***
Hari ini sepertinya Thifa kambuh lagi, dia menjauh dari Arfen semenjak pagi. Uh, rasanya benar-benar mual jika berada di dekat orang itu. Thifa bahkan pulang dengan beda mobil dari Arfen.
"Serius nih, aku balik sendiri? Kalian ga mau satu mobil?" Tanya Arfen yang sudah keempat kalinya.
"Iya, enggak mau. Aku mau muntah deket kamu, maaf, tapi ini faktanya." begitu juga jawaban Thifa yang tak berubah.
"Udah la kak, beda arah juga kan. Kakak ke kantor kami pulang? Ya kan? Dah sana gih." Shiren menarik tangan Thifa masuk ke mobil.
Papa!!! Ini semua karna hukuman dari papa, ya kali suami sendiri gak boleh ketemu istrinya, ada juga lama-lama Arfen stress. Papa ga bayangin apa kalo dia di pisahin sama mama.
Arfen masuk ke dalam mobilnya. Terbesit di otaknya untuk menabrakkan mobilnya pada salah satu pohon besar, dengan begitu tidak ada yang bisa menghalanginya untuk dekat Thifa, bahkan Nathan sekalipun yang ada Arfen akan begitu di manjakan.
Kalo kecelakaan luka gakpapa, kalo mati? Itu kan di luar rencana. bahaya, Thifa ga boleh jadi janda.
Lanjutnya lagi, untunglah dia masih punya otak. Arfen melihat ke kanan, wajah familiar yang sepertinya di kenalnya.
Arfen menaikkan sebelah alisnya, mencoba memelankan laju mobilnya. Benar! Arfen kenal perempuan yang tengah berbincang di kedai biasa dengan orang berjas hitam itu.
Suara dering ponsel itu meramaikan suasana di mobil Arfen, itu panggilan dari Alan, asisten kepercayaannya.
"Tuan maaf menggangu, dan maaf membawa berita buruk." Ujarnya seketika dari ujung telepon sana.
"Ada apa? Thifa ku kenapa?" Suara Arfen sudah tidak lagi bersahabat.
"Bukan soal nyonya Thifa tuan, ini soal kantor."
Arfen menghela napasnya lega. "Berita buruk itu hanya jika terjadi sesuatu pada keluarga ku, kalau hanya kantor, itu hanya sebuah bangunan menjulang ke langit."
Alan terdiam membeku, dia memang selalu tidak bisa menebak isi pikiran tuan mudanya itu. Bagaimana itu tidak menjadi berita buruk, ah!
"Maaf tuan, saya salah. Ada masalah di kantor, produk yang kita luncurkan ternyata di klaim plagiat oleh perusahaan Frost."
Arfen terdiam sebentar. Tidak mungkin! Produk itu adalah rancangannya sendiri, bagaimana mungkin? Tidak masuk akal.
"Kau yakin? Kau tau sendiri aku yang merencanakannya? Lalu, bagaimana mungkin bisa plagiat?"
"Itu dia masalahnya tuan, tapi fakta bahwa mereka memublikasikan barang itu lebih dulu juga tidak dapat di ubah."
"Oke, aku gak akan ke kantor lagi hari ini. Tunda semua rapat." Arfen mematikan telponnya, dia menarik senyuman miring.
Laki-laki atau perempuan aku tidak peduli, karna pada dasarnya aku emang iblis tanpa belas kasih. Aku penasaran, siapa yang dengan berani menantang ku seperti ini?
Kalian salah jika berfikir aku baik, aku hanya baik di depan istri ku.
***
Matahari sudah tenggelam, dan malam yang dingin ini terasa begitu panjang dari biasanya, bagaimana tidak? Saat suami sang penghangat tubuhnya entah kemana.
Thifa diam di balik matanya yang terpejam, namun dia sama sekali tidak bisa tidur. Dia tidak terbiasa tanpa Arfen di sisinya.
Arfen lagi apa? Udah makan belum? Apa dia masih kerja? Apa ada yang buatin dia kopi?
Hanya pertanyaan itu yang berputar-putar di kepala Thifa. Entahlah, rasanya menghilangkan nama Arfen dari otaknya benar-benar mustahil.
Tok tok tok
Tiga kali ketukan datang dari jendela itu, Thifa sadar itu dari balkon kamarnya.
Siapa? Pencuri? Pencuri mana yang begitu sopan ngetuk jendela?
Thifa langsung membuka matanya, saat yang terduga sudah ada dalam pikirannya. Thifa bangkit dengan semangat, memeluk orang yang bediri di balkon itu.
"Ar--"
"Shhtt jangan kuat-kuat yang, entar ketahuan papa." Arfen menutup mulut Thifa lembut.
Seketika Thifa ingat hukuman dari Nathan, ia melepaskan pelukannya seketika.
"Mau ngapain ke sini? Pergi sana, entar ketahuan papa loh, hukumannya malah di tambahin, atau paling parah jangka waktunya di perpanjang." Meskipun berat, Thifa melepas pelukan itu, dia berjalan masuk.
"Gak bakal ketahuan, jadi santai aja oke?" Arfen merangkul istri kecilnya itu.
"Kenapa?" Thifa berhenti melirik sinis.
"Karna aku, Arfenik Arkasa." Arfen mendekatkan wajahnya ke arah Thifa, bahkan hidung keduanya saling bersentuhan.
Ini? Suasana hati Arfen lagi buruk, mata itu, mata--
Thifa menarik napasnya panjang, perlahan mencium bibir suaminya itu. Mata Arfen berbinar menatap wanita di depannya ini.
Aku heran, Kenapa? Kenapa kamu bisa tau aku lagi dalam suasana hati yang buruk? Kenapa bisa tau?
"Udah makan belum?" Tanya Thifa membuyarkan lamunan orang itu.
"Gak mau makan, maunya tidur aja. Udah ya sekarang tidur, kasian anak kita kalau kita bergadang." Arfen mengelus lembut perut istrinya itu.
Bukhhh!! Satu pukulan keras sudah Thifa hadiahkan untuk pria itu.
Oh iya, itu karna dia Thifa. Lathifanya Arfen,
Chuppp
Arfen mengecup kening Thifa, kali ini benar-benar dengan perasaan yang dalam.
Semoga aja malam ini gak ketahuan, kalo ketahuan gimana reaksi papa ya?
***
"Seperti dugaan anda tuan, tuan muda menerobos masuk, dan memanjat sampai lantai dua menuju kamar nona muda." Kata seseorang menyampaikan pada pria tua itu, yah Nathan.
"Yes! Yes! Yes! Akhirnya mereka punya otak juga, oke udah sana kau bisa pergi." Nathan tersenyum senang, akhirnya malam ini dia bisa tidur dengan tenang karna rencana dramanya berjalan begitu lancar.
"Anak bodoh itu bakal dapat hukuman berkali-kali lipat." Nathan tersenyum menyeringai.
Aku heran, kenapa pak tua ini senang sekali menyiksa dan mengganggu anaknya. Ah, semakin tua semakin aneh-aneh saja tingkahnya. batin orang itu,
***
Orang paok:
Besok gua jemput di depan rumah lu yak?
^^^Shiren:^^^
^^^Gak ^^^
Orang paok:
Kok gitu? Iya iya aku tau, naik pesawat pribadi kan? Iya sayang iya,
^^^Shiren:^^^
^^^.^^^
Orang paok:
Canda ailah, baperan amat. Oke oke, serius nih, gua jemput lu besok ya.
^^^Shiren:^^^
^^^gak^^^
Orang paok:
Shiren bor, mending tidur deh, gua mau pusreng :v
^^^Shiren:^^^
^^^ Oke^^^
Orang paok:
Offline sana bego, udah malam ini, begadang gak bakal buat lu jadi miliknya.
^^^Read^^^
^^^Offline^^^
Orang paok:
Eh anjirr, beneran offline. Padahal gua bercanda. Woi
P
P
P
P
P
Gue jemput lu besok, titik ga pake koma.
Goodnight cebol~
Shiren melemparkan hpnya, dia heran pada dirinya sendiri, dia tau bahwa pesan dari orang paok itu menggangunya menonton Video, tapi masih saja di balas.
Fix, itu karna aku gabut aja. Hanya gabut, dan ga yang lain.
Yakin Shiren, perlahan matanya terpejam.
***
Maaf ya, dua hari authornya ga up, hehe. Maaf banget, maaf yaaa
Hari ini up dua part deh^~^
Tapi gak janji loh ya:"(
Intinya makasih yang udah lanjut baca sampe sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Deana
visual mana bisa liat Shiren & ......
2021-07-06
0
Alivaaaa
Nathan emang ya iseng banget sih kamu 😅😅😅
2021-05-30
0
Ririn naomi
Ajuthor nanya dong, umur author berapa sih? apakah dirimu ini gaul ma anak SMA jaman now??
karena niy bahasa gaul anakku and gengs skrg baru SMA.
jadi kadang merasa lagi dengerin anakku crita ttg temansnya😄
2021-03-19
0