Nathan memberikan pistol yang ia pegang pada Herry, "Bawa wanita ini ke penjara yang ada di bawah," perintah Nathan.
Setelah itu Nathan berlari menghampiri Haruka lalu membawanya ke rumah sakit terdekat. Sedangkan di rumah Nathan, semua anak buah Sakura yang masih hidup termasuk Kishimoto sudah di tangkap.
Beberapa orang yang mati di bakar di salah satu ruangan khusus di rumah itu, yang ada di bawah tanah, sedangkan bodyguard dan pelayan rumah Nathan yang terluka kini sedang di obati oleh dokter yang juga tinggal di rumah ini.
Nathan membawa Haruka ke rumah sakit karena kalau di rawat di rumah peralatannya tidak lengkap, dan takut malah memperburuk keadaan Haruka.
Tasya masih menangis, Tasya di tenangkan oleh Fiona, Felicia masih di obati, luka di kepala Felicia cukup dalam. Fiona tidak terluka sedikit pun karena tadi Fiona sedang berbelanja ke supermarket. Di rumah sakit Nathan sangat gelisah menunggu dokter yang sedang memeriksa keadaan tubuh Haruka.
Setelah menunggu beberapa jam dokter yang mengobati Haruka keluar, Nathan bergegas menghampiri dokter tersebut untuk menanyakan kabar Haruka, "Bagaimana keadaan Haruka?" tanya Nathan gelisah.
"Operasinya berhasil, kita tinggal menunggu pasien bangun dari obat bius saja," balas dokter tersebut.
"Baguslah," Nathan merasa lega mendengar kalau Haruka baik-baik saja.
"Kau boleh menemuinya setelah nanti saya pindahkan pasien ke ruang rawat," jelas dokter tersebut, setelah bicara seperti itu dokter itu pergi ke ruangannya.
Nathan kembali duduk di kursi tunggu samping pintu masuk ke ruang operasi, akhirnya Nathan bisa bernafas lega lagi. Nathan sangat tidak mau jika harus kehilangan Haruka.
Di rumah, Tasya bersikeras ingin menjenguk Haruka di rumah sakit, "Aku harus pastikan kalau kak Haruka baik-baik aja," ucap Tasya sambil menangis.
"Tidak Nona, jangan sekarang, kondisi mu sendiri saja masih seperti ini," Fiona melarang Tasya untuk pergi ke rumah sakit.
"Tapi Kak Haruka kayak gini gara-gara aku," kekeh Tasya, pokoknya Tasya ingin melihat Haruka hari ini juga.
"Begini saja, Nona telpon kak Nathan dan tanyakan bagaimana kondisi Haruka saat ini," usul Fiona.
Tasya terdiam untuk beberapa detik, "Baiklah kalau kau memang melarang ku untuk pergi, aku akan bertanya pada kak Nathan nanti," balas Tasya dengan raut wajah dan nada suara yang sedih.
"Bisa tinggalin aku di kamar sendiri?" tambah Tasya, wanita itu ingin menyendiri di kamarnya.
"Ya sudah saya keluar sekarang," Fiona bangun dari duduknya dan pergi dari kamar Tasya.
Di rumah sakit Nathan sudah duduk di samping kasur Haruka, Nathan terus memandangi wajah Haruka yang masih belum sadar juga. Tiba-tiba jari tangan Haruka bergerak kemudian kelopak mata Haruka pun mulai terbuka pelan-pelan.
Nathan senang, tapi wajahnya malah memasang wajah datar, Nathan berdiri dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, Nathan bergaya seakan-akan ia tenang saja dengan keadaan Haruka saat ini.
Mata Haruka sudah terbuka sepenuhnya, Haruka menatap Nathan lalu tersenyum kecil, "Aku pikir kau akan membiarkan ku mati," ucap Haruka pelan, saat bicara Haruka sepertinya merasakan sakit dari perutnya.
Nathan yang tau kalau Haruka kesakitan, langsung meminta Haruka jangan dulu banyak bicara, "Udah, gak usah banyak bicara dulu," balas Nathan tegas sambil menatap Haruka dengan tatapan sinis.
"Aku akan panggil dokter, tapi satu hal yang harus kamu ingat, aku bawa kamu ke rumah sakit karena aku gak mau hutang budi sama kamu, bukan karena aku khawatir sama kamu," ucap Nathan dingin sambil membelakangi tubuh Haruka.
Haruka terkekeh pelan, "Aku tau, lagipula aku tidak pernah bilang kalau kamu menghawatirkan ku, karena memang pada dasarnya itu gak mungkin," balas Haruka yang tau diri dia ini siapa.
"Lagi pula aku hanya tawanan kamu doang kan, jadi pada intinya aku tidak berhak mengharapkan apapun dari kamu," tambah Haruka.
Nathan kembali berbalik ke hadapan Haruka dengan sorot mata yang tajam, "Kamu bisa diam tidak?" tanya Nathan sambil meninggikan suaranya, Nathan juga mendekatkan wajahnya pada Haruka.
Haruka menatap wajah Nathan yang kini berada tepat di atas wajahnya, tapi saat Haruka ingin membalas ucapan Nathan, sakit di perutnya kembali terasa.
"Sakitttttt," Haruka merintis kesakitan sambil memegang perutnya.
"Jangan di teken, nanti makin sakit, tunggu aku panggil dokter dulu," Nathan mendadak panik dan berlari keluar untuk memanggil dokter.
Beberapa detik kemudian Nathan kembali datang dengan membawa dokter, dokter itu langsung memeriksa tubuh Haruka. Haruka masih merintis kesakitan. Setelah Pemeriksa beberapa menit Haruka kembali membaik.
"Kenapa yah dok? Kok mendadak sakit lagi?" tanya Nathan.
"Tadi otot-otot perutnya sempat memegang, tapi sekarang udah gak papah kok," jelas dokternya.
"Baiklah saya permisi dulu," pamit dokternya sambil berjalan keluar dari ruangan.
Nathan duduk kembali di kursi yang ada di samping tubuh Haruka, Haruka di beri obat penenang dan sekarang sedang tidur efek dari obatnya. Nathan menatap wajah Haruka lalu tanpa sadar Nathan tersenyum kecil, "Gak nyangka, setelah sekian lama baru kali ini lagi aku khawatir dengan kehidupan orang lain selain Tasya," gumam Nathan dalam hatinya, menurut Nathan itu sangat lucu.
Ponsel Nathan berbunyi, Nathan memeriksa dan ternyata itu dari Tasya. Nathan mengangkat telponnya, "Ada apa adikku?" tanya Nathan.
"Kak, Kak Haruka gak papah kan?" tanya Tasya cemas.
"Haruka gak papah, sekarang dia lagi tidur," balas Nathan sambil menatap Haruka sekilas.
"Bagus deh kalau kak Haruka memang gak papah, tapi kak boleh gak aku ke sana sekarang?" tanya Tasya ingin bertemu dengan Haruka.
"Boleh, tapi di temenin Herry sama Fiona ke sini nya," balas Nathan, ada beberapa hal yang ingin Nathan tanyakan pada Herry.
Tasya senang, "Oke kak, aku ke sana sekarang, makasih yah udah di izinin, dah kakak ku tercinta," Tasya mematikan sambungan telpon lalu pergi untuk memanggil Fiona.
Di rumah sakit Nathan menyimpan ponselnya di meja. Sedangkan itu di rumah Herry sedang mengurus Kishimoto dan juga Sakura.
"Siapa gadis bodoh tadi?" tanya Sakura kesal sambil menatap tajam Herry, gadis yang dimaksud Sakura adalah Haruka.
Herry hanya terdiam sambil memandangi Sakura.
"Kalau saja dia tidak menghalangi ku membunuh atau setidaknya melukai adik Nathan, aku pasti bahagia karena akhirnya balas dendam ku terpenuhi," tambah Sakura sambil berteriak.
Herry berjalan mendekati jeruji besi, "Ternyata kamu sama bodohnya dengan ayahmu," balas Herry, setelah bicara seperti itu Herry pergi meninggalkan tempat itu.
"Hey mau pergi kemana kau? Bilang pada bos mu kalau dia juga bodoh," teriak Sakura.
Herry menghentikan langkahnya, Herry memasukan tangannya ke dalam saku celana, "Sudahlah jangan banyak bicara, lagipula sebentar lagi malaikat pencabut nyawa akan datang menjemput mu atau Nathan sendiri yang akan mengantarkan nyawa kalian ke hadapan mereka nanti," balas Herry tersenyum miring, Herry melanjutkan kembali langkahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Zulaykha Zulaykha
lanjutkan membaca itu
2021-10-18
0
Opung Boru Caroline
Haruka penyelamat tasya.jd tasya berutang budi sama haruka
2021-09-07
0
Ei Sutan Umar
lanjut thor
2021-07-31
0