Beberapa hari berlalu setelah malam itu. Shelina sering terlihat melamun di tempat kerjanya memikirkan tugas yang harus dia lakukan, sesuai apa yang di inginkan ayah angkatnya. Dan tanpa dia sadari, sikapnya itu di perhatikan oleh salah seorang teman kerjanya. Karena merasa khawatir dengan keadaan Shelina, Rena teman kerja Shelina itu akhirnya memilih untuk bertanya, di saat dia hendak mengajak Shelina makan siang di jam istirahat.
"Shel,, ko aku perhatikan kamu sering melamun? Sebenernya apa yang sedang kamu pikirkan?" Tanya Rena begitu perhatian.
"Aku ngga apa-apa ko Ren. Aku hanya memikirkan lamaran kerja yang sudah aku ajukan di beberapa perusahaan." Jawab Shelina berbohong.
Walaupun hidup dalam penderitaan yang begitu besar sejak kecil, namun Shelina tetap pada pendiriannya untuk tidak membebani siapapun. Shelina tidak pernah mau untuk menyusahkan orang-orang baik yang ada di sekelilingnya, dengan semua masalah yang datang tiada henti dalam hidupnya.
"Benar kamu ngga apa-apa?" Tanya Rena sedikit khawatir.
"Ren,, aku benar ngga apa-apa. Ayo kita pergi sekarang! Aku sudah sangat lapar ni." Ujar Shelina sambil menarik tangan sahabatnya dengan senyuman yang di paksakan.
Melihat ekspresi Shelina, Rena pun langsung percaya kalau temannya itu baik-baik saja. Shelina memang sangat pandai menyembunyikan masalah dari orang-orang yang berada di sekelilingnya. Dia selalu bisa untuk tersenyum walau hatinya sedang menangis. Karena merasa bersalah atas kebohongannya, Shelina yang berada di bagian depan melangkah sambil berkata-kata dalam hatinya, tanpa menoleh ke arah Rena yang sedang mengikutinya dari belakang.
"Ren,, maafkan aku karena tidak bisa jujur padamu. Kamu adalah salah seorang yang selalu baik padaku. walaupun kita belum lama saling kenal. Aku hanya tidak ingin menyusahkan mu dengan masalah pribadiku.
Sejak kecil, Shelina sudah terbiasa hidup dalam penekanan keluarga angkatnya. Dan semua itu bisa dia lewati tanpa ada yang mengetahuinya. Tapi sekuat apapun, Shelina tetaplah seorang wanita yang sudah kodratnya terlahir sebagai makhluk yang lemah. Ingin sekali dia mengadu untuk mengurangi beban di dalam hatinya. Namun semua itu tidak bisa dia lakukan. Karena Farel mengancamnya akan berbuat nekad, kalau sampai ada yang mengetahui rencana jahat yang sudah lama dia rencanakan.
Shelina dan Rena melangkah menuju ke sebuah warung kecil. Yang berada tidak terlalu jauh dari hotel mewah itu, tanpa melepaskan pegangan tangan mereka. Ketulusan hati yang di miliki gadis malang itu juga sikapnya yang begitu ramah, membuat orang-orang yang berada di sekelilingnya sangat menyayanginya. Tidak seperti para manusia berhati batu yang begitu tega memperlakukannya selama ini.
Sampainya di warung langganan mereka, tanpa menunggu lama Rena langsung memesan makanan kesukaannya. Sedangkan Shelina hanya berdiri terdiam di belakangnya tanpa berkata-kata. Shelina yang begitu kelaparan karena belum sarapan sejak pagi tadi, sama sekali tidak menyadari kalau dia tidak punya uang sepeserpun untuk membeli makan siang. Dan setelah menyadari itu, dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya dia hanya terdiam sambil berkata-kata dalam hatinya.
"Astaga,, aku ko lupa kalau ngga punya uang. Aku berpura-pura saja kalau masih kenyang. Biar Rena tidak menghawatirkan aku.
Rena yang sudah selesai memesan makanan yang ingin dia makan, merasa sedikit aneh karena Shelina tidak bersuara. Akhirnya dia pun langsung berbalik menghadap Shelina kemudian bertanya.
"Shel,, kamu ngga pesan?" Tanya Rena dengan tatapan bingung.
"Aku masih kenyang Ren." Jawab Shelina berbohong.
"Lo,,, ko gitu sih? Masa aku makan sendiri?" Ujar Rena sambil menatap Shelina dengan tampang yang tidak bersemangat.
"Nanti aku temani kamu sampai kamu selesai makan." Ujar Shelina sambil tersenyum menatap temannya itu.
"Pokoknya ngga seru kalau kamu ngga makan. Kamu makan dong sama aku! Nanti biar aku saja yang bayarin." Ujar Rena.
"Ngga usah Ren,,! Aku temani saja kamu makan. Soalnya aku masih sangat kenyang." Ujar Shelina berbohong.
"Ya sudah deh kalau begitu. Aku makan ya," Ujar Rena yang di balas anggukan kepala oleh Shelina sambil tersenyum.
Sejak kecil, hampir setiap hari Shelina beraktivitas tanpa sarapan terlebih dahulu. Begitupun dengan hari itu. Sebelum berangkat ke tempat kerja tadi, semua uang gaji yang baru dia terima dua hari yang lalu, di ambil secara paksa oleh kedua saudari angkatnya di depan kedua orang tua mereka. Shelina selalu mengalami hal itu setiap kali dia memiliki uang. Ingin sekali dia melawan. Tapi apalah dayanya hidup di rumah orang tanpa ada yang mau perduli.
Selesai makan, Rena yang ingin buang air kecil langsung buru-buru mengeluarkan uang dari saku celananya, dan di berikan kepada Shelina sambil berkata.
"Shel,, kamu tolong bayarin dong! Aku mau pipis soalnya." Ujar Rena dan langsung berlari menuju toilet yang ada di bagian belakang.
Tanpa menunggu lama, Shelina pun langsung berdiri dan membayar makanan yang baru saja di makan Rena. Dan selesai itu dia pun kembali duduk di tempat duduknya semula, menunggu Rena yang juga belum keluar dari toilet. Tidak berapa lama Rena akhirnya keluar dan melangkah menuju Shelina sambil bertanya.
"Sudah ya Shel?"
"Sudah. Ini kembaliannya." Ujar Shelina sambil menyodorkan kembalian uang kepada Rena.
"Ngga usah. Ambil aja buat kamu!" Ujar Rena menolak sambil merapikan bajunya.
"Kamu ngga mau ambil Ren? Ini kan sepuluh ribu. Bisa buat naik angkot." Ujar Shelina yang masih menjulurkan tangannya ke arah Rena.
"Ngga usah Shel! Ambil aja buat ongkos pulang nanti." Ujar Rena tetap menolak.
"Makasih ya Ren." Ujar Shelina yang malang.
"Iya sama-sama." Jawab Rena dan langsung menarik tangan Shelina untuk keluar dari warung sederhana itu.
Sampainya di hotel berbintang tempat mereka bekerja. Shelina dan Rena langsung kembali bekerja karena waktu istirahat untuk makan siang sudah selesai. Shelina yang merasa sangat lapar, berusaha untuk menguatkan dirinya biar tidak di curigai oleh Rena yang selalu memperhatikannya. Perutnya terasa begitu perih karena belum terisi sejak pagi. Tapi dia berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, karena dia tidak ingin di pecat seperti beberapa temannya yang bermalas-malasan dalam bekerja.
Kesabaran Shelina memang tidak bisa untuk di ragukan. Namun penderitaannya juga tidak bisa untuk di bayangkan. Hari-harinya dia habiskan untuk mencari uang sejak masih kecil. Namun hasil dari pekerjaannya selalu di rampas oleh Ratu dan Putri, yang memang sangat serakah dalam hal apapun.
Sejak dulu Shelina selalu di perlakukan dengan begitu tidak adil. Namun dia tetap bersikap baik kepada kedua saudari angkatnya itu. Walaupun hatinya sangat tidak terima. Shelina yang tidak berdaya, hanya bisa pasrah menerima segala perlakuan mereka yang benar-benar kejam tanpa bisa untuk melawan. Apalagi perbuatan mereka itu tidak pernah di larang oleh Farel juga istrinya. Melihat sikap buruk kedua putri mereka, kedua orang tua tak punya hati itu tidak melarang, malah mendukung apa yang di lakukan oleh kedua putri mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Fenty Izzi
dasar keluarga tak punya adap😔
bersabarlah shelina... bangkit dan semangat... jangan mau d tindas🥺
yakin lah bahwa ada karma yang lebih kejam... yang telah menunggu mereka😏😏😏
2022-10-09
0
Zainab Ddi
ada ya kedua orang tua mendukung perbuatan jahat anaky terhadap anak yatim-piatu
2022-02-19
0
Fida gemoy 😉
ini kan shelina lagi di London,ko ada angkot 🤔🤔🤔
ada yang bisa bantu jawab 🤔🤔🤔
2021-11-17
1