My Crazy Boss

My Crazy Boss

1. Arfen & Thifa

***

Prolog :

Thifa POV

Siapa bilang saat sudah menduduki posisi presdir seseorang akan bersikap berwibawa dan stay cool. Ya,  mungkin itu berlaku bagi sebagian bos-bos di perusahaan lain. Mereka selalu menjaga imagenya kan? Tapi, tidak untuk bos di perusahaan ku kali ini.

Bos ku kali ini memiliki kepribadian yang sungguh langka. Bos umumnya jarang berbicara, tapi dia... Jika dia tidak berbicara pada ku dalam satu jam  saja itu bahkan sudah menjadi kejadian langka,  layaknya harimau sumatra.

Ya ya ya,  aku tau aku ini adalah sekretaris dan juga istri sahnya. Jadi,  wajar-wajar saja dia sering berbicara pada ku. Tapi, tidak untuk satu jam sekali dia memanggil ku keruangannya. Seperti saat ini, aku berdiri di depannya, di depan Arfenik Arkasa ini, si bos stress yang ku punya.

Lihatlah dia! Dia hanya menatap dirinya di kaca. Aku tau,  di dalam hatinya pasti dia sedang menyanjung-nyanjung ketampanannya itu. Aku akui dia memang tampan,  tapi ketampanannya lengser akan kegesrekannya. Dan aku tidak tau,  di antara berjuta-juta umat manusia. Kenapa aku memilih yang seperti ini untuk di jadikan teman hidup.

"Thif,  aku heran satu hal loh." Dia mulai membuka suaranya. Tolong, berikan aku alasan wajar atas keheranan mu itu.

"Aku di sini sebagai sekretaris atau istri mu?"

Dia menaikkan sebelah alisnya menatap ku. "You are my everything."

Skip! Jangan di lanjutkan atau mode bucinnya akan aktif.

"Jadi fen, apa yang buat kamu sampai heran gitu?"

Dia mengagguk. "Aku heran, kenapa... Kenapa aku terlalu ganteng? Maksud ku, kenapa aku bisa terlahir dengan ketampanan yang keterlaluan. Terkadang,  aku mau membagi ketampanan ku ini. Tapi itu hal yang mustahil ya kan sayang? Makanya aku sedih."

Berikan aku sendal! Yang mana pun boleh! Aku benar-benar ingin melempar wajahnya pakai sendal siapapun! Sungguh,  kepercayaan dirinya ini membuat ku ingin menggonyo habis wajahnya.

"Kau manggil aku cuma karna nanya ini? Please lah ya Fen, kau kan tau ini sudah satu minggu sejak kita di beri tanggung jawab untuk membesarkan perusahaan ini.  Jadi,  ayo kerja dengan benar dan disiplin."

Yah,  sejak di hari pertama kami menikah. Arfen dan paman Nathan berdebat kecil. Hingga akhirnya paman Nathan yang sekarang adalah ayah mertua ku itu, menantang Arfen untuk membesarkan salah satu perusahaan terkecil miliknya, hingga menjadi sebesar perusahaan utama.

Arfen dengan keangkuhannya yang begitu tinggi, mana menerima kekalahannya begitu saja,  dan menyerah semudah itu. Dia tentu menerima tantangan Ayahnya. Dan akhirnya di sini lah kami, mengelola perusahaan kecil bersama. Tanpa ada satu pun yang tau identitas kami yang sesungguhnya.

Tok tok tok

"Bos! Ini saya Arlan. Klien kita sudah datang, harap anda segera menemuinya." Suara nyaring dari luar pintu mengagetkan kami berdua.

Kami saling bertatap kaget, dan aku langsung membantu Arfen kembali memakai kostum orang jeleknya. Ah! Apa aku lupa mengatakan bahwa Arfen menyamar menjadi orang yang buncit, berkumis, gigi yang tidak rata, dan tompel di pipi kanan. Ini semua agar tidak ada satupun presdir manapun mengenalinya. Ini juga termasuk syarat papah Nathan.

***

...1. Nikah Dadakan, Tapi pakai Niatan....

...***...

Arfen dan Thifa hari ini sudah memakai kemeja batik,  dan gaun batik yang secouple. Layaknya pasangan-pasangan yang terlihat kompak dan harmonis. Bukan tanpa alasan keduanya memakai ini, itu karna hari ini mereka harus datang ke pernikahan Riyan dan Vania.

Mereka turut bahagia atas pernikahan keduanya, namun pernikahan ini juga membangkitkan gairah Arfen untuk segera membimbing Thifa dalam jalur halal.

Thifa menggandeng tangan kekasihnya itu. Berjalan ke atas pelaminan, untuk menyalami kedua mempelai. Thifa sedikit cipika cipiki dengan adik kelasnya itu, Vania yang terlihat lebih dewasa dengan gaun pengantin yang terseret di lantai.

Arfen juga memeluk sahabatnya, guna menyanpaikan perasaan bahagia yang dia rasakan.

"Nah Fen, Gue udah nikah nih. Udah sah, ntar malam gue duluan ya. Lu sih kelamaan. Hati-hati ya, awas di tinggal pas sayang-sayangnya." bisik Riyan seraya pelukan persahabatan itu.

Sungguh! Jika Riyan bukan pemeran utama acara itu, mungkin Arfen sudah menunjang habis perut orang ini. Mulutnya itu loh,  selalu saja gak ada rem. Semakin lama semakin menajam.

"Santai bro,  dua hari lagi gue nyusul." balas Arfen tak mau kalah.

Riyan hanya bisa terkekeh sendiri. Entah perkataan Arfen itu hanya candaan belaka atau emang benar adanya.

***

Arfen menggenggam tangan Thifa yang duduk di sebelahnya. Firasat Thifa sudah tidak enak. Dia sudah bersiap, Jaga-jaga kalau pacar langkanya ini membuat onar.

"Liat gak,  mereka berdua bahagia banget ya. Nikah kayak nya enak deh Thif, halal gitu. Dua hari lagi kita nikah yuk?" ceplos Arfen tanpa beban,

"Tapi Fen--"

Mulut Thifa membungkam seketika,  saat dia menatap wajah Arfen yang serius, mata itu, mata kesungguhan yang jarang sekali Thifa liat. Ya, saat ini Thifa tau. Arfen benar-benar serius mengajaknya menikah, bukan hanya gurauan seperti biasa.

"Iya, aku mau. Tapi, soal gedung dan lain-lain gimana? Apa bisa di siapin dua hari doang?"

"Soal itu gampang, yang penting pengantin perempuannya bersedia. Wokey deh, fix dua hari lagi kita nikah. Sekarang balik yuk, milih gaun pengantin sama undangan." Arfen menuntun Thifa keluar dari gedung itu.

***

Semua perkataan Arfen selalu di tepati olehnya. Malam itu juga Arfen membawa Thifa kerumah utama keluarganya. Menghadapkan Thifa kedepan Nathan dan Sheryl.

"Ma, pa, Arfen sama Thifa mau nikah. Jadi mau minta restu." Tutur Arfen serius tak melepas genggamannya.

"Lah, kita semua juga udah tau kali,  kakak jelek bakal nikah sama kak Thifa cantik. Pertanyaan nya adalah, kapan bruh?" sahut gadis itu,  yang saat ini usianya sudah menginjak remaja, dan bersekolah di SMA yang berbeda dari kakak dan kedua orang tuanya dulu bersekolah. Yah,  dia Shiren Arkasa. Si gadis ceplos ini.

"Satu pertanyaan yang bagus, kita maunya nikah dua hari lagi."

"Mama sama papa sih seneng kalian mau bawa hubungan kalian ke jenjang yang lebih serius, tapi kamu pikir nikah dalam dua hari itu gampang, kalian nikah dua minggu aja lagi." Usul Nathan dengan segala pertimbangan.

"Kalo mama sih yang mana aja boleh,  asal kalian segera nikah, punya anak,  mamah jadi nenek." Tambah Sheryl.

"Makasih ma. Oh ya pah,  kan papah udah jadi presdir terbesar di negara ini. Soal persiapan nikah bukan masalah besar dong ya." sahut Arfen enteng.

"Hmmm hmmm, kayaknya papa udah terlalu manjain kamu. Sekarang papa kasih kamu pilihan, mau nikah dalam dua hari habis itu mengolah perusahaan kecil papa dan bukan lagi perusahaan utama. Atau, mau nikah dua minggu lagi,  dan kamu tetap jadi presdir di perusahaan utama keluarga Arkasa?"

***

.

Terpopuler

Comments

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

keren nih ceritanya

2023-06-24

0

Yullie Kasih

Yullie Kasih

Aωαℓ вαcα ∂αн ηgαкαк, ѕєrυ кαуαηуα ηιє cєrιтα

2023-06-04

0

Erni Fitriana

Erni Fitriana

aku cari my special boyfriend ko gak ada thor?

2021-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!