Hari pernikahan Yudha dan Efi.
Gendis sedang bersiap di kamarnya untuk menghadiri undangan pernikahan Yudha dan Efi.
Gendis mengenakan gaun panjang semata kaki warna hijau tosca cerah, dengan lengan gaun sepanjang siku tampak manis untuk Gendis. Ditambah tas kecil dan sepatu warna putih, membuat Gendis terlihat tambah manis.
" Masya Allah anak Bapak cantik banget ya Mak. Keliatannya juga udah pantes jadi pengantin...," puji Oding senang.
" Iya Pak, udah banyak yang nanyain kapan kita besan...," jawab Oyoh tersenyum, kagum memandangi kecantikan Gendis di hadapannya.
" Emak sama Bapak jangan ngeledekin Gendis mulu ah, kan malu. Atau Gendis ga usah ikut aja...," rajuk Gendis.
" Jangan, Kamu harus ikut...," ujar Oding lagi. Lalu berjalan mendahului anak dan istrinya.
" Ayo Dis...," ajak Oyoh yang tau anaknya merajuk karena terus diledek.
" Patih ikut ya Mak...," rengek Patih.
" Tumben, ya udah sana ganti baju. Emak sama Kakak tunggu disini...," kata Oyoh lagi.
Mereka berempat berjalan menuju tempat pernikahan Yudha dan Efi yang diselenggarakan di aula desa atau gedung serba guna milik desa.
Tiba di sana, banyak tamu yang mengantri untuk mengisi buku tamu. Dalam antrian nampak Ahmad yang datang seorang diri. Patih yang melihat gurunya di sana langsung menghampiri Ahmad dan mencium punggung tangan Ahmad.
" Selamat siang Pak...," sapa Patih.
" Selamat siang, Patih. Lho Kamu disini sama siapa...?" tanya Ahmad sambil membelai kepala Patih. Ahmad senang, karena tak banyak anak yang mendapat didikan seperti Patih dari orangtuanya, yang akan mencium tangan Gurunya saat bertemu dimanapun.
" Sama Kakak dan orangtua Saya Pak...," kata Patih sambil menunjuk kearah kedua orangtuanya dan Gendis.
Ahmad mengikuti arah yang ditunjuk oleh Patih.
Di belakang Oding dan Oyoh, berdiri Gendis yang nampak sangat elegan dengan gaun panjangnya itu. Ahmad ternganga melihat kecantikan Gendis yang terlihat berbeda dibanding hari biasanya. Jantung Ahmad pun berdetak cepat.
Lalu saat Patih menarik tangan Ahmad untuk dikenalkan pada kedua orangtua dan Kakaknya. Ahmad mengikuti saja tanpa menolak.
" Ehh, Patih. Ngapain narik tangan Pak Guru kaya gitu. Ga sopan tau ga ?. Ayo lepasin...!" kata Oyoh malu.
" Nah Pak Guru, ini Emaknya Patih, ini Bapak Patih dan ini Kakak Patih...," kata Patih polos.
Mereka berempat saling bersalaman dengan canggung. Gendis juga nampak grogi? saat bersalaman dengan guru idola remaja itu.
" Kalo diliat dari deket, Pak Guru ini lebih tampan ya. Apalagi pake baju kaya gini, keren...," batin Gendis.
" Wah, cewek ini kenapa keliatan imut banget sih hari ini. Cantik...," puji Ahmad sambil matanya tak henti menatap Gendis.
Oding dan Oyoh saling tatap dan tersenyum melihat kedua anak muda di hadapannya itu nampak salah tingkah.
" Pak Guru kesini sama siapa...?" tanya Oding ramah sekedar basa basi.
" Sendiri Pak, Saya kan belom punya pasangan. Ga ada yang mau sama Saya...," jawab Ahmad menyindir Gendis.
" Saya ga percaya. Masa orang kaya Pak Guru ga ada yang mau. Orang pinter, cakep, wahh, kalo Saya masih muda dan belom menikah, Saya pasti mau sama Pak Guru...," gurau Oyoh tertawa.
Ahmad tertawa mendengar ucapan Oyoh.
" Kalo Saya maunya sama anak Ibu aja deh, kan masih muda, belom nikah juga...," kata Ahmad to the point sambil menatap Gendis.
Suasana hening sejenak. Gendis dan kedua orangtuanya terkejut mendengar ucapan Ahmad yang lugas itu.
Untuk mencairkan suasana Oding pun menepuk pundak Ahmad.
" Bisa aja nih Pak Guru...," kata Oding.
Sementara Gendis memalingkan wajahnya yang merah karena malu. Ia tak menyangka guru baru di sekolah adiknya berbicara seperti itu di depan orangtuanya.
Mereka pun menyalami pengantin dan keluarganya yang sedang bahagia. Bergabungnya Ahmad dengan keluarga Oding menimbulkan gosip baru di acara hajatan itu.
" Sstt, itu Pak Oding kenapa bisa jalan bareng sama Pak Guru Ahmad ya...?"
" Jangan-jangan Pak Oding mau jadiin Pak Guru Ahmad menantu ya, wah kalah cepat deh Saya...,"
" Tapi Pak Guru Ahmad memang cocok kalo bersanding sama Gendis...,"
" Tapi lebih cocok sama Anak Saya lah...,"
Demikianlah kasak kusuk yang terdengar sepanjang pesta pernikahan Efi dan Yudha saat melihat kebersamaan Ahmad dengan keluarga Oding.
" Kamu sekarang jadian sama Pak Guru itu ya...?" bisik Efi di telinga Gendis saat mereka berfoto bersama.
" Ga, kok. Kebetulan aja ketemu di depan. Pak Guru sendirian, makanya gabung sama kita...," sanggah Gendis.
" Tapi dari tadi Kamu diliatin terus sama Pak Guru, coba aja Kamu liat kesana...," kata Efi sambil melirik memberi kode dengan ekor matanya.
Gendis mengikuti arah yang ditunjukkan oleh Efi. Tampak di kejauhan Ahmad memang sedang memandanginya dengan lekat. Saat pandangan mereka bertemu Gendis melengos karena merasa malu, apalagi jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Ahmad memang istimewa. Sebagai seorang guru, penampilan Ahmad memang sedikit mencolok. Tampan ,tinggi ,kulit bersih, pintar lagi. Tentu saja akan menjadi incaran perempuan waras di desa itu.
Gendis tidak sendiri. Ada beberapa gadis yang juga menaruh hati pada sosok Ahmad yang dewasa itu. Tapi Gendis tak menyangka Ahmad akan memberi perhatian lebih padanya. Gendis menundukkan wajahnya untuk menghindari tatapan Ahmad.
\=\=\=\=\=
Sepulang dari pesta pernikahan Efi, Gendis dan keluarganya memilih berjalan kaki santai untuk kembali ke rumahnya.
Rupanya Ahmad yang memang berniat mendekati Gendis pun langsung mengikuti begitu saja kemana pun keluarga Oding bergerak.
" Kita naik dokar ya Mak...," rengek Patih yang sudah kelelahan berjalan.
" Ga usah. Kita jalan aja, sambil cari angin...," kata Oding sambil merangkul si bungsu.
" Emangnya Emak ga punya uang buat naik dokar...?" tanya Patih lugu.
" Ga punya. Gimana dong...," jawab Oyoh pura-pura sedih.
" Kak Gendis...?" tanya Patih lagi.
Belum sempat Gendis menjawab, Oding langsung memotong cepat.
" Makanya Patih sekolah yang bener, biar jadi Anak pinter. Ntar cari kerja yang bagus, gajinya gede. Kan bisa ngajakin Kita naik dokar. Bahkan kalo bisa jadi juragan dokar...," kata Oding memberi semangat.
" Iya Pak...," kata Patih pelan.
Ahmad hanya tersenyum mendengar percakapan keluarga kecil itu. Dia sengaja mengekori keluarga Oding sejak tadi.
" Kalo Pak Guru capek, mending Pak Guru naik dokar aja...," kata Oding.
" Ah gapapa Pak. Ga bakal terasa capek kalo liat cewek cantik di samping Saya...," kata Ahmad tersenyum.
" Pak Guru suka sama Kakak ya...?" celetuk Patih lugu dan langsung ditarik oleh Oding untuk menjauh.
" Ssttt, Anak kecil ga boleh ngomong gitu. Ga sopan...," kata Oding mengingatkan Patih.
" Maaf Pak...," kata Patih sambil menunduk.
" Gapapa Patih. Kalo Bapak suka sama Kakaknya Patih boleh ga...?" tanya Ahmad sambil menahan tawa.
Patih hanya menatap bingung pada empat orang dewasa di sampingnya tanpa menjawab. Ia kawatir salah lagi jika menjawab.
Tingkah Patih membuat empat orang dewasa yang ada di dekatnya justru tertawa keras.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Nur Bahagia
kalo menurut saya ga terlalu bertele2.. emang lebih baik di ceritain dari awal, secara detail..biar ga bingung 😁
tp sebenarnya saya takut mau lanjut baca,.. saya takut keluarga Gendis sengsara.. pengenya yg hepi2 aja 🤩 tp penasaran 🤭
2024-06-21
1
Nanikk Tjahya Suryani
terlalu lama...
aku mnunggu inti dr judulnya
klo mao critain gndis di 1 bab POV (sdut pndngmu) thorrr.... jgn bnyak2 dahhhh. 😂
2022-07-11
1
Elsan Nugraha
mantebbb
2022-04-30
1