"Dia siapa?" tanya Tasya menunjuk Haruka dengan telunjuknya.
Haruka yang tengah berjalan mengambil nampan yang berisikan makanan terdiam di tempatnya sambil menatap ke arah Tasya dan juga Felicia.
Fiona menghampiri Tasya, "Dia juga pelayan di sini," ucap Fiona menutupi kebenaran tentang siapa Haruka sebenarnya.
"Pelayan? Tapi kenapa dia gak pakai baju seragam kayak pelayan lainnya?" tanya Tasya kembali.
"Ohhh, dia pelayan baru di sini karena kemarin pelayan lama tiba-tiba mengundurkan diri karena kekurangan orang jadi dia jadi pelayan baru," jelas Fiona sedikit grogi takut apa yang ia katakan salah.
"Oh baiklah, tapi kenapa kak Nathan masih belum pulang juga? Biasanya kalau malam kak Nathan pasti pulang," tanya Tasya memalingkan tatapannya dari Haruka.
Haruka kembali melanjutkan langkahnya untuk berjalan menuju kamar.
Tasya tak memperdulikan Haruka, ia melanjutkan aktivitas untuk makan malam. Sedangkan itu di kamar Haruka sudah sampai di kamarnya, ia menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri.
Nathan sudah menunggu Haruka sedari tadi, "Ngapain aja sih? Lama banget cuman ngambil makan doang juga," tanya Nathan sinis, Nathan ternyata belum memakan makanan miliknya karena ingin makan malam bersama dengan Haruka.
Haruka duduk di kursi yang ada di samping Nathan, "Makanannya sudah dingin yah? Ya sudah ganti sama makanan aku saja," tanya Haruka ingin menukar makanan miliknya dengan milik Nathan.
Nathan memukul tangan Haruka pelan, "Gak usah," ucap Nathan tak mau di tukar.
"Ya sudah kalau gitu kita makan," ajak Haruka.
Mereka pun mulai makan malam, "Oh iya tadi adikmu tanya siapa aku, tapi Fiona bilang aku pelayan baru di sini, itu suruhan kamu?" tanya Haruka sambil makan.
"Kenapa wanita itu bilang kalau kamu pelayan? Kau itu milikku, padahal wanita itu tinggal bilang kalau kamu itu adalah sesuatu yang sudah menjadi milikku," balas Nathan santai sambil makan.
"Yah mana aku tau, aku pikir itu perintah kamu," ujar Haruka.
"Oh iya, boleh nanya tidak?" tambah Haruka, ada hal yang ingin ia tanyakan pada Nathan.
"Tanya apa?" tanya Nathan sibuk dengan makanannya.
"Tasya itu orangnya kayak gimana?" tanya Haruka penasaran dengan kepribadian Tasya.
Nathan langsung menatap Haruka dengan tatapan tajam, "Kenapa kau tanya hal itu?" tanya balik Nathan.
Haruka menundukkan pandangannya, "Aku cuman mau tau aja," balas Haruka tak berani menatap Nathan saat sedang marah.
"Sudah, kalau sedang makan jangan banyak bicara," titah Nathan tegas.
Haruka pun melanjutkan makannya tanpa bicara panjang lebar lagi, nampaknya bukan hal bagus menanyakan Tasya pada Nathan untuk saat ini bahkan mungkin untuk kedepannya juga.
Mereka pun selesai makan, tiba-tiba ponsel Nathan berbunyi. Nathan mengambilnya lalu mengangkat telpon itu, setelah selesai mengangkat telpon Nathan berlari mengambil jas dan pergi ke luar dari kamar Haruka.
Haruka terdiam sembari menatap kepergian Nathan, "Mau kemana dia?" tanya Haruka kebingungan.
Di luar ternyata masih ada Tasya, Nathan tak menatap Tasya ia berlari menuju luar sembari memanggil asistennya agar ikut dengannya.
"Kak mau kemana?" tanya Tasya yang melihat Nathan berlari tanpa menatapnya.
Nathan tak sama sekali mendengar pertanyaan Tasya, Nathan terus berlari sampai Nathan masuk ke mobil bersama dengan asisten itu.
Tasya menatap Fiona dan juga pelayan yang lainnya dengan tatapan tajam, "Kakakku sudah pulang, tapi kenapa kalian bilang padaku kalau kakakku tadi belum pulang?" tanya Tasya kesal.
"Tadi Tuan Nathan bilang pada kami kalau kita tidak boleh bilang kalau Tuan Nathan sudah pulang ke rumah," Fiona terpaksa jujur pada Tasya, ia sudah tak bisa beralasan lagi.
"Lalu kenapa kakakku keluar dari kamar pelayan baru itu? Ngapain kakakku di sana?" tanya Tasya menunjuk kamar Haruka, tadi Tasya melihat Nathan keluar dari kamar tersebut.
"Soal itu, Nona tanyakan saja sama Tuan Nathan, kita di sini tak bisa menjawabnya," balas Fiona tak mau buat kesalahan.
Haruka keluar dari kamarnya untuk melihat kemana Nathan pergi sembari membawa piring bekas dirinya, tapi saat ia baru menginjak kaki di luar kamar ia sudah melihat Tasya dan yang lainnya tengah menatap ke arahnya.
Haruka kebingungan dengan apa yang mereka semua lakukan.
"Apa jangan-jangan, pakaian yang ada di lantai tiga juga itu milik wanita itu," ucap Tasya menunjuk Haruka.
Haruka yang tak mengerti hanya terdiam saja. Fiona meminta pelayan lain mengambil nampan yang berada di tangan Haruka, Haruka memberikan nampan itu.
"Bawa dia, aku ingin mencocokkan pakaian yang ada di atas dengan tubuhnya," Tasya meminta Felicia membawa Haruka.
Felicia menarik tangan Haruka untuk membawa Haruka ke lantai tiga, Fiona yang khawatir pada keselamatan Haruka langsung mengikuti Haruka dan yang lainnya ke lantai atas.
Beberapa saat kemudian sampailah mereka di kamar khusus pakaian yang Nathan berikan untuk Haruka.
Felicia mengambil beberapa pakaian lalu di cocokan di tubuh Haruka ternyata pakaian itu memang pas di tubuh Haruka, semuanya yang ia bawa lagi.
"Jadi beneran ini semua untuk kamu?" tanya Tasya tak percaya.
"Iyah ini semua memang pakaian yang Nathan berikan untukku," balas Haruka mengangguk.
Fiona menghampiri Haruka, "Kenapa kamu bilang?" tanya Fiona berbisik di telinga Haruka pelan.
"Gak papah tadi Nathan bilang katanya bilang aja yang sejujurnya," balas Haruka sama dengan suara pelan.
"Oh bagus deh kalau gitu," ucap Fiona tenang.
"Tapi kenapa kakakku membelikan pakaian sebanyak ini padamu? Pakaian dan semua barang-barang di sini bahkan lebih banyak dari semua barang-barang milikku," tanya Tasya tak habis pikir.
"Aku juga gak tau," balas Haruka yang juga tak mengerti apa maksud Nathan membelikan pakaian ini, karena di pikiran Haruka, Nathan tak lebih dari seorang iblis yang berwajah malaikat.
Seorang manusia tanpa hati yang dengan mudahnya memperlakukan Haruka dengan kasar dan tak berperasaan.
Di tempat lain Nathan dan asistennya sampai di markas mereka, beberapa pekerjaan yang paling di percaya di sana langsung menghampiri Nathan dan mengatakan kejadian yang terjadi di sana beberapa menit yang lalu.
"Siapa yang melakukan ini pada kita?" tanya Nathan marah.
"Menurut beberapa kecurigaan dan kemungkinan yang sudah saya simpulkan, itu mengarah pada beberapa orang yang tinggal di Jepang ini," jelas seorang mata-mata yang di pekerjakan oleh Nathan untuk jaga-jaga jika ada kasus seperti ini.
"Siapa mereka? Dan apa mau mereka?" tanya Nathan penasaran.
"Orang pertama dia bernama Nakamura, salah satu orang ternama di Jepang, mungkin karena kedatangan kami ke Jepang membuat pembeli berkurang padanya," jelas mata-mata itu sembari membaca catatannya.
"Lalu siapa lagi?" tanya Nathan.
"Yang kedua bernama Mizuki, seorang ketua Mafia juga, tapi dia ada di bawahnya Nakamura, alasannya sama seperti dengan orang pertama," jelas mata-mata itu lagi.
"Terus yang ketiga dia adalah seorang dokter di rumah sakit terbesar di Jepang, dia bernama Sakura, alasannya karena ia punya dendam atas kematian ayahnya yang beberapa tahun lalu di bunuh oleh kita beberapa tahun lalu," jelas Mata-mata itu.
"Masi ada?" tanya Nathan.
"Yang terakhir adalah Tomo, dia adalah lelaki yang menyukai Haruka wanita yang telah kau jadikan tawanan di rumah sekarang, di adalah anak dari pengusaha hebat di Jepang. Mungkin saja ia menyewa beberapa orang untuk melakukan ini agar kau teralihkan dari Haruka agar nanti ia bisa mengambil Haruka kembali dengan mudah," jelas nya kembali.
Di sana ada seorang pria yang masih termasuk pekerja Nathan yang terkekeh pelan, "Ternyata begitu saja mereka sudah goyah dan kebingungan, sepertinya aku akan dengan mudah menjalankan misi yang bos ku berikan," ucapnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Ei Sutan Umar
aduh ada penghianat didalam..
2021-07-31
0
Nurulfajriyah
mata2
2021-07-18
0
YuliaBilqis
Sama bos aku kamu y
2021-07-05
0