuatan souvenir, dengan bahan baku tempurung kelapa yang memang banyak di desa itu. Kemudian souvenir home made tadi dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia.
Hasil kerajinan tangan karyawan di Work Shop Bersama memang bagus dan bisa bersaing di pasaran.
Bahkan sudah ada pelanggan tetap dari Surabaya dan Jakarta yang memesan secara rutin produk dari Work Shop milik Bu Jihan itu.
Gendis senang bisa bergabung disana. Ia jadi punya teman banyak dan tentu saja punya penghasilan tambahan untuk membantu Emak dan Bapaknya.
Jam kerja di bengkel seni itu juga sama dengan karyawan kantor pada umumnya. Penghasilan karyawan juga lumayan. Apalagi Jihan bukanlah orang yang pelit. Dia akan membagi keuntungan kepada para karyawan jika sedang dapat banyak orderan. Biasanya keuntungan dibagikan berupa bonus karyawan di hari-hari tertentu jika penjualan sudah melebihi target.
Gendis merupakan salah satu karyawan teladan di bengkel milik Jihan. Banyak ide yang dimiliki Gendis dan dituangkan dalam karyanya. Membuat Jihan sangat salut dengan kinerja Gendis.
" Assalamualaikum Bu...," sapa Gendis pada Bu Jihan yang sedang menghitung barang yang akan dikirim ke Jakarta.
" Wa alaikumsalam, kebetulan nih ada Gendis. Tolong bantu Saya menghitung ulang jumlah barang yang akan dikirim ini ya Dis...," pinta bu Jihan.
" Baik Bu...," jawab Gendis yang dengan cekatan ikut membantu Bu Jihan menghitung.
Sikap Gendis yang cekatan membuat Bu Jihan senang, dan meminta Gendis mengurus kiriman selanjutnya.
" Kalo ada yang kurang, bilang aja sama Mbak Gendis ya Pak...," kata bu Jihan pada supir mobil.
Setelah membantu bu Jihan mengurus pengiriman barang, Gendis pun masuk menuju bengkel, sebuah ruangan untuk tempat produksi souvenir.
" Tumben baru dateng Dis...," sapa Efi, teman baiknya.
" Udah dateng dari tadi kok. Tapi disuruh Bu Jihan bantuin ngitung barang tadi di depan...," kata Gendis sambil duduk di samping Efi.
Ada beberapa orang remaja dan dewasa yang duduk disana. Bu Jihan sangat baik, karena memperlakukan mereka semua seperti anaknya sendiri.
Bu Jihan dan suaminya tidak memiliki anak. Anak lelaki satu-satunya hilang saat kecil ketika diajak berlibur ke Jakarta. Mereka masih mencari keberadaan anak itu hingga saat ini. Usia sang anak sekarang 24 tahun jika masih hidup.
" Yang sudah dipernis pisahin di sini ya, sekalian diangin-angin biar cepet kering...," kata Yudha, ketua kelompok mereka.
" Siap Bos...," jawab Gendis dan teman-temannya.
Yudha hanya tersenyum simpul menanggapi ulah teman-temannya.
Yudha adalah yang paling dewasa diantara para remaja itu. Ia lulusan sekolah teknik, dan lebih paham soal kayu, karena produksi juga memakai berbagai macam jenis kayu. Makanya Bu Jihan menunjuknya jadi ketua kelompok yang bertanggung jawab atas hasil kerja teman-temannya.
Yudha bukan orang yang sombong. Meskipun Gendis menaruh hati pada Yudha, tapi Gendis mengalah saat Yudha lebih tertarik pada Efi.
" Efi lebih layak bersanding sama Yudha dibanding Aku. Yudha aja ga pernah ngelirik Aku sama sekali. Pasti mereka bahagia karena saling mencintai...," batin Gendis ikhlas.
Usia Gendis dan Efi sama-sama 18 tahun. Tapi Efi tampak lebih dewasa karena pandai berdandan, tidak seperti Gendis.
Gendis hanya memakai bedak bayi tanpa lipstik untuk kesehariannya. Walau cantik, tapi Gendis terlihat kurang menarik di mata Yudha. Makanya Yudha lebih memilih Efi.
Hubungan Efi dan Yudha semakin serius dan mendapat dukungan dari teman dan keluarga kedua belah pihak. Kabar terakhir yang beredar, mereka sedang mempersiapkan pernikahan mereka yang akan dihelat sebentar lagi.
Undangan pernikahan Yudha dan Efi sudah disebar. Tinggal menunggu hari mereka akan resmi menjadi pengantin. Tapi Efi dan Yudha sengaja belum mengambil cuti, karena masih ingin membantu Bu Jihan yang sudah sangat baik pada mereka.
Bu Jihan memang membantu membiayai pernikahan Yudha dan Efi, terutama makanan catering.
" Undangan udah disebar. Jangan lupa dateng ya Dis, ajak juga lah pacarmu...," kata Yudha ramah.
" Bisa aja nih Bang Yudha. Saya belom punya pacar Bang, masih pengen kerja dulu...," jawab Gendis ringan.
" Gapapa ga bawa pacar. Yang penting dateng...!" kata Efi galak.
Semua yang mendengar kata-kata Efi tertawa.
Saat hari H pernikahan Efi dan Yudha, bengkel seni milik Jihan juga tutup. Bahkan bengkel tutup selama tiga hari. Dan buka hanya untuk melayani pesanan.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟRoss"kita" 𝕱𝖘🏚ᵉᶜ✿
hooh kaya nya... akupun berpikir demikian
2022-12-27
1
[Bayu Pratama]
uwiih tebakan nya itu loh
2022-05-09
1
Ahmad Haidir
pasti si Ahmad yg hilang kan
2022-01-01
2