Rasa penasaran Alfa benar-benar terlihat dari tatapannya. Dia yang belum mengetahui tentang sosok wanita, yang telah menemani malam indahnya di dalam kegelapan kamar hotel, langsung terdiam tanpa suara dengan mata yang sama sekali tidak berkedip. Namun diamnya itu tidak bertahan lama, setelah Faris kembali bersuara.
"Fa,, Papa tidak ingin memaksamu untuk menikah. Tapi setidaknya, sebagai laki-laki sejati kamu harus bisa bertanggung jawab. Atas apa yang sudah kamu lakukan kepada seorang wanita yang tidak berdosa." Ujar Faris.
"Maksud Papa apa? Apa saya harus menikahi wanita yang belum sama sekali saya kenal? Saya tidak menolak untuk di jodohkan Pa. Tapi setidaknya, saya ingin mengenali wanita yang akan mendampingi hidup saya. Walau hanya sebentar sebelum menikah." Ujar Alfa dengan ekspresi datarnya.
"Papa tidak mengatakan itu. Lagian wanita itu juga sudah pergi entah kemana? Setelah kejadian tadi malam." Jawab Faris.
"Saya pikir Papa sudah bertemu dengannya. Sampai Papa begitu yakin kalau dia wanita yang tidak berdosa." Imbuh Alfa dengan tatapan lurus ke depan.
"Tadinya Papa berniat mencarinya, tapi Papa juga anak buah Papa, sama sekali tidak menemukannya. Malah kita bertemu dengan Farel, Ratu, juga laki-laki yang semalam telah membantu Farel. Kita bertemu di jalan setelah kembali dari bandara." Jelas Faris yang sudah kembali duduk di samping Alfa.
"Buat apa harus mencarinya Pa? Itu sudah menjadi keputusannya untuk pergi. Mungkin dia juga tidak ingin di libatkan dalam masalah ini." Sambung Alfa.
"Iya juga Fa. Biarlah dia pergi. Papa berharap, semua yang telah terjadi tidak membuatnya menderita di kemudian hari." Ujar Faris dengan raut wajah yang terlihat begitu khawatir.
"Mengapa Papa begitu khawatir memikirkan wanita yang bukan siapa-siapa?" Tanya Alfa dengan tatapan bingung, setelah melihat ekspresi Papanya.
"Papa memang belum mengenalinya. Tapi Papa tidak ingin dia mengalami apa yang pernah di alami Mama kamu, beberapa tahun yang silam. Mengandung tanpa ada sosok suami yang mendampingi. Karena itu akan membuat dia sangat menderita." Ujar Faris yang membuat Alfa langsung menatapnya tajam.
"Mengapa Papa harus berpikir seperti itu? Apabila dia mengandung, belum tentu juga itu karena perbuatan saya." Ujar Alfa dengan tampang datarnya.
"Tapi kamu telah melakukan itu terhadapnya. Bisa saja dia mengandung. Seperti Mama kamu waktu itu." Imbuh Faris.
"Pa,, ini termasuk negara yang begitu bebas. Tidak mudah mendapatkan wanita baik-baik di negara ini. Dan Papa jangan mudah di tipu dengan cerita Ratu! Karena biar bagaimanapun, dia itu putrinya Farel. Orang yang menyimpan dendam terhadap Papa sejak lama." Alfa berusaha untuk meyakinkan Papanya, sesuai apa yang ada di dalam pikirannya saat itu.
"Fa,, kamu tu sudah dewasa. Sudah saatnya kamu memikirkan tentang wanita. Kamu tidak bisa selalu sendirian selamanya." Tambah Faris.
"Papa,, saya seperti ini bukan karena tidak menginginkan pendamping hidup. Tapi saya tidak mau salah dalam memilih pasangan." Ujar Alfa sambil menatap Faris yang juga sedang menatapnya.
Melihat sikap Alfa yang tidak bisa menerima wanita yang belum dia kenal. Membuat Faris akhirnya memilih untuk mengalah. Apalagi wanita yang di tiduri putranya itu, sudah menghilang tanpa ada jejak yang bisa di lacak.
"Ya sudah. Kalau gitu Papa kembali dulu ke kamar Papa. Kamu beristirahatlah! Tidak usah memikirkan apa yang tadi Papa katakan. Ikutilah kata hatimu, karena kata hati tidak pernah membohongi perasaan." Faris berkata-kata dengan penuh perhatian.
"Iya Pa. Papa juga langsung istirahat! Jangan terlalu banyak berpikir!" Sambung Alfa sambil menatap Papanya yang hendak keluar dari kamarnya.
Setelah Papanya pergi, Alfa langsung bergegas untuk tidur, karena waktu sudah menunjukkan pukul 12:30 malam. Udara di malam itu terasa begitu dingin. Namun Alfa yang sudah terbiasa tidur dengan bertelanjang dada, hanya terlentang sambil menatap ke arah loteng. Dari ekspresi wajahnya, Alfa terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Mungkin nasib wanita itu sama seperti Mama. Tapi saya yakin, dia bukan wanita baik-baik seperti Mama." Alfa berkata-kata sendirian, sambil berbalik memeluk guling yang ada di sampingnya.
Malam itu begitu dingin dengan semilir angin bertiup, dan di iringi rintik hujan yang mulai turun membasahi bumi. Di bawah kegelapan langit yang tak berbintang, terduduk seorang wanita di sebuah kursi taman, dengan derai air mata membasahi wajahnya. Tanpa arah dan tujuan, Shelina yang sedang berada di puncak derita hanya bisa menangisi nasibnya.
Harga diri yang telah dia korbankan demi bisa terlepas dari kekejaman Farel dan keluarganya, kini berubah menjadi satu penyesalan terbesar dalam dirinya. Setelah meninggalkan hotel berbintang itu, Shelina begitu bersemangat untuk menghubungi sepasang suami istri, yang sudah berjanji untuk membantunya kembali ke Indonesia pagi itu juga. Tapi semangat itu seketika berubah menjadi kekecewaan, juga keputusasaan setelah mendapat kabar buruk dari orang yang dia hubungi.
Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Itulah kata yang paling tepat untuk Shelina. Setelah kehilangan harga dirinya, dia pun berpikir akan terbebas dari semua masalah hidupnya di negara itu. Tapi kedua orang yang dia harapkan untuk bisa membantunya, ternyata mengalami kecelakaan setelah bertemu dengannya sore tadi. Dan yang lebih parahnya lagi, kecelakaan itu telah merenggut nyawa Pak Reno dan Ibu Lara, yang menjadi harapan satu-satunya Tiara setelah pergi meninggalkan hotel.
Setelah mendapatkan kabar duka itu dari salah satu kerabat Pak Reno, Shelina yang sudah tidak bisa untuk berpikir hanya menangis di depan bandara. Dan karena takut di temukan oleh anak buah Farel, akhirnya Shelina memilih untuk pergi dari tempat itu, dan kembali bersembunyi di taman. Di tempat dia bertemu pasangan suami istri berhati mulia itu tadi sore.
"Ya Tuhan,, apa selamanya aku akan menderita seperti ini? Sesuatu yang sangat berharga bagiku, telah aku korbankan demi mendapatkan kebebasan. Tapi semua itu hanyalah sia-sia. Orang yang bersedia menolongku kini telah tiada. Kepada siapa lagi aku harus meminta pertolongan? Hiks,,,hiks,,,hiks.." Shelina berkata-kata dengan tangisan yang begitu pilu.
Tidak ada lagi yang bisa Shelina lakukan, selain pasrah dengan keadaannya saat itu. Semua harapan untuk terbebas dari Farel, kini telah sirna dan di gantikan dengan rasa takut yang begitu besar. Shelina yang sudah sangat mengenal sifat Ayah angkatnya, hanya bisa menangisi nasibnya, yang akan tamat apabila di temukan oleh anak buah Farel.
Shelina sangat yakin kalau Farel tidak akan membuatnya bebas begitu saja. Dan dia pun tidak berdaya untuk melawan laki-laki berhati iblis itu. Betapa menyedihkan keadaan gadis malang itu. Dia harus menanggung beban hidup yang datang silih berganti, tanpa ada jalan untuk meraih kehidupan yang lebih baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Fenty Izzi
bersabarlah shelina🥺
semoga anak buah faris menemukannya🥺
2022-10-09
0
Zainab Ddi
semoga cepet ketemu faris
2022-02-19
0
Siti Fadilah
lah katanya farel dah mati tapi kok itu masih hidup gimana si thor
2021-08-18
0