Erna berlari menuju ruang UGD, mencari informasi keberadaan Gendis dengan panik.
Sikap Erna yang panik tak luput dari perhatian Adam. Apalagi seorang perawat menunjuk ke arah Adam. Erna menghela nafas panjang, lalu melangkah mendekati Adam.
" Bapak Adam...?" sapa Erna.
" Iya, apa ada yang bisa Saya bantu...?" tanya Adam.
" Saya mencari gadis ini, dia Adik Saya...," kata Erna sambil memperlihatkan foto Gendis di HPnya.
" Saya tadi membawanya kesini. Dia...," Adam ragu melanjutkan ucapannya.
" Kenapa, Saya cuma mau tau keadaannya, dia sedang hamil, di dalam sedang ditangani oleh dokter...," kata Erna cemas.
" Mmm, dia pendarahan tadi. Saya liat sudah banyak orang yang menonton tapi tak ada seorang pun yang menolong. Makanya Saya putuskan untuk membawanya ke Rumah Sakit. Saya belum sempat tanya apa-apa dia sudah pingsan...," kata Adam panjang lebar.
Erna terduduk lemas. Ia hampir menangis mendengar cerita Adam.
" Gendis...," panggil Erna lirih sambil mengusap ujung matanya yang basah.
Mereka terdiam sambil menunggu kabar dari perawat. Diam-diam Adam memperhatikan Erna.
" Gadis cantik berkacamata, kulit sawo matang, rambut hitam, tinggi semampai, manis...," batin Adam memuji Erna.
Tapi Adam tergagap saat menyadari dia sedang memuji seorang wanita di hadapannya. Adam pun terbatuk untuk menetralisir perasaannya.
Erna menoleh mendengar Adam yang terbatuk-batuk.
" Mmm, makasih sudah menolong adik Saya...," kata Erna sambil tersenyum.
" Sama-sama. Saya Adam...," kata Adam sambil mengulurkan tangannya.
" Saya Erna...," kata Erna sambil membalas jabatan tangan Adam.
Sejenak mereka bertatapan. Lalu saling memalingkan wajah dan melepaskan jabat tangan mereka.
" Maaf, kelamaan ya Pak. Ngantri tadi di kantin...," ucap Tito tergopoh-gopoh.
" Gapapa. Kamu beli juga kan To...?" tanya Adam sambil menerima makanan yang dibawa Tito.
" Saya belom lapar Pak...," jawab Tito.
" Kamu udah makan ?, ini makan aja dulu. Yang ini buat adikmu, kawatir dia bangun dan lapar mau makan, jadi dibeliin bubur nasi aja...," kata Adam menawarkan Erna untuk mengambil makanannya.
" Ga usah, makasih. Saya udah makan tadi...," jawab Erna sambil tersenyum.
" Tapi ini udah terlanjur dibeli. Ya udah, ambil yang buat Adik Kamu aja...," kata Adam tersenyum sambil menyodorkan makanan untuk Gendis.
" Baik, kalo Anda memaksa. Makasih...," kata Erna tulus sambil tersenyum manis.
Adam terpana sejenak melihat senyum manis Erna. Ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya saat melihat sdnyum Erna. Adam pun berdehem untuk menetralisir perasaannya.
" Pak Adam, pasien sudah sadar...," kata perawat memanggil Adam.
Adam dan Erna bergegas masuk ke ruang UGD. Mereka melihat Gendis yang tergeletak di tempat tidur dengan keadaan yang mengenaskan.
" Gendis...," Erna setengah menjerit.
Gendis hanya memandang kosong kearah Erna dan Adam bergantian.
" Lho, dokter Erna...?" tanya seorang dokter yang kebetulan datang memeriksa Gendis.
" Ehh, dokter Sita...," jawab Erna sambil mengusap matanya yang kembali basah.
" Ini...," dokter Sita tak melanjutkan ucapannya.
" Adik angkat Saya, korban yang pernah Saya ceritakan dulu...," kata Erna lirih.
Dokter Sita mengangguk paham dan melanjutkan mengecek keadaan Gendis.
" Maaf, bayinya ga selamat. Pendarahannya terlalu hebat. Sepertinya ia diracuni...," ujar dokter Sita berbisik.
" Astaghfirullah...," desah Erna pilu.
" Apa perlu Kita lapor Polisi...?" tanya dokter Sita serius.
" Mmm, ga usah. Ini aja udah bikin Adik Saya shock. Biar Saya aja yang urus...," kata dokter Erna.
" Baik kalo begitu. Saya permisi dulu...," kata dokter Sita setelah menyalami dokter Erna.
Pembicaraan dua orang wanita di depannya didengar jelas oleh Adam. Satu sisi dia bertambah kagum pada Erna yang ternyata adalah seorang dokter. Satu sisi lagi ia prihatin atas kejadian buruk yang menimpa Gendis.
" Kamu gapapa...?" tanya Adam lembut.
" Iya, Saya gapapa...," kata Erna hampir tak terdengar.
Adam pun mengangguk walau ia tahu Erna sedang berbohong.
Kejadian yang menimpa Gendis tak sengaja malah mendekatkan hati dua orang dewasa yang sedang berada di dekatnya.
Perasaan cemas sekaligus nyaman dirasakan oleh Erna dalam waktu bersamaan. Tapi Erna mencoba menepisnya. Ia hanya ingin fokus pada Gendis saat ini.
" Mau makan...?" tanya Erna lembut.
" Mmm, iya...," jawab Gendis.
Erna duduk lalu membuka bungkusan bubur ayam yang dibeli Tito tadi. Ia menyuapkan bubur ke dalam mulut Gendis perlahan. Gendis lahap menyantap makanannya hingga tandas. Lalu ia menatap perutnya dan mengelusnya pelan.
" Dia pergi dokter, dia udah ga ada lagi disini...," rengek Gendis dan langsung menangis.
" Sabar ya Dis, Allah lebih sayang sama dia...," kata Erna mencoba menghibur.
" Mereka orang jahat, mereka udah masukin sesuatu ke mulut Gendis. Gara-gara itu Gendis kehilangan bayi Gendis...," kata Gendis meracau tak jelas.
" Gendis ga usah pikirin itu dulu. Gendis istirahat ya...," pinta Erna yang agak terkejut dengan ucapan Gendis barusan.
Lalu Erna memeluk Gendis dan mengusap punggungnya dengan sayang. Sesekali memberikan ucapan penghibur agar Gendis tetap sabar dan kuat.
Sikap Erna pada Gendis mendapat perhatian Adam. Ia nampak kagum pada kepribadian Erna, dokter Erna tepatnya.
Adam masih ikut menunggui Gendis di depan ruang IGD. Ia juga tak mengerti, mengapa ia melakukan hal itu. Bahkan ia menyuruh sang supir, Tito untuk pulang dan membiarkannya di Rumah Sakit malam itu.
" Apa Bapak mau nemenin gadis itu, kan udah ada keluarganya di sini Pak...," kata Tito tak mengerti.
" Iya. Aku ngerasa iba aja. Apalagi mereka perempuan. Kawatir mereka butuh sesuatu nanti...," kata Adam pelan.
" Iya juga ya Pak. Ya udah, Saya ada di parkiran kalo Bapak butuh Saya nanti...," kata Tito lagi.
" Ok. Makasih To. Saya senang karena Kamu tau apa yang Saya mau...," kata Adam sambil menepuk pundak Tito.
Sementara itu di kamar IGD.
Setelah minum obat Gendis pun tertidur. Erna lalu keluar memberi kesempatan Gendis untuk istirahat.
Erna keluar untuk mencari udara segar di luar kamar. Saat sedang menghirup udara di luar, tiba-tiba Adam datang dan menyapanya.
" Jadi Kamu juga dokter...?" tanya Adam yang berdiri di belakang Erna.
Eena mengangguk mengiyakan.
" Tapi Saya ga dinas di Rumah Sakit ini...," kata Erna sambil mengibaskan rambutnya.
Adam terpana dengan tingkah Erna di hadapannya.
" Kenapa Anda masih di sini. Bukannya harusnya udah pulang ya...?" tanya Erna tak mengerti.
" Saya mau nemenin Kamu sampe Adik Kamu bangun dan dipindah ke ruang rawat inap...," jawab Adam jujur.
Erna menggigit bibirnya mendengar ucapan Adam. Ada rasa haru sekaligus nyaman mengetahui seorang pria memperhatikannya.
" Ga perlu. Saya udah biasa kok. Kan Saya juga dokter...," elak Erna basa basi.
" Emang dokter ga boleh panik, ga boleh ditemenin juga...?" tanya Adam kocak.
" Ehm, boleh kok...," jawab Erna sambil tersenyum.
" Ck. Senyumnya itu, kenapa manis banget sih...," gerutu Adam sambil berdecak sebal.
Adam lalu mengalihkan pandangannya dari senyum Erna yang memabukkan buatnya.
bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Nur Bahagia
uhuuyy ada romansa di balik nestapa 🤩 mungkin ini hadiah manis buat dokter Erna yg baik.. dipertemukan dgn orang baik juga 🥰
2024-06-21
1
Aya Vivemyangel
cieee cieee ,,, adegan sedih mlh ada sedikit romancey nih 😂😂
2022-06-24
1
Sholeha Sholeh
paling yg ngeracunin gendis orang suruhannya Efi
2021-09-29
1