"Aku bisa berjalan sendiri ke kamar pria itu," Haruka berjalan sendiri ke kamar Nathan.
"Kamar Tuan Nathan ada di lantai tiga yang berada di paling ujung kanan," ucap pelayan Nathan membantu Haruka menunjukkan kamar Nathan.
Haruka berjalan dengan hati yang ragu dan takut, tapi wanita itu berusaha keras menutupi apa yang ia rasakan.Haruka menarik nafasnya dalam-dalam, lalu mengetuk pintu kamar Nathan.
"Masuk," teriak Nathan dari dalam kamar.
Haruka membuka perlahan pintu kamar lalu berjalan menuju kasur Nathan, "Ada apa kau memanggil ku?" tanya Haruka berhenti di hadapan Nathan dengan tatapan yang tak dapat di artikan.
"Bawakan aku minum dan juga makanan," titah Nathan tanpa menatap Haruka.
Haruka menatap meja di samping tempat tidur Nathan, "Bukannya di meja itu sudah tersedia makanan dan minumannya? Kenapa harus saya ambilkan lagi?" tanya Haruka menunjuk makanan yang berada di samping kasur Nathan dengan matanya.
Nathan ikut menatap makanan di meja, "Aku ingin kau yang mengambilnya, ambilkan aku makanan sekarang atau kau ingin ku hukum," Nathan menatap Haruka dengan tatapan tajam.
"Tapi....." Haruka tak melanjutkan ucapannya.
Nathan bangun dan mencekik leher Haruka, "Kau turuti semua permintaan ku, karena kau sudah jadi milikku sekarang," tegas Nathan tepat di depan wajah Haruka.
Haruka berusaha keras melepas tangan Nathan yang berada di lehernya, Haruka kesakitan dan tidak bisa bernafas.
"Aku akan lepaskan kau jika kau mau menuruti permintaan ku, bagaimana kamu mau?" tanya Nathan tegas.
Haruka menganggukkan kepalanya, lalu Nathan melepas tangan yang berada di leher Haruka. Haruka terjatuh ke lantai karena lemas, Haruka berusaha menarik nafas agar oksigen kembali mengalir ke dalam paru-parunya.
Nathan berdiri di hadapan Haruka yang masih terduduk di lantai, "Cepat pergi ke dapur ambil makanan dan juga minum saya! Jangan lama-lama!" titah Nathan tegas.
Haruka bergegas berjalan menuju dapur, sesekali Haruka memegang lehernya yang masih terasa sakit. Bahkan saat ini lehernya sangat merah karena ulah Nathan tadi, sesampainya di dapur Haruka langsung masak untuk Nathan.
Setelah selesai masak Haruka tidak sengaja menabrak seorang pelayan wanita yang terlihat agak muda, berbeda dengan pelayan lainnya. Membuat gelas minum yang Haruka bawa pecah, "Kenapa menabrak ku? Bisa lihat tidak kalau aku sedang lewat?" tanya pelayan muda itu memarahi Haruka.
"Saya minta maaf, saya akan bereskan ini setelah mengantarkan makanan ini ke kamar Tuan Nathan," ucap Haruka minta maaf menundukkan badannya juga.
"Tidak bisa, kau bereskan ini sekarang juga!" teriak pelayan itu tak mau perintahnya ia bantah.
"Lalu kalau makanan ini dingin bagaimana?Tuan Nathan juga meminta saya tidak lama berada di disi," balas Haruka tak bisa membersihkan pecahannya sekarang juga.
Pelayan wanita yang agak tua berjalan menghampiri mereka, "Biarkan saya saja yang bereskan," pelayan itu berniat membantu Haruka membereskan pecahan kaca.
"Tidak usah, biarkan orang ini saja yang membereskannya. Nanti kalau di bantu yang ada dia malah jadi merasa Nona rumah ini, padahal cuman sekedar-" Pelayan wanita muda itu tak melanjutkan ucapannya karena Nathan dari lantai tiga menembaknya begitu saja.
Semua pelayan di sini tak terkejut dengan apa yang Nathan lakukan, mereka sudah terbiasa dengan kelakuan Nathan yang membunuh orang dengan sembarangan.
Haruka terlihat sangat terkejut, selama hidupnya ia belum pernah melihat orang mati di tembak tepat di depan wajahnya. Bahkan beberapa tetesan darah mengenai wajahnya, lutut Haruka terasa sangat lemas tapi Haruka berusaha terlihat biasa saja, walaupun keringat dingin sudah membasahi sekujur tubuhnya.
"Dengarkan baik-baik! Tidak ada di antara kalian semua yang berhak memarahi gadis itu atau bahkan melukainya. Karena dia sudah jadi milikku dan hanya aku yang bisa melakukan itu padanya," Nathan memberikan peringatan pada orang-orang yang berada di rumah itu agar tidak boleh melakukan apapun pada Haruka.
"Dan kau cepat antar makanan itu ke kamar ku sekarang juga, kalau tidak kau akan ku tembak seperti wanita itu," Nathan meminta Haruka segera naik ke kamarnya.
"Kalian bakar saja mayatnya, dan bersihkan darahnya juga," tambah Nathan.
Nathan berbalik lalu berjalan dengan santai menuju kamarnya kembali, Haruka juga mulai berjalan ke kamar Nathan sembari mengambil makanan dan minum yang telah ia siapkan untuk Nathan.
Sesampainya Haruka di kamar Nathan, Haruka langsung membereskan makanan nya di meja, sedangkan makanan yang tadi di meja Haruka bawa ke dapur kembali.
Nathan sekarang sedang makan menikmati makanan yang Haruka buat untuknya, Nathan tersenyum tipis, "Ternyata masakannya bisa dinikmati," ucap Nathan.
Haruka memang bisa masak, karena dulu saat Haruka berada di rumah pamannya dia lah yang selalu masak untuk makan pamannya dan juga orang-orang yang tinggal di rumah pamannya.
Haruka kembali ke kamarnya dengan badan yang bergetar, Haruka masih terkejut dengan kejadian tadi di dapur, Haruka menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Kakinya lemas, "Siapa sebenarnya pria yang bernama Nathan itu? Orang macam apa dia sebenarnya? Sepertinya dia bukan manusia, tetapi iblis yang tengah menyamar menjadi manusia," Haruka bertanya-tanya tentang siapa Nathan yang sebenarnya.
"Aku sepertinya sudah salah besar masuk ke rumah ini, aku pokoknya harus kabur dari neraka ini," Haruka ingin kabur, tapi ia tak tau harus kabur lewat mana dan bagaimana.
Seseorang mengetuk pintu kamar Haruka, "Nona kau belum makan dari tadi, ini saya siapkan makanan untukmu," ucap seseorang dari luar kamar Haruka.
Haruka segera membuka pintu kamarnya, di luar ada seorang pelayan wanita yang tadi sempat ingin membantu Haruka membersihkan pecahan kaca di dapur.
"Saya masuk yah," pelayan itu masuk ke kamar Haruka lalu menyiapkan makanan yang ia bawa ke meja.
Haruka berjalan di belakang pelayan itu lalu duduk di kasur, "Nama kamu siapa?" tanya Haruka yang ingin tau siapa nama orang itu.
Haruka merasa pelayan ini beda dengan pelayan lainnya yang bersikap sombong dan sinis padanya.
"Namaku Fiona, aku bukan orang Jepang, sebenarnya kita di sini semuanya bukan orang Jepang. Kita adalah orang Amerika yang ikut ke Jepang karena Tuan Nathan ada pekerjaan di sini," jelas Fiona.
"Memangnya pekerjaan apa?" tanya Haruka penasaran.
"Nathan adalah Mafia," Fiona tak memberitahu pekerjaan apa yang Nathan lakukan di Jepang, Fiona hanya mengatakan siapa Nathan itu.
Haruka tidak terlalu kaget dengan ucapan Fiona mengenai Nathan yang ternyata adalah Mafia, karena Haruka dari awal memang menduga kalau Nathan adalah Mafia atau kalau bukan Mafia Nathan adalah seorang pembunuh bayaran, itulah yang Haruka pikirkan sedari tadi.
"Kamu jangan pernah punya niatan untuk kabur dari rumah ini, karena percuma saja di setiap sudut di rumah ini terdapat kamera pengintai jadi apapun yang kita lakukan pria itu pasti tau," jelas Fiona tak mau Haruka kenapa-napa.
"Benarkah?" Haruka mencari kamera pengintai di kamarnya, ternyata benar di sudut kamarnya terdapat kamera mengintai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Bastard_🗡️
Jepang? mau ke sana
2024-01-31
0
Ira ita
nama namanya agak kurang srek
2023-06-10
0
Anonymous
merinding
2022-04-11
0