Erna duduk di kursi taman samping ruang UGD. Meskipun malam, tapi pencahayaan di taman itu cukup terang. Ada beberapa orang juga yang tengah ngobrol di taman itu sambil menunggui keluarganya yang dirawat di Rumah Sakit itu.
Adam mengikuti Erna ke taman, dia seperti enggan menjauh dari wanita yang baru saja dikenalnya itu.
" Apa Kamu ga mau makan dulu, ini udah malam. Kamu harus punya cukup tenaga untuk menunggui orang sakit...," kata Adam hati-hati.
Erna tertawa mendengar ucapan Adam. Tawa yang terdengar indah di telinga Adam, membuatnya lagi-lagi terpana.
" Maaf, bukan menertawakanmu. Kalimat yang Kamu ucapkan tadi adalah kalimat yang biasa Saya ucapkan pada keluarga pasien. Ternyata Saya mendengarnya juga dari orang lain buat Saya...," kata Erna disela tawanya.
Adam tersenyum mendengar pernyataan Erna. Ia merasa beruntung bisa melihat bermacam ekspresi Erna dalam beberapa jam mengenalnya. Panik, sedih, tersenyum, tertawa. Adam sepertinya mulai jatuh cinta pada sosok Erna, si dokter imut berkacamata.
" Gimana kalo Kita makan dulu...," ajak Adam memaksa.
" Ini bukan ajakan candle light dinner kan ya...," kata Erna bergurau.
" Bukan lah. Kalo candle light dinner buat Kamu pasti Saya bikin istimewa, di tempat yang istimewa juga. Biar Kamu ga bisa lupa...," sahut Adam asal.
Mereka berdua kembali tertawa. Setelah meminta Tito menjaga Gendis, Adam pun mengajak Erna keluar mencari makan di warung dekat Rumah Sakit.
" Gapapa kan kalo Kita makan di sini...?" tanya Adam hati-hati.
" Santai aja. Aku juga sering makan di tempat kaya gini kok...," kata Erna sambil menahan senyum.
" Syukur deh. Ga malu Aku jadinya...," kata Adam sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Mereka memesan soto Lamongan yang terkenal itu. Mereka makan dengan lahap sambil terus ngobrol. Tanpa mereka sadari, mereka menjadi lebih dekat, bahkan mungkin terikat.
\=\=\=\=\=
Sementara itu, darah yang mengalir dari rahim Gendis di dekat pohon besar itu ( tempat Gendis terjatuh )terus meresap ke dalam tanah. Terus meresap, perlahan, terus..., hingga habis, bersih tak tersisa.
Di permukaan tanah dekat akar pohon sudah tak nampak lagi sisa tetesan darah.
Bersih seperti tak pernah ada apapun disana.
Tapi darah yang meresap itu tidak hilang. Darah itu seperti dihisap oleh sebuah kekuatan tak kasat mata. Yang sudah lama tak mencium aroma darah dan meminumnya.
Darah yang meresap ke dalam tanah itu telah membangunkan sesuatu, yang bersemayam jauh di bawah tanah. Sesuatu itu mulai berdenyut, bergerak, dan membuka matanya.
\=\=\=\=\=
Gendis gelisah dalam tidurnya. Di sampingnya Erna menemaninya dengan sabar sambil mengerjakan sesuatu di laptopnya. Gendis sudah dipindahkan ke ruangan rawat inap kelas satu sesuai permintaan Adam sejak malam ketika Gendis tersadar. Sudah tiga hari Gendis dirawat untuk pemulihan.
( " Mama, mama...," )
" Anakku...!" jerit Gendis langsung terbangun dan membuka matanya.
" Ada apa Dis, Kamu mimpi buruk ya...?" tanya Erna sambil mengusap keringat di dahi Gendis.
''Bu dokter, Anakku, dia manggilin terus daritadi...," kata Gendis sedih.
Erna memeluk Gendis dan menenangkannya.
Tiba-tiba pintu terbuka , masuklah Adam yang membawa keranjang berisi buah-buahan untuk Gendis.
" Kenapa, mimpi buruk lagi...?" tanya Adam sambil mendekat kearah Erna.
Erna mengangguk. Ia hampir putus asa menghibur Gendis. Keguguran yang terjadi pada Gendis membuatnya sangat terguncang. Apalagi cara yang menyebabkannya keguguran masih tak dipahami oleh Gendis.
( " Mama, Mama. Aku kedinginan Mama...," )
" Tuh, dok, denger kan, Anakku memanggil terus. dia kedinginan...," racau Gendis sambil mencari arah datangnya suara.
Erna tak tahan lagi. Ia mulai menangis diam-diam. Erna menekan tombol darurat untuk memanggil dokter. Bukan Erna tak bisa menolong Gendis. Tapi saat ini posisi Erna hanyalah keluarga pasien.
Dokter dan perawat datang, dan dokter pun mulai memeriksa keadaan Gendis. Erna dan Adam berdiri berdampingan. Adam perlahan menggenggam jari-jari Erna yang dibalas oleh Erna. Mereka saling menguatkan melalui genggaman tangan yang saling bertaut.
" Saya akan memanggil kedua orangtuanya kesini...," kata Erna pelan.
Adam mengangguk setuju.
" Itu lebih baik...," sahut Adam mengiyakan. Dia senang karena Erna memberitahunya apa yang akan dilakukannya. Adam juga senang bisa lebih dekat dengan Erna.
Saat menyadari jarinya menggenggam tangan Adam Erna pun tersentak kaget. Erna melepaskan tautan jarinya dengan wajah memerah karena malu. Erna salah tingkah dengan sikap yang tak disadarinya tadi. Sedangkan Adam terlihat santai.
Kemudian Adam menjawab telephon yang masuk ke ponselnya. Diam-diam Erna menatap Adam yang sedang sibuk memberi perintah pada bawahannya melalui telephon.
Saat Adam menatapnya, Erna melengos sambil pura-pura mengerjakan sesuatu. Adam tersenyum simpul melihat tingkah Erna, lalu berjalan menghampiri Erna perlahan.
" Kamu kalo kaya gini bikin tambah gemes tau ga...?" bisik Adam di telinga Erna.
Erna menoleh ke arah Adam, mencoba memastikan pendengarannya. Tapi yang didapati justru tatapan Adam yang lembut disertai senyum tulus yang menghiasi wajahnya.
Erna terbatuk-batuk karena gugup. Adam mengambilkan botol air mineral di meja dan menyerahkannya pada Erna.
Erna meneguknya cepat, tapi ia kembali terkejut saat Adam kembali menggodanya.
" Itu botol air yang Aku minum tadi. Kalo Kamu minum itu juga, berarti kita ga sengaja udah kissing dong...," canda Adam.
Erna refleks melempar botol air mineral itu ke kepala Adam hingga airnya tumpah membasahi kepala dan baju Adam.
" Maaf, Kamu sih, becandanya ga lucu tau...," kata Erna sambil mengambil tissu bermaksud mengelap baju Adam yang basah.
Tapi belum sempat tissu itu mengenai Adam, tangannya sudah dicekal oleh Adam. Erna terkejut, dan hampir marah dengan sikap kurang ajar Adam.
" Kamu...?!" suara Erna tercekat di kerongkongan.
" Saya suka sama Kamu...," kata Adam sambil menatap ke manik mata Erna.
" Lepas...," kata Erna.
" Jawab dulu...," kata Adam makin menarik Erna mendekat kearahnya.
Erna pun mengangguk, lalu berusaha menarik tangannya agar lepas dari cekalan Adam.
" Tunggu, itu artinya apa...?" tanya Adam penasaran.
" Kamu kan udah dewasa, masa gitu aja ga tau...," sungut Erna.
" Mmm, gitu ya. Kalo versi orang dewasa, ngangguk itu berarti iya, kalo iya berarti kita jadian, kalo jadian berarti...," ucapan Adam terputus.
" Ck, iya, terserah Kamu ngartiin apa. Udah jangan bahas lagi. Malu tau...," kata Erna sambil menunduk dan menutupi wajahnya dengan telapak tangan.
Adam tertawa dan meraih Erna ke dalam pelukannya.
Sungguh ia merasa sangat beruntung bisa menjadikan Erna kekasihnya. Dan mungkin menjadi istrinya kelak.
Erna pun merasa beruntung bertemu Adam, pria dewasa yang tak banyak menuntut dan pengertian.
Bagi Adam dan Erna yang sama-sama dewasa, tak butuh waktu lama untuk saling dekat dan mengenal.
Mereka cukup paham perasaan apa yang mereka rasakan sekarang.
Mereka berharap yang terbaik untuk masa depan mereka kelak.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Nur Bahagia
yeayyy Erna dan Adam pacaran 🥰
2024-06-21
1
Nur Bahagia
wuaahh kok jadi sereemmm 😱
2024-06-21
1
Nur Bahagia
🔥🥰
2024-06-21
1