14. aku hamil?!

***

Setengah jam sudah Arfen menunggu hasil tes dari istrinya, selama itu dia juga berdoa bahwa Thifa baik-baik saja,  dan semoga ada anggota baru di rumah mereka. Yah, si kecil yang aktif.

Akhirnya setelah sekian lama Arfen di panggil masuk,  dia duduk di sebelah Thifa, menatap dokter wanita yang katanya paling hebat di rumah sakit ini.

"Hoeekkkk. Arfen jauh ih, jangan deket-deket, mual tau ga." Thifa mendorong Arfen agak jauh.

Syukurlah cintanya Arfen itu tidak terbatas, atau dia sudah membungkam mulut Thifa. Arfen terpaksa berdiri, dan agak menjauh dari istri mungilnya.

"Haha, maklum saja pak, bawaan ibu hamil, mungkin lagi gak ingin deket bapak. Ibu hamil mah gitu, sering minta yang aneh-aneh haha, " celetuk dokter itu,

Thifa menangis haru, dia benar-benar bahagia. Akhirnya setelah sekian lama, penantiannya akan segera berakhir, satu bayi mungil akan terlahir di dunia ini.

Tidak ada yang tau sebahagia apa manusia terpede itu saat dikabarkan akan menjadi seorang Ayah. Untuk pertama kalinya Arfen menangis di depan orang selain Thifa. Yah, itu di depan dokter yang meberinya berita menakjubkan ini.

Mungkin lupa, Arfen memeluk Thifa penuh cinta, mungkin juga terlalu bahagia, Thifa tidak menghiraukan bau badan Arfen yang sedari tadi membuatnya mual.

"Selamat ya pak bu, usia kandungan empat minggu. Di jaga baik-baik, tiap bulan periksakan lagi ya, mohon rutin."

Matahari bersinar lebih terang dari biasanya, tak masalah. Itu karna Thifa dan Arfen sedang bahagia.

***

Setelah tau Thifa mengandung, Arfen tak mengizinkan Thifa untuk ke kantor lagi, harus di rumah, diam di rumah, duduk baik-baik saja di rumah. Dia tidak ingin kejadian yang menimpa Vania terjadi pada Thifa. Tidak! Itu tidak boleh terjadi!

Arfen mengendari sendiri mobilnya, dengan Thifa yang duduk di belakang. Wajar, mualnya Thifa masih belum hilang jika dekat Arfen.

Kira-kira mama Sheryl dulu ngidam, dan bayangin apa ya? Sampe punya anak senarsis Arfen? Apa aku harus jauh-jauh dari Arfen biar anak ku normal? Gak bisa, Arfen suami ku, tapi..., aku harus minta saran mama Sheryl deh.

"Apa yang kamu lamunin? Nama anak kita? Aku juga udah kepikiran sih Thif, Arfina aja? Kalo cewek mah itu aja. Kalo cowok Arfatan, " celoteh Arfen, mungkin terlalu bahagia sampai nama anak saja sudah muncul di otaknya.

"Aku mikir, gimana caranya supaya kenarsisan kamu gak nular ke anak aku, kalo gantengnya sih gak papa, tapi ka--"

"Oh gak bisa! Itu gak bisa, kenarsisan adalah bagian dari keluarga Arkasa sayang, sebenernya bukan narsis, hanya menyampaikan fakta bahwa keturunan kita emang tampan." sahut Arfen cepat, tidak! Dia harus mendidik anaknya untuk memamerkan ketampanannya kelak kalau cowok.

"Gak mau, aku mau anak ku jadi orang yang rendah hati dan tidak sombong, perduli dengan sesama."

Arfen diam, dia tidak boleh berdebat lebih lama demi keamanan bayinya, menuruti semua keinginan Thifa adalah yang utama. Tapi, beda lagi kalau bayi itu udah lahir nantinya.

***

Thifa jalan lebih dulu, meninggalkan Arfen beberapa langkah di belakang.

"Assalamualaikum ma," Thifa masuk ke dalam rumah, sudah ada Nathan yang membaca koran duduk di sofa beserta Sheryl yang menonton Televisi di sana. Maklum saja, mereka sudah tua.

"Wa'alaikumsalam sayang? Kok udah pulang? Ada masalah?" sambut Sheryl hangat, Thifa duduk di sebelah Sheryl. Dan Arfen duduk agak jauh.

"Kalian bertengkar? Kenapa berjauhan? Arfen kamu apakan Thifa? Kamu berani ganggu menantu kami? Kamu pikir kamu siapa?" Nathan menatap sinis putra sulungnya itu.

"Ya aku Arfen lah, anak papa paling ganteng, Arfen gak ada ganggu Thifa. Dia nya aja tuh, hamil tapi kalo deket Arfen mual." celetuk Arfen enteng.

Nathan dan Sheryl tersentak seketika, mereka langsung menatap Thifa penuh harap. Jaga-jaga kalau putra sulungnya lagi ngeprank.

"Bener nak? Kamu hamil?"

"Iya pa, ma, udah empat minggu ternyata, hehe."

Sheryl memeluk bahagia menantu kesayangannya itu. Ini benar-benar berita yang bahagia untuk mereka.

"Kamu mual dekat sama Arfen ya nak? Udah gak papa, itu wajar kok ibu hamil gitu."

"Tenang aja kak, itu memang sangat wajar. Jangankan kakak yang hamil, Shiren yang normal aja eneg tuh liat kakak sok ganteng." Celetuk seseorang yang tiba-tiba sudah ada belakang Thifa dan Sheryl.

"Loh Shiren? Jam segini harusnya kamu masih di sekolah? Kenapa udah balik?" Tanya Nathan menatap putrinya penuh selidik.

"Biasa pa, Shiren hari ini ribut sama cowok yang resenya naudzubillah dah. Dan akhirnya Shiren di suruh pulang lebih cepat deh, tamat." sahut gadis itu enteng.

Nathan menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Bisa-bisanya Shiren menjawab dengan santai begitu.

"Entah darimana sifat itu di dapatkan anak ini? Sifat terlalu bandal itu," gumam Nathan. Sheryl diam, dia menatap heran Nathan. Tukhhh!! Sheryl memukul perut Nathan pelan.

"Sadar diri itu penting oke? Sifat mereka itu kan nurunnya dari kamu."

"Iya, cantiknya dari kamu."

Tolong! Nathan harusnya sadar umur, ini sudah tak cocok lagi untuk mereka.

"Udah tua, jangan yang engga-engga deh."

"Justru karna udah tua itu, harus sering-sering romantisan."

"Cieeee~ cieee~"

Begitulah sorak anak menantu menanggapi tingkah keduanya. Sheryl hanya bisa menggelengkan kepala menatap senyum manis suaminya.

"Bodo ah, menting Shiren jadi bibi! Yuhuyy!!! Ah senangnya!! Mau cewek ataupun cowok akan Shiren ajarkan banyak ilmuuuu, ah~"

"Ya udah pah, mah, Arfen balik ke kantor ya, jagain Thifa ya," pamit Arfen bangkit berdiri.

"Gak semua hidup itu soal uang dan kekuasaan, istri kamu lagi hamil ini loh. Peduli sedikit kek, jangan ke kantor, temenin dia gitu." saran Sheryl,

"Dianya aja muntah waktu dekat Arfen, gimana mau jagain."

"Iya ya udah kakak sana pergi hush..., hush..., itu tandanya ponakan aku ga suka sama kakak. Biar Shiren aja yang jagain kak Thifa."

Arfen akhirnya kembali ke kantor yang rasanya sudah hambar itu, karna sudah tidak ada lagi bidadarinya yang duduk di gedung yang sama.

***

Malam ini Arfen pulang lebih larut karna begitu banyak pekerjaan, dia melewatkan makan malam kali ini. Dengan gontai dia berjalan kekamarnya. Membayangkan Thifa yang satu hari ini menjauh darinya benar-benar menyesakkan. Arfen benar-benar merindukan istrinya itu.

Kenapa mualnya harus di dekat aku sih? Anak ku ada dendam apa sama ku coba? Aku beneran rindu meluk Thifa mungil, arghhh!!!!!

Baru saja dia memasukkan satu kakinya ke dalam kamar, sudah ada satu wanita yang memeluknya dari depan, memyambutnya kembali ke kamar.

"Lama banget, aku kangen." Thifa memeluk tubuh kekar suaminya itu.

***

Terpopuler

Comments

Nimranah AB

Nimranah AB

😍😍😍😍

2021-06-11

0

Alivaaaa

Alivaaaa

cie cie cieee Arfen

2021-05-30

0

nursarati

nursarati

cuwiwiiiitt.. lega banget pasti tuh senengnya g ketulungan deh.. udah rindu baru nyampe langsung dipeluk

2020-12-20

12

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!