***
"Oke, siapa takut. Ini Arfen pa, ma. Arfen bakal nerima dan jalanin semua tantangan ini sampai sukses. Apalagi ada istri paling setia yang nemenin." Chupp! Arfen mengecup pipi Thifa di depan banyak orang. Arfen yang gak punya malu sih santai aja, tapi Thifa? Pipinya sudah merona panas.
"Dan ya kau Shiren. Papa tidak peduli keinginan mu, dua bulan lagi di awal semester dua kelas sebelas mu. Papa akan pindahkan kamu ke SMA Merah Putih. Tidak ada perdebatan." titah Nathan menatap putri bungsunya itu.
Uhuk! Shiren tersedak rotinya sendiri!
"Tunggu dulu pa! Shiren udah nyaman tau sama sekolah yang ini, Masa mau di pindahin gitu aja? Emang papa tega?" rayu Shiren.
Nathan menggeleng mantap. "Tidak perduli apapun itu, kamu akan tetap papa pindahin ke SMA Merah Putih."
Shiren memanyunkan mulutnya, shit! Celakalah dia, bagaimana bisa dia pindah ke SMA Merah Putih saat dia sendiri punya dendam pribadi pada ketua osis di sana.
"Dah lah males." Shiren bangkit mengambil tasnya, berjalan gontai pergi ke sekolah.
"Cup cup cup adik kakak yang cantik nya terbatas, santai aja. SMA Merah Putih tuh sekolah kakak dulu, di sana enak loh. Gurunya baik-baik, jadi kakak jamin kamu ga bakal nyesel pindah." Bela Arfen, dia menepuk punggung adiknya penuh senyum.
"Kakak yang mirip om-om gak bakal paham masalah serumit apa yang Shiren alami kalo sampai pindah." bantah Shiren sendu. Sepertinya dia benar-benar tak ingin pindah.
"Udah lah, Lagipula papa dan mama juga dulu kisah cintanya dari sana. Kisah cinta Kakak sama Thifa juga di sana. Percaya sama kakak, ntar kamu juga bakal nemu sang pujaan hati di sana." bangga Arfen.
Apanya yang kisah cinta, ada juga hidup Shiren ga bakal tenang di sana tau! Mana banyak masalah sama Ketosnya! Urgghh!! Sungguh, sekarang Shiren benar-benar ingin ke isekai!
"Terserah deh, Shiren pamit ya pa, ma, kakak ipar kesayangan. Dada~" Shiren mencium tangan mereka satu persatu.
***
Hari ini adalah hari pertama Arfen dan Thifa bekerja di kantor, dan mobil mereka sudah berada di depan perusahaan kecil itu. Thifa tidak perlu menyamarkan? Tak ada yang mengenalinya.
"Ini serius aku pake penyamaran ginian? Kok bukan 'gw banget' ya." celetuk Arfen yang mengundang senyum sembunyi dari supirnya, Arlan.
Sejak duduk dalam mobil Arfen sama sekali tak lepas dari cermin persegi itu.
"Iya, kenapa sih Fen? Kamu malu keliatan jelek gini?" ceplos Thifa tanpa dosa.
"Gak juga, cuma aneh aja kan Thif? Tapi gue penasaran kayak mana orang bakal mandang gue dengan penampilan gini? Biasanya gue selalu dapat tatapan penuh decak kagum, maklum lah sayang. Orang ganteng. Eittsss, tapi jangan salah paham dulu. Di hati ku cuma ada kamu." Celetuk Arfen, sembari memperbaiki janggut dan kumis palsu yang menempel di wajahnya.
"Serah dah Fen, yang penting satu kalimat terakhir jangan pernah di ucapin lagi ya. Kedengeran kayak fakeboy." Thifa mengucir kuda rambutnya yang tergerai. Ahh, apapun itu Thifa tetap saja cantik.
"Jangan cantik-cantik, aku gak ikhlas. cantiknya cuma boleh kalo di dalam kamar aja." Arfen memeluk manja perut istrinya. meskipun kelihatan non-respon. Tapi jantung Thifa sudah berpacu tidak seperti biasanya.
***
Apa tadi kata Arfen? Dia penasaran bagaimana orang menatap penampilan nya saat ini, penampilan dengan kacamata, kumis, janggut dan ekstra tompel beserta busa yang di masukkan ke dalam baju, membuat badan six pack Arfen, mendadak buncit parah. Jangan lupa, gigi palsu yang Arfen gunakan itu memperparah kondisi wajahnya, belum lagi kulitnya yang memang di berikan cream agar lebih hitam. Thifa bahkan tak bisa berkata-kata menyaksikan penampilan suaminya ini.
Ayah mertua itu sangat mengerikan ya... Dia bahkan bisa setragis itu pada putra nya.
Gumam Vania dalam hati, dia menelan salivanya payah. Berharap selalu akur dengan mertuanya.
Dan kali ini semua karyawan/karyawati berbaris rapi untuk melihat bos baru mereka ini. Yah, tentu kalian tau tatapan seperti apa yang mereka berikan kan? Hinaan berkedok senyuman.
Jadi begini rasanya menerima tatapan saat kondisi fisik kurang ya? Ya ampun... Aku yang seganteng ini bahkan tidak pernah menatap orang lain seperti itu. Bagaimana bisa kalian yang berwajah biasa saja ini menatap menghakimi?
"Yoho... Ho... Ho... Aku adalah bos baru di sini. Salam kenal, nama ku Faren. Kalian bisa memanggil ku Bos Faren. Dan dia adalah istri ku, sekaligus sekretaris ku, kalian boleh memanggilnya Ifa! Hoho!" Ujar Arfen yang memang tengah jadi pusat perhatian.
Sungguh! Suara Arfen benar-benar mirip om-om pasar senen!
Semuanya mulai menatap aneh ke arah Ifa. Bagaimana tidak? Bagaimana perempuan secantik Ifa menikah dengan orang seperti Faren? Kalau bukan karna harta dan kekuasaaan? Begitulah kira-kia yang mereka pikirkan saat ini soal Lathifa.
Lathifa hanya bisa menghela napas menerima tatapan penghakiman itu.
"Baiklah sekarang kalian kembali ke meja masing-masing, semangat untuk memajukan perusahaan kita, yo ho ho!"
"Baik pak!" jawab semuanya serempak, mereka kembali ke mejanya masing-masing. Arfen dengan cepat juga menarik tangan Thifa masuk ke ruangannya.
***
Satu minggu sudah berlalu sejak hari pertama mereka ke kantor, dan di beri sambutan hangat itu.
Hari ini Arfen dan Thifa harusnya ada rapat, tapi untuk satu jam lagi.
Berhubung Arfen gabut menunggu satu jam itu, dia iseng membuka penyamaran nya, menatap wajah tampan yang begitu di rindukannya.
"Memang wajah asli itu paling baik. Terima kasih ya Allah, atas segala nikmat yang kau berikan." Arfen menaik turunkan alisnya menatap dirinya sendiri.
Thifa masuk tanpa mengetuk pintu Arfen, wajar saja, itu karna Arfen yang meminta dia datang.
Apa lagi ini? Kenapa dia?
Arfen mulai membuka mulutnya, dan Thifa tau itu pasti hal aneh dan unfaedah. Tapi, entah apa yang merasuki Thifa, dia juga malah mendengarkan dan meresponya.
Arfen mengagguk. "Aku heran, kenapa... Kenapa aku terlalu ganteng? Maksud ku, kenapa aku bisa terlahir dengan ketampanan yang keterlaluan. Terkadang, aku mau membagi ketampanan ku ini. Tapi itu hal yang mustahil ya kan sayang? Makanya aku sedih."
Berikan Thifa sendal! Yang mana pun boleh! Dia benar-benar ingin melempar wajah Arfen pakai sendal siapapun! Sungguh, kepercayaan dirinya ini membuat Thifa ingin menggonyo habis wajahnya.
"Kau manggil aku cuma karna nanya ini? Please lah ya Fen, kau kan tau ini sudah satu minggu sejak kita di beri tanggung jawab untuk membesarkan perusahaan ini. Jadi, ayo kerja dengan benar dan disiplin." Thifa menepuk jidatnya sendiri, entahlah. Ada rasa kesal, dan juga geli sendiri melihat tingkah suaminya.
Tok tok tok
"Bos! Ini saya Arlan. Klien kita sudah datang, harap anda segera menemuinya." Suara nyaring dari luar pintu mengagetkan mereka berdua.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
dhapz H
ada mslh yg berat kah di SMA merah putih
2021-10-11
0
Fafa Adieq Bosky
Narsis yg turun menurun .. . .
2021-09-19
0
Wanda Revano
i lope yu puuuullllll deh thorr buat kamu.the best pkoknya..kesayangan akoh🤭👍
2021-09-05
1