Di dalam sebuah kamar hotel tempatnya bekerja, Shelina terlihat begitu sibuk membersihkan setiap sudut kamar yang katanya akan di tempati oleh salah seorang tamu penting. Dia bekerja tanpa mengenal lelah walaupun dia sedang kelaparan. Penderitaan yang datang silih berganti, telah membuat Shelina menjadi seorang wanita yang kuat. Dalam menghadapi segala cobaan hidup yang teramat berat.
Di saat dia sedang sibuk-sibuknya, tiba-tiba ponsel yang ada di dalam saku bajunya berdering. Yang membuat dia seketika di selimuti rasa khawatir. Kekhawatiran Shelina bukan tanpa alasan. Dia seperti itu karena dia sudah pastikan siapa orang yang sedang menelponnya. Dengan tampang yang terlihat gugup, Shelina menghentikan aktivitas kerjanya dan meraih ponsel yang masih terus berdering di dalam saku bajunya.
("Halo Yah.") Suara Shelina setelah telponnya tersambung.
("Laki-laki itu sudah berada di sini bersama Papanya. Dan mereka akan menginap di hotel itu.") Perkataan Farel yang membuat Shelina terdiam seribu bahasa.
("Mulai besok malam, kamu sudah harus menjalankan apa yang sudah aku rencanakan!") Ujar Farel tapi Shelina sama sekali tidak menjawab.
("He anak bodoh! Apa kamu tidak dengar apa yang aku katakan?") Tanya Farel kesal karena Shelina tidak bersuara.
("Aku dengar ko Yah.") Jawab Shelina dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
("Ya sudah. Kalau gitu ingat semua yang aku katakan! Kalau sampai kamu berani melawan, kamu akan tahu sendiri akibatnya.") Ancaman Farel untuk kesekian kalinya.
("Iya Yah. Aku akan melakukan semuanya seperti yang Ayah inginkan.") Jawab Shelina dengan air mata yang sudah menetes membasahi wajah cantiknya.
("Pikirkan apa yang harus kamu lakukan. Aku tidak mau rencana ku gagal lagi. Jadi kamu harus melakukan semuanya dengan sebaik mungkin.") Farel kembali bersuara dan langsung memutuskan sambungan teleponnya.
Shelina yang terlihat begitu menyedihkan, hanya bisa menangis sambil mengerjakan pekerjaannya yang belum sempat dia selesaikan tadi. Dan setelah semuanya sudah selesai, dia pun langsung berlari menuju toilet khusus karyawan wanita dan kembali menangis di sana. Hampir setengah jam berada di dalam toilet, Shelina pun keluar dengan pakaian yang sudah di ganti dan wajah yang terlihat sudah lebih baik. Itulah Shelina. Masalah sebesar apapun tidak membuatnya berlarut-larut dalam kesedihan. Apalagi dia tidak pernah mau ada yang mengetahui tentang masalah pribadinya.
Shelina yang memiliki kesempurnaan sebagai seorang wanita, tetap terlihat cantik dengan pakaian apapun yang dia kenakan. Dia melangkah menuju pintu belakang sambil menatap ke sana kemari mencari keberadaan Rena. Orang yang paling baik padanya di tempat kerja. Namun Rena sama sekali tidak terlihat. Akhirnya Shelina pun memilih untuk mengirimkan pesan singkat kepada Rena untuk menanyakan keberadaannya.
"Ren,, kamu di mana?" Isi pesan Shelina.
"Aku sudah pulang duluan Shel. Maaf ya aku ngga nungguin kamu. Soalnya Mamaku tadi terjatuh dari tangga, jadi aku harus buru-buru pulang ke rumah." Balas Renam
"Ngga apa-apa Ren,, aku juga sekarang mau pulang. Semoga Mama kamu baik-baik saja ya Ren." Balas Shelina.
"Iya Shel. Kamu hati-hati di jalan ya,,!" Balas Rena.
Tanpa menunggu lama Shelina pun memilih untuk segera pulang. Dia melangkah menuju pintu sambil membuka tas yang ada di tangannya untuk memasukan ponselnya. Dan tanpa sadar Shelina hampir saja bertabrakan dengan seorang pria, yang sedang melangkah bersama manejer hotel itu.
"Shelina..." Suara Pak Briyan menejer hotel itu yang membuat Shelina terkejut, dan langsung buru-buru melangkah mundur sedikit menjauh sambil berkata.
"Maafkan aku Pak." Ujar Shelina sambil menatap Pak Briyan dengan seorang pria tampan yang ada di depannya.
"Lain kali kalau jalan pakai mata!" Suara Pak Briyan dengan nada yang terdengar sedikit marah.
"Maafkan aku Pak." Hanya kata maaf yang bisa Shelina ucapkan dengan wajah penuh memohon.
"Kamu pikir orang yang hampir saja kamu tabrak ini siapa? Beliau ini tamu terhormat kita." Ujar Pak Briyan dengan tatapan marah.
"Ngga apa-apa Pak,, lagian dia juga ngga nabrak aku." Sambung Alfa sambil menatap Shelina.
"Ya sudah,, sekarang kamu pergi dan tunggu aku di luar!" Ujar Pak Briyan.
"Baik Pak." Jawab Shelina dengan tampang yang terlihat sangat khawatir.
Shelina yang takut akan di pecat melangkah sambil berdoa dalam hatinya. Dia tidak bisa membayangkan hidupnya kalau sampai di pecat dari hotel itu. Apalagi Pak Briyan adalah orang yang sangat tegas dalam mengambil keputusan. Sampainya di luar Shelina memilih untuk menunggu Pak Briyan sedikit menjauh dari arah pintu.
Tidak berapa lama Pak Briyan pun keluar dan melangkah menghampiri Shelina, yang sedang membelakanginya. Sampainya di samping Shelina, Pak Briyan dengan begitu berani langsung meraih pundak Shelina, dan memanggilnya dengan suara yang sangat lembut. Tidak seperti di dalam tadi.
"Shel,," Suara Pak Briyan yang membuat Shelina terkejut dan langsung berbalik menghadap laki-laki berusia 50 tahun itu.
"Iya Pa,,, Pak." Jawab Shelina gugup saking kagetnya.
"Mari saya antar kamu pulang!" Ujar Pak Briyan sambil tersenyum kepada Shelina.
"Makasih banyak Pak. Aku tidak mau merepotkan Bapak. Lagian aku biasa pulang sendiri Pak." Jawab Shelina dengan begitu sopan.
"Tapi aku tetap ingin mengantarmu. Soalnya ada hal penting yang ingin aku sampaikan sama kedua orang tua kamu." Perkataan Pak Briyan yang membuat Shelina bingung.
"Apa yang ingin Bapak katakan?" Tanya Shelina bingung.
"Aku ingin melamarmu untuk menikah denganku." Jawab Pak Briyan yang membuat mata Shelina seketika terbelalak saking kagetnya.
"Maafkan aku Pak. Tapi aku belum kepikiran untuk menikah. Apalagi Bapak punya istri dan beberapa anak. Aku tidak mau menjadi perebut suami orang." Jawab Shelina yang membuat Pak Briyan langsung berpikir untuk mengancamnya.
"Ya sudah. Kalau kamu tidak mau menerima lamaran ku, mulai hari ini kamu tidak boleh bekerja di sini lagi." Ujar Pak Briyan yang membuat Shelina terkejut dan menatapnya dengan mata terbuka lebar.
"Tolong jangan pecat aku Pak, aku mohon!" Ujar Shelina dengan tatapan memohon. Namun Pak Briyan tetap pada keputusannya dengan harapan Shelina akan bersedia menjadi istri keduanya.
"Bagaimana? Apa kamu mau menjadi istriku?" Tanya Pak Briyan.
"Aku akan menerimanya." Jawab Shelina sambil menundukkan kepalanya.
"Jadi kamu mau menerima lamaran ku?" Tanya Pak Briyan begitu bersemangat dengan menggunakan bahasa Inggris.
"Aku menerima untuk di berhentikan." Jawab Shelina penuh keyakinan sambil menatap Pak Briyan.
"Mengapa kamu begitu keras kepala Shelina? Di mana lagi kamu akan bekerja?" Tanya Pak Briyan dengan tatapan datarnya.
"Aku akan bekerja di mana saja asalkan halal. Dari pada aku harus menjadi pengganggu rumah tangga orang." Jawab Shelina yang membuat Pak Briyan tidak bisa untuk bersuara.
Setelah itu Shelina langsung melangkah pergi tanpa memperdulikan Pak Briyan yang masih terus menatapnya. Dia begitu hancur menerima kenyataan pahit di hari itu. Dengan air mata yang mulai bercucuran membasahi wajah cantiknya, Shelina terus melangkah sambil menahan rasa perih di perutnya karena belum makan sejak pagi tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Fenty Izzi
dasar tua bangka... ganjen banget😏😬
jodohmu sudah d depan mata shelina... ttp semangat menuju kebahagiaanmu😊😉
2022-10-09
0
Muhammad Rizki
zhhh, z
2022-05-19
0
Nada Naysiwa
ya Tuhan alfa ganteng banget cocok sama shelina yg cantikk
2022-03-30
0