Gendis sedang duduk sambil melamun saat teman dokter Erna yang bertugas di kepolisian datang menemuinya.
" Gimana kabarmu hari ini Gendis...?" tanya sang Polwan cantik bernama Rita.
" Seperti yang Ibu liat...," jawab Gendis datar.
" Baik, bisa kita bicara penting ?, apa Kamu sudah siap. Kita akan bicara tentang...," ucapan Rita terputus.
" Saya siap...," jawab Gendis tegas.
" Baik, Kita mulai...," kata Rita lagi.
Lalu Rita mulai investigasinya pada Gendis yang sesekali nampak rapuh dan menangis, walaupun berusaha tegar.
Gendis menjawab semua pertanyaan Rita dengan tegas, dan tak ada keraguan di wajahnya. Berikut adalah percakapan antara Gendis dan Polwan itu.
P : " Apa Kamu bisa mengenalinya jika suatu saat bertemu lagi dengannya...?"
G : " Saya ga tau...."
P :" Apa Kamu ingat sesuatu sebelum kejadian, hal terakhir apa yang Kamu lakukan...?"
G :" Periksa pintu dan lampu kamar...."
P : " Menurut Kamu, apa yang ganjil saat kejadian...?"
G : " Gelap, karena lampu kamar mati...."
P : " Jadi Kamu tak mematikan lampu kamar, begitu...?"
G : " Iya, seingat Saya lampu dalam keadaan menyala saat Saya hendak tidur, karena Saya takut gelap...."
P : " Suaranya, apa Kamu kenal suaranya ?"
G : " Samar...."
P : " Kamu bilang Kamu tak tau apa-apa sampai ketika Kamu bangun pagi itu...?"
G : " Semua gelap, waktu Saya bangun, saya sudah b**il, dan banyak darah. **** * saya juga sakit dan berdarah...," kata Gendis pelan sambil menunduk.
Selesai. Pertanyaan berakhir.
Sebelum pergi, Rita menepuk pundak Gendis pelan.
" Saya akan berusaha membantu Kamu menemukan baji**an itu dan menghukumnya dengan hukuman yang berat...," ujar Rita.
" Makasih Bu Polwan...," kata Gendis lirih.
Bu Jihan langsung menghampiri Gendis dan memeluknya erat, seolah menyalurkan kekuatan dan keberanian.
" Jangan takut ya Dis, semua akan baik-baik aja. Tetep berani dan jawab aja semua pertanyaan Polisi biar penjahatnya segera dipenjara...," kata Bu Jihan.
" Iya Bu. Gendis berani kok. Gendis juga mau tau siapa orang yang udah tega bikin Gendis kaya gini...," kata Gendis pelan.
" Bagus. Semua orang dukung Kamu. Kita pasti bisa menjarain dia...," kata bu Jihan semangat.
Mereka saling berpelukan dengan erat.
" Saya kangen sama Emak Bu...," kata Gendis tiba-tiba sambil menangis.
" Kita bisa undang Ibu Kamu kesini, masih ada kamar kosong kok di rumah ini...," kata dokter Erna.
" Boleh dokter...?" tanya Gendis.
" Tentu saja, biar kamu bisa cepet move on..." kata dokter Erna lagi.
" Makasih dokter. Kalo Emak di sini, Gendis lebih kuat dan pasti bisa cepet sembuh...," kata Gendis lagi.
Dokter Erna pun tertawa melihat sikap kekanakan Gendis. Ia juga berharap yang terbaik untuk Gendis.
\=\=\=\=\=
Oyoh diantar Oding dan Patih, pergi ke Surabaya untuk menemui Gendis di rumah dokter Erna.
Oyoh tampak sangat terpukul mendapati anak gadisnya yang dia lindungi sedemikian rupa, malah 'terluka' di kota orang.
Oyoh menangis meratapi nasib Gendis, demikian pula Oding. Patih yang belum mengerti apa yang terjadi pun cuma diam membisu.
" Maafin Emak ya Dis...," kata Oyoh pilu.
" Bukan salah Emak atau Bapak, ini semua takdir Mak...," kata Gendis yang malah berbalik menghibur kedua orangtuanya.
" Tapi siapa yang tega ngelakuin ini sama Kamu Dis...?" rintih Oding seolah menahan sakit.
" Ga tau Pak. Tapi dokter Erna udah ngelapor ke Polisi. Kita tinggal tunggu kabarnya aja...," sahut Gendis.
" Terus gimana masa depan Kamu Nak...," kata Oyoh sambil tak hentinya menangis.
Gendis hanya diam tak tahu harus menjawab seperti apa pertanyaan Oyoh yang juga sama dengan pertanyaan di benaknya.
Oyoh pun menoleh kearah Bu Jihan dan dokter Erna.
" Trimakasih Bu dokter, bu Jihan. Udah mau membantu anak Saya...," kata Oyoh tak henti menangis.
" Sama-sama Bu Oyoh, tinggal disini aja ya sampai kasusnya selesai ditangani Polisi...," tawar dokter Erna.
" Tapi, Patih harus sekolah Bu dokter, ga bisa lama-lama disini...," keluh Oyoh.
" Ya udah, atur aja gimana baiknya...," kata dokter Erna ramah.
\=\=\=\=\=
Malam itu Gendis tidur ditemani Oyoh. Sambil menceritakan betapa takutnya dia saat kejadian itu. Oyoh mendengarkan sambil menangis.
" Mak, Gendis takut, kalo Gendis hamil gimana Mak...?" tanya Gendis bingung.
" Jangan dipikirin sekarang. Besok kita tanya sama Bu dokter ya...," hibur Oyoh sambil mendekap Gendis dengan sayang.
Gendis membenamkan kepalanya di dada Oyoh yang berdetak kencang karena emosi.
" Dis, Kamu jangan kaget ya...," kata Oyoh.
" Ada apa Mak...?" tanya Gendis penasaran.
" Pak Guru Ahmad sudah menikah minggu lalu, sama perempuan pilihan orangtuanya...," kata Oyoh hati-hati.
" Jadi nikah paksa nih ceritanya Mak...?" tanya Gendis sambil tersenyum.
" Bisa dibilang gitu juga. Kan dia sempat nolak berapa kali perempuan pilihan Orangtuanya itu, tapi akhirnya mau juga...," kata Oyoh.
" Biarin Mak, dia bukan jodoh Gendis...," kata Gendis dengan mata yang kembali berair karena air mata.
" Tapi sebelum memutuskan menikah, dia sempat ke rumah Kita nyariin Kamu...," kata Oyoh lagi.
" Mau ngapain Mak. Mau minta ijin, emangnya Gendis apanya Pak Guru Ahmad sampe dia harus minta ijin kalo mau menikah...," sindir Gendis.
" Mungkin dia merasa bersalah sama Kamu Dis...," ujar Oyoh menganalisa.
" Bersalah karena ninggalin Gendis tanpa kabar Mak...?" tanya Gendis miris.
" Emak juga ga tau Dis. Cuma dia bilang kalo dia ngelakuin ini semua atas desakan Orangtuanya...," kata Oyoh sambil memejamkan matanya dan tidur.
" Tapi dia ga bilang apa-apa waktu ninggalin Gendis. Jadi ga penting juga ngasih tau kalo dia terpaksa menikah sama pilihan Orangtuanya itu. Ya ga Mak...?" tanya Gendis sambil menoleh ke arah Oyoh.
Gendis tersenyum melihat Emaknya yang sudah terlelap di sampingnya.
" Pasti Emak shock banget tadi. Selamat malam Mak, selamat tidur. Gendis sayang banget sama Emak...," kata Gendis pelan sambil mengecup pipi Oyoh yang terlelap.
Gendis menghela nafas panjang sambil membalikkan badan.
Sungguh Gendis merasa sangat lelah dengan hidupnya. Ia merasa sangat kotor dan tak punya harga diri. Tapi Gendis berusaha menyembunyikan perasaannya sebaik mungkin. Gendis berharap bisa segera keluar dari kemelut yang menyiksanya dengan begitu sakit.
Gendis harus bangkit dan tak mau terpuruk. Mungkin Gendis belum tahu apa yang menantinya di depan sana. Tapi Gendis berani menentang dunia untuk keadilan.
Gendis kembali mengingat peristiwa biadab itu. Setiap kali mengingatnya Gendis merasa sesak nafas. Dia ingin melihat peluang sekecil apapun itu untuk bisa menuntut keadilan. Mungkin ada sesuatu yang membuatnya mengenali si pemer**sa itu. Tapi nihil. Hanya rasa sakit dan benci yang bertahta di hati Gendis kala mengingatnya.
Perlahan rasa sakit itu kembali datang, menyeruak ke dalam hidup Gendis.Kali ini datang dengan membawa sesuatu bersamanya. Sesuatu yang akan merubah segalanya.
Siapkah Gendis...?
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Nur Bahagia
kasian banget nasib nya Gendis 🥺
2024-06-21
1
Jasmine
makin kesini makin penasaran
2023-08-20
1
Herry Ruslim
ini novel horor bukan ya?
2022-09-05
1