7. Sampah Umat Manusia

***

Ini sudah sekitar satu bulan sejak keduanya memegang perusahaan itu. Hanya dalam waktu sesingkat itu, Arfen berhasil menjadi perusahaan cukup di kenal di kota itu. Meski hanya daerah kota, tetap saja itu suatu prestasi membanggakan.

Tapi,  ada yang membuat Arfen tidak tenang. Dia takut, bahwa dia terkenal juga karna penampilan nya yang aneh. Jujur saja, jarang sekali ada presdir besar yang berpenampilan seperti ini.

Enggak sih, kayaknya ini semua emang murni karna prestasi aku.

Batin Arfen,  dia bergaya tersenyum niat gak niat saat menatap benda persegi empat yang memantulkan wajahnya itu. Dia sesekali mengangkat alisnya iseng,  sekedar mengukur kegantengannya saja.

Berantem boleh, patah tangan boleh, tapi luka di wajah gak boleh. Nanti aku bisa di keluarkan dari jajaran orang ganteng. Dan itu gak baik.

"Tuan muda,  ada berita penting." Tiba-tiba Alan masuk merusak lamunan indah orang ganteng ini.

"Ada apa? Kau mau minta tutor jadi ganteng?"

Jika bukan bosnya, Alan mungkin sudah melempar orang ini dengan kursi di depannya.

"Bukan itu tuan muda. Utusan perusahaan Nanaji ingin nona muda Thifa yang mengantar berkas penting itu."

Arfen ingat, perusahaan Nanaji adalah perusahaan yang di pegang oleh manusia menjijikan itu, Aldy namanya. Arfen tentu ingat jelas nama dan wajah siapapun yang mencoba merebut ratunya.

"Tinggal batalkan proyeknya, jangan biarkan istri tercinta ku itu pergi. Apa susahnya?" Tentu saja Arfen bisa berlagak sesongong itu. Sudah banyak klien lainnya yang mau bekerjasama dengan Arfen.

"Ini dia masalahnya tuan muda. Yang menerima telponnya adalah nona muda. Jadi dia sudah pergi sendiri untuk mengantar berkas itu. Anda tau sendiri bahwa nona Thifa sangat tegas dan disiplin kan?"

Arfen diam. Dia menghentikan hobinya yang menatap wajah tampannya.

"Siapkan mobil." Arfen bangkit berdiri. Firasat hatinya saat ini sudah tidak enak. Selama ini Arfen sudah menyelidiki seluruh kliennya. Dan yang paling meresahkan adalah Aldy itu.

Menurut seluruh informasi yang Arfen dapat. Setiap setahun sekali, atau bahkan beberapa bulan sekali dia berganti sekretaris. Karna banyak yang berhenti kerja. Dengan alasan, pelecehan. Tapi Aldy tidak pernah di tangkap, karna tidak cukupnya bukti. Kegilaan Aldy sudah menjadi rahasia umum di kota ini. Dan saat ini, istri tercinta Arfen tengah menuju kesana.

"Kalau berani menyentuh istri ku. Ku pastikan party di hari pemakaman mu." Gumam Arfen, matanya tajam seketika. Kali ini dia terlihat lebih serius.

***

Thifa baru saja melangkahkan kakinya di perusahaan Nanaji. Salah satu top perusahaan di kota ini. Banyak manusia polos yang tidak tau apa-apa ingin bekerja di sini.

Thifa mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Lebih banyak pegawai pria di banding wanita.

"Katakan pada pak Aldy. Saya Ifa, dari perusahaan Fert, cabang Arkasa Grub ingin bertemu dengan beliau. Semua berkas pentingnya sudah saya bawa." Kata Thifa sopan di depan resepsionis itu.

Thifa memukul pelan meja dengan jari jemarinya, sembari mengedarkan pandanganya. Cukup bagus desain yang ada di ruangan ini, begitulah pikirnya.

"Nona muda, saya akan mengantar anda. Beliau sudah menunggu anda sejak tadi, silahkan ikuti saya." Resepsionis itu berjalan dengan mata sendu. Menuntun Thifa ketempat yang menurutnya neraka.

Resepsionis itu berhenti di depan pintu ruangan Aldy. Tampak wajahnya kaku, keringatnya tiba-tiba menetes, kakinya sedikit gemetar. Dari sini, Thifa sudah bisa menyimpulkan ada yang tidak beres.

Takkk

Pulpen di tangan Thifa mendadak terjatuh. "Bisa tolong ambilin ga?"

Resepsionis itu mengambilnya.

Nona, malang sekali. Kau begitu cantik, harusnya kau bisa memiliki masa depan yang begitu cerah. Apa aku harus memberitahu nya yah? Petaka apa yang akan terjadi di dalam sana. Tapi, tapi, tapi aku akan di pecat. Dan hutang-hutang orang tua ku?

"Ekhmm, ada apa?" Thifa tersenyum. Upps..., aneh. Jarang sekali gadis ini tersenyum, atau bahkan berekpresi kecuali berhadapan dengan ketengilan suaminya.

Maafkan aku nona. Aku tidak bisa membantu mu. Semoga keberuntungan berada di pihak mu.

Resepsionis itu bangkit, memberikan pulpennya pada Thifa. Thifa bisa melihat tangannya yang bergetar. Gadis bernametag Liana itu membuka pintu ruangan bosnya.

"Tuan muda, nona Ifa daru Fert Grub telah sampai. Dia ingin bertemu dengan anda."

Aldy duduk membelakangi mereka, dia berdiri berbalik menatap Thifa, dengan pandangan menjijikan. Layaknya ular yang menemukan kelinci cantik di depannya.

"Yah, kalau begitu lakukan seperti biasa ya, Liana. Dan nona Ifa, ayo masuk. Aku menyambut mu, mari kita bicarakan bisnis yang menyenangkan ini."

Thifa melangkah masuk tanpa ragu. Liana menutup pintunya, lalu menguncinya rapat akurat.

Gadis itu melihat telapak tangannya.

Sungguh, aku bahkan benci melihat tangan ku ini. Tangan ini, yang sudah mendorong enam orang gadis baik-baik bertemu dengan masa kelamnya. Aku akui aku egois, tapi ini demi melunasi hutang dan menjaga kesucian ku. Tangan kotor ini...,

Liana mengusap air matanya. "Maafkan aku nona, aku bersalah."

***

Thifa menatap Aldy biasa. Lalu pandangannya teralih ke arah gadis yang duduk di sofa. Rambutnya begitu berantakan, kemejanya terbuka dua kancing di atas.

"Oh, halo nona Ifa. Aku Theea, sekretaris pak Aldy."

Thifa menebar senyum sebisanya.

Aku wanita, dan dia juga wanita. Tapi entah kenapa, melihatnya memakai itu membuatku risih. Aku ingin sekali mengancingkan bajunya, dan mengikat rambutnya itu.

Batin Thifa, yah hanya mampu membatin.

"Nah Theea, coba lakukan seperti biasa."

"Baik tuan muda, seperti biasa." Theea berdiri, dia memasang kamera tepat di depan sofa.

"Ayo nona Ifa. Silahkan duduk, kau tidak masalahkan kalau aku merekam rapat kita?"

"Tidak masalah."

"Ahh, cukup sudah aku tidak tahan lagi melihat gadis seperti diri mu. Kau cantik, sangat cantik. Tapi begitu angkuh. Tapi, entah kenapa aku begitu tertarik padamu, tertarik untuk menaklukan mu. Merasakan mu, dan seluruh tubuh mu. Tangan ini, sudah lama sekali gatal untuk melucuti pakaian mu. Bibir ku, selalu tidak puas dengan wanita lain, saat aku pertama kali melihat mu."

Dari belakang Theea sudah ingin bersiap untuk membekap Thifa dengan sapu tangan. Tentu tujuannya untuk membuat Thifa pingsan, kan? Agar rencana Aldy berjalan begitu mulus.

"Jangan lakukan itu Theea. Yang kali ini berbeda. Aku ingin dia sadar saat berhubungan dengan ku. Air matanya, isakan tangisnya, ah itu akan sangat ku nikmati."

Sungguh, Thifa benar-benar jijik menatap wajah orang penuh nafsu ini.

"Ada apa nona Ifa, kau mulai menyesal karna lebih memilih suami mu di banding aku? Mau minta pengampunan?" Aldy menjalan mendekat.

Thifa meminum kopi yang ada di depannya, dengan santai menatap mata Aldy, tanpa rasa takut. Atau bahkan gemetar.

"Sudah berapa banyak gadis yang kau hancurkan masa depannya? Apa begini cara kau merenggut kebahagiaan mereka? Apa kau merekam kejadian memalukan itu?"

"Ya, ya Semua itu benar. Dan sekarang adalah giliran mu. Kau merasa takut kan? Tenang saja, aku akan bermain halus dan lembut."

"Suami ku masih hidup, untuk apa aku takut padamu, yang merupakan sampah umat manusia, noda untuk kaum lelaki."

***

Terpopuler

Comments

Rafanda 2018

Rafanda 2018

bukanya ga di kasih no tlp ya,,apa authorr yg kasih

2022-09-20

0

Fafa Adieq Bosky

Fafa Adieq Bosky

Mau dikirim ke kuburan gang encot

2021-09-19

0

Miracle Yuanita M

Miracle Yuanita M

Siap2 aja Lo Andy, di kirim ke Gang Encot sma Arfen!!!!!

2021-09-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!