Nathan kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap berangkat kerja, setelah selesai bersiap Nathan menghampiri Haruka yang sedang terduduk di kursi meja makan yang berada di ruang makan.
Nathan berdiri di samping Haruka, Haruka langsung menatap Nathan, "Nanti malam bersiaplah, aku akan mengajakmu pergi," ucap Nathan.
Haruka masih terdiam sambil menatap Nathan.
"Jangan menolak karena ini perintah, lalu jangan pernah punya pikiran untuk kabur, atau kau akan tau akibatnya," tambah Nathan, setelah bicara itu Nathan langsung pergi untuk berangkat kerja.
Haruka menatap kepergian Nathan, setelah Nathan sudah benar-benar pergi Haruka langsung memalingkan tatapannya. Fiona menghampiri Haruka, "Mau saya siapkan sarapan?" tanya Fiona, Haruka belum sarapan dari tadi.
"Boleh," balas Haruka.
"Sereal atau yang lain?" tanya Fiona lagi.
"Sereal sama susu saja," balas Haruka.
"Ya sudah tunggu sebentar, aku akan buatkan sarapan terlebih dahulu," Fiona berjalan menuju dapur untuk membuatkan Haruka sarapan.
Di kamar Tasya sedang cemberut, semalam Tasya berharap kakaknya mendatangi dirinya lalu membujuknya, tapi ternyata Nathan tidak menghampiri kamarnya untuk membujuk dirinya.
"Pasti semua ini gara-gara wanita itu, wanita itu yang sudah buat kakakku jadi berubah," ucap Tasya yang sedang curhat pada Felicia.
"Tapikan kakak kamu juga berhak jatuh cinta sama wanita lain," balas Felicia yang merasa itu tidaklah hal yang aneh.
"Aku tidak melarang kakak aku jatuh cinta, cuman masa suka sama orang kayak gitu sih? Dia tuh tidak sederajat sama kita, dia tuh beda kasta," balas Tasya, ketika di rumah Tasya memang orang yang seperti itu. Terkecuali ketika ia berada di luar dan berkumpul dengan teman-temannya, Tasya malah akan jadi pendiam karena malu dengan keadaannya.
"Yah kalau sudah saling suka kan susah," ucap Felicia.
"Ah sudahlah tidak ada gunanya bicara padamu," balas Tasya kesal karena Felicia tidak membenarkan ucapannya.
"Ya sudah, kalau begitu aku keluar dulu," Felicia izin keluar dari kamar Tasya.
"Pergi," balas Tasya.
Felicia keluar dari kamar Tasya, ia ingin pergi mencari angin untuk menetralkan pikirannya karena terlalu banyak mendengar ocehan dari Tasya. Felicia melihat Fiona yang sedang berada di dapur, Felicia langsung menghampiri Fiona.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Felicia.
Fiona yang sedang mencuci piring langsung menatap ke arah Felicia yang bicara, "Aku pikir siapa," balas Fiona.
"Kabarku baik-baik saja, sama seperti hari-hari biasanya," tambah Fiona.
"Kau suruh saja pelayan lain untuk mencucinya, bukannya kau ketua di sini," ucap Felicia.
"Mereka pada sibuk, lagian aku bisa kok cuci piring tidak usah bantuan mereka," balas Fiona.
Felicia terkekeh pelan, "Kau senang bekerja di sini?" tanya Felicia.
"Yah kalau senang kadang juga tidak," balas Fiona.
"Berarti sama, aku memang sudah menganggap Tasya sebagai anakku sendiri, tetapi terkadang sikapnya buat aku lelah juga," jelas Felicia mengungkapkan apa yang ia rasakan selama ini.
"Sama lah kayak Nathan, tapi aku merasa lebih bahagia setelah bertemu dengan Haruka, dia wanita yang baik," ucap Fiona yang sudah sangat menyayangi Haruka.
"Oh iya dia dimana? Aku mau minta maaf padanya karena pernah membentaknya, itu pun sebenarnya aku lakukan untuk Tasya," Felicia menanyakan keberadaan Haruka untuk minta maaf.
"Tadi sih ada di ruang makan, lagi sarapan," Fiona memberitahu keberadaan Haruka.
"Ya sudah aku ke Haruka dulu," pamit Felicia.
Di tempat lain Nathan sudah sampai di tempat kerjanya bersama dengan Herry asistennya, sesampainya di sana Nathan langsung di sambut hangat oleh para pekerja yang ada di sana.
"Bagaimana ada perkembangan soal siapa orang yang sudah menyerang kita kemarin?" tanya Nathan pada orang-orang di sana.
Seorang mata-mata yang di perintah mencari siapa orang yang memerintah penyerangan kemarin berjalan menghadap ke hadapan Nathan, "Tuan kami memang belum tau siapa orang yang menjadi dalang dari penyerangan kemarin, tapi saya sudah menangkap salah satu orang suruhannya," ucap mata-mata itu.
"Dimana orang itu sekarang?" tanya Nathan.
"Ada di penjara," balas mata-mata itu.
Nathan memberikan tasnya pada Herry sedangkan dirinya pergi ke penjara untuk menghampiri orang itu, beberapa orang beserta mata-mata tadi mengikuti Nathan dari belakang.
"Kau menangkapnya dari mana?" tanya Nathan.
"Dia adalah satu pekerja kita," balas Herry.
Herry juga rupanya sudah tau tentang orang yang di tangkap itu, karena sebelum bicara pada Nathan biasanya semua orang harus membicarakannya dengan Herry terlebih dahulu.
Beberapa detik kemudian akhirnya mereka sampai di depan penjara yang menahan orang itu, "Dia belum mengaku?" tanya Nathan lagi.
"Belum, pria ini masih bersikeras tak mau bicara," balas Herry.
"Apa kau sudah cari tahu dimana orang terdekatnya tinggal?" tanya Nathan.
"Sudah, ini foto anak dan istrinya, ini juga ada foto kedua orang tuanya," Herry memberikan beberapa foto pada Nathan.
Nathan mengambil foto dari tangan Herry lalu tersenyum licik, sedangkan orang di dalam penjara itu masih menatap Nathan dengan tatapan tajam.
Herry membuka pintu penjara, lalu Nathan masuk dan menarik kerah baju pria yang ada di penjara itu dengan sangat kasar, kedua tangan dan kaki pria itu di rantai.
"Kau masih tidak mau bicara siapa orang yang menyuruh mu?" tanya Nathan dingin.
Sedangkan Herry dan yang lainnya menunggu Nathan di luar penjara.
Pria itu malah tersenyum miring, "Tidak, kalaupun kau bunuh aku, aku tidak akan memberitahu siapa bos ku," balas pria itu.
"Yakin?" tanya Nathan kembali.
"Bagaimana kalau nanti ku beri sebuah hadiah kepala mereka? Mau tidak? Untuk menemani kematian mu," tanya Nathan lagi sambil menyeringai.
Pria itu seketika gemetar, "Darimana kau tau mereka?" tanya pria itu ketakutan.
"Kau tidak perlu tau aku tau mereka darimana, yang jelas kalau kau bicara padaku siapa bos mu aku jamin hidup mereka akan baik-baik saja," balas Nathan, Nathan melepaskan tarikannya.
Pria itu pun terjatuh ke lantai, "Tolong jangan libatkan mereka," pria itu memohon pada Nathan.
"Aku tidak bisa, aku hitung sampai sepuluh kalau kau tidak mau mengatakan siapa bos mu maka aku akan menyuruh anak buah ku datang ke rumah anak dan istrimu termasuk orang tuamu untuk membunuh mereka dan membawa kepala mereka ke sini," ancam Nathan datar.
"Baiklah aku akan beritahu siapa orang yang menyuruhku di sini, tapi tolong jangan lukai mereka," akhirnya pria itu terpaksa memberitahu siapa orang yang menjadi bos nya.
Nathan mengelus rambut pria itu, "Anak baik," ucap Nathan sembari tersenyum miring.
"Baiklah kau katakan semuanya pada mereka," Nathan meminta pria itu bicara pada Herry.
Sedangkan Nathan malah kembali untuk pergi ke ruangannya, "Setelah kau tau siapa orangnya, jangan langsung bunuh dia, kau cari tau dulu orangnya dan pastikan kalau kita tidak salah orang," ucap Nathan pada Herry.
"Baik Tuan," balas Herry
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Karmila
pelayannya baik banget
2023-06-15
1
Karmila
sangat menyentuh
2023-06-15
0
Anonymous
penasan crta nya...
2022-04-11
0