***
"Kamu kalau butuh uang, ada aku di sini, cari aja aku. Buat apa bertahan sama laki-laki macam itu, kamu cantik, bahkan laki-laki tampam dan mapan seperti ku pun tertarik pada mu," bisik seseorang di sebelah Vania.
Jika ini bukan pesta milik mertuanya, mungkin Thifa sudah menyiramkan kopi panas di atas wajah dengan mulut tak tau diri ini.
"Tapi saya maunya dia, dia suami saya, saya mau dia dan bukan yang lain,"
"Aduh sayang, gak usah malu-malu gitu, aku tau kok kamu sama dia cuma pengen harta kan? Gak apa-apa, bilang aja ke aku, aku juga salah satu CEO berpengaruh." bujuknya lagi, mungkin pandangan pertama membuatnya langsung menyukai Thifa.
"Iya saya cuma mau harta, dan hartanya harus punya dia, bukan punya orang lain. Ngerti kan? Sekarang kamu pergi deh." Thifa melirik tak suka pria asing ini.
"Akunya cuma mau di sini, gak mau pindah. Maunya dekat kamu," ujarnya tak tau diri. Tolonglah! Jangan buat kesabaran Thifa habis.
"Ganteng doang, hobinya ganggu istri orang." Celetuk Arfen menepuk pundak pria itu. "Pak Afdy, CEO salah satu cabang besar milik Arkasa Grub, masa iya hobinya ganggu binik orang? Bapak ke kurangan perempuan?"
"Tcihh!!" Pria itu, ya Afdy namanya, ia menepis tangan Arfen kasar. "Denger ya kamu, jangan mentang-mentang kamu baru di puji kamu berlagak tinggi, posisi saya masih di atas kamu."
"Terus? Kalau begitu bapak sadar diri dong, orang seberkelas bapak buat apa ganggu istri orang?" Arfen menaikkan sebelah alisnya, dia sudah geram sekali ingin memukul wajah pria ini.
"Ya karna saya rasa dia terlalu sempurna untuk kamu yang apa adanya, kalian gak cocok, Istri kamu lebih cocok dengan saya."
"En--" Thifa menggandeng tangan Arfen menjauh, sebelum semuanya menjadi kacau, dan mereka menjadi pusat perhatia. Itu sangat tidak Thifa inginkan.
"Udah oke, orang begitu gak usah di tanggepin, anggap aja orang stress." Thifa memeluk lengan Arfen,
Arfen menghela napasnya panjang, genggaman tangan Thifa jauh membuatnya lebih tenang, dan berfikir logis.
"Oke, asal kamu jangan dekat dia lagi."
***
Pesta itu sudah berjalan sekitar satu jam, dan saat ini Thifa ingin memberika kado, sebagai staff kantor dan juga menantu. Thifa memberikan sebuah kotak sederhana, dan saat itu juga Sheryl tanpa sabar langsung membukanya di depan semua orang. Di saat semua kado hanya di biarkan, hanya hadiah dari Ifa dan Feran yang di buka.
Sheryl melihat ada dua buah syal hangat, meskipun terlihat agak lusu dan kusam, tapi Sheryl sangat senang.
"Kamu jahit ini sendiri kan? Ah saya tau, Soalnya saya bisa merasakan kehangatan kasih sayang di syal ini, makasih ya." Sheryl memeluk hangat Thifa, Ah, dia terlalu bersemangat sampai lupa bahwa anak menantunya sedang menyamar.
Thifa hanya diam membalas kikuk pelukan itu, dia bingung harus apa.
"Makasih ya nak," lanjut Nathan, ia langsung memakaikan syalnya pada Sheryl, begitu juga sebaliknya.
Betapa bahagianya Thifa melihat respon kedua mertuanya saat menerima hadiah sederhana itu. Namun, Thifa harus menahan harunya demi penyamaran.
Tapi, di belakang sana banyak yang berbisik berisik karna iri, mereka begitu iri melihat Thifa di sayang oleh dua orang berpengaruh di negri ini. Mereka merasa bahwa hadiah itu tak layak, hadiah itu terlalu buluk bagi dua orang hebat ini.
"Ga usah di pikirin, lalat mah emang gitu." Arfen membawa Thifa ke salah satu meja, mangajaknya duduk menikmati makanan yang menurutnya biasa saja itu.
Arfen melihat Shiren yang memanggilnya sebentar, "bentar yah sayang, Shiren manggil. Mungkin ada masalah,"
"Aku perlu ikut ga?" tawarnya yang bersiap berdiri.
"Gak usah, kamu di sini aja. Ibu hamil jangan terlalu banyak gerak." Arfen pergi diam-diam menghampiri Shiren, meninggalkan Thifa sendirian di meja.
"Heh kamu perempuan kurang ajar, kamu pake susuk kan? Ya kan? Ngaku kamu?" Tiba-tiba dua orang perempuan datang di depan Thifa. Dari mata mereka terpancar aura kebencian yang begitu kuat. Padahal Thifa baru saja bertemu mereka beberapa detik yang lalu, tapi bencinya seolah sudah bertahun-tahun.
Thifa memilih diam dan memakan makanan di depannya saja, menganggap dua wanita modis nan elegan itu hanya angin lalu.
"Heh perempuan sialan! Ngaku kamu? Kamu pake susuk kan? Di tanya itu di jawab!"
"Kalian nanya?" Thifa menaikkan sebelah alisnya songong.
Sudah geram sekali rasanya kedua wanita ini, ingin sekali mereka menjambak Thifa kuat-kuat.
"Ka--"
"Aku gak pake susuk oke? Aku gak kenal kalian, aku gak mau berteman dengan kalian juga, jadi silahkan pergi dari pandangan aku," Thifa menelan makanan di sendoknya.
"Tapi, kalo kamu gak pake susuk kenapa pak Afdy bisa suka sama kamu? Kenapa tuan besar dan nyonya besar Arkasa juga suka sama kamu? Ngaku kamu!"
"Apaan sih, ini zaman udah maju oke? Susuk-susuk apaan sih, ga ngerti aku tuh." Thifa memijit sedikit keningnya, ah baru satu jam dan dja sudah bertemu tiga orang yang begitu menyebalkan.
"Heh, mendingan kalian berdua pergi deh. Saya mau ngobrol berdua sama mbak Ifa," Tiba-tiba pria itu datang, yah Afdy, CEO yang usianya sudah tiga puluhan tahun, memiliki ketampanan dan kekuasaan yang lumayan membuat para gadis menggila.
Tapi sayangnya, CEO berbakat dan berkelas seperti dia jatuh hati pada istri orang saat pandangan pertama.
"Pergi atau saya pecat,"
Kedua wanita yang marah-marah tadi segera pergi, sepertinya mereka adalah bawahan Afdy, makanya patuh akan perintahnya.
"Liat kan seberapa berkuasanya aku? Hebat, mapan dan tampan, tidak ada kekurangan, kau sudah berubah pikiran?"
Thifa menggeleng mantap. "Bahkan saat suami saya itu miskin sekalipun, saya tidak tertarik untuk menjalin hubungan dengan bapak." Thifa bangkit berdiri, dia ingin pergi dari sana, cukup mual menatap wajah orang tak tai diri begitu.
"Tidak secepat itu nona," Afdy menahan gaun Thifa, namun Thifa memaksa melepasnya, dan akhirnya Thifa hampir jatuh saat itu, syukurlah ada Arfen yang segera menangkap istri mungilnya itu.
Bukhhh!! Tukhhh!! Bukhh!!
Tanpa ba-bi-bu lagi, Arfen memukul wajah orang itu sampai berubah warna, menendang kakinya saat dia sudah jatuh tersungkur.
"Hentikan kurang ajar!! Kau tidak tau siapa aku?!! Aku adalah Afdy efanan!! Aku sangat berpengaruh di Arkasa Group!! Kau bisa di pecat karna menyakiti ku!!!" Teriaknya menahan pukulan Arfen.
"Aku..., tidak..., perduli...," Arfen kembali memukul habis wajah itu, dia benar-benar emosi saat ini.
"Beraninya kau! Kau pikir kau siapa!! Aku hanya mengatakan fakta bahwa kau tak layak mendapat istri secantik itu!!!"
"Siapa kau yang menentukan layak atau tak layaknya aku, aku Arfenik Arkasa." Arfen melepas tompel, kumis, gigi dan seluruh alat bantu penyamarannya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Lutha Novhia
sampah masarakat emg
sttus jabatan d jdiin tameng
2021-06-26
0
Nimranah AB
untungnya nggak apa-apa
2021-06-11
0
Alivaaaa
nahloh mampus lo Afdy
2021-05-30
0