Tepat pukul 5:30 sore, Alfa yang terlihat sudah rapi dengan balutan kemeja putih, yang di padukan dengan celana jeans berwarna hitam. Sedang menikmati secangkir kopi di balkon kamar hotel, sambil memandangi indahnya senja di sore itu. Dia menatap keindahan kota dengan begitu tenang tanpa terlihat adanya beban. Walaupun kejadian semalam tidak secepat itu dia lupakan. Namun itu bukan lagi menjadi sebuah tekanan di dalam hati dan pikirannya.
"Tok...tok...tok... Fa..." Ketukan pintu yang di iringi suara Aldo.
"Masuk Do..!" Suara teriakan Alfa dari balkon kamar.
"Fa,, sebentar kita mau kemana?" Tanya Aldo setelah duduk di kursi yang ada di depan Alfa.
"Terserah kamu saja mau kemana. Saya ikut saja." Jawab Alfa sambil terus menatap jingga di langit senja.
"Kita minum gimana?" Tanya Aldo.
"Saya mau saja. Tapi tidak di luar." Jawab Alfa.
"Maksud kamu?" Tanya Aldo bingung.
"Kita minum di sini saja. Saya tidak ingin melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya." Jawab Alfa sambil menatap Aldo.
"Ya sudah. Kita minum di sini saja. Lagian Papa kamu juga ada urusan." Sambung Aldo.
"Papa ada urusan apa?" Tanya Alfa bingung.
"Ngga tahu juga. Soalnya aku ngga di beri tahu. Yang aku tahu, dia mau menemui seseorang." Jawab Aldo.
"Ngga usah khawatirkan Papa kamu. Dia pasti bisa menjaga dirinya." Ujar Aldo.
"Bukan Papa yang saya khawatirkan. Justru orang yang mau dia temui yang saya khawatirkan. Kamu tahu kan bagaimana Papa?" Ujar Alfa sambil menatap Aldo serius.
"Aku tahu Pak Faris termasuk mafia yang sangat berbahaya. Tapi kekejamannya itu ada bukan tanpa sebab." Ujar Aldo tapi tidak di respon oleh Alfa, yang sedang menghubungi seseorang.
("Halo Pa. Papa di mana?" Tanya Alfa setelah telponnya tersambung dengan Papanya.)
("Papa lagi ada di luar. Kamu ngga usah khawatir! Papa bisa jaga diri." Jawab Faris yang sudah mengetahui kekhawatiran putranya.)
("Pa,, saya percaya Papa selalu bisa jaga diri. Tapi saya ngga mau sampai Papa melakukan sesuatu yang tidak Mama inginkan. Pa,, ingat apa janji Papa sama Mama." Alfa berusaha untuk mengingatkan Papanya.)
("Papa ngga lakuin apa-apa ko. Papa hanya mau bertemu seseorang." Jawab Faris.)
("Ya sudah Pa. Saya tunggu ya,, saya ngga akan tidur sebelum Papa pulang." Ujar Alfa)
("Oke. Papa akan pulang secepatnya." Ujar Faris dan langsung memutuskan sambungan teleponnya.)
Sebagai anak laki-laki satu-satunya. Alfa begitu perduli dengan seluruh anggota keluarganya. Terutama Papanya yang selalu nekat di saat sedang menghadapi para musuhnya. Alfa merasa sangat khawatir memikirkan masalah yang baru saja dia hadapi. Dia takut Papanya akan melakukan sesuatu yang tidak di inginkan terhadap Farel, yang sudah mencoba menjebaknya. Tapi dia kembali mengingat janji yang di ucapkan Papanya, terhadap Mama juga Oma Opanya untuk tidak lagi mengotori tangannya dengan darah. Sekalipun itu darah musuh.
"Fa,, apa yang kamu khawatirkan itu tidak akan terjadi. Papamu tidak akan mengkhianati janjinya terhadap wanita yang sangat dia cintai." Ujar Aldo mencoba meyakinkan Alfa, yang terlihat begitu gelisah memikirkan Papanya.
"Iya Do. Saya percaya itu. Tapi saya takut Papa terpancing dan mengambil tindakan nekat." Jawab Alfa.
"Aku yakin, Papamu tidak akan mudah terpancing. Karena dia adalah orang yang sangat cerdas dalam memahami situasi." Tambah Aldo.
"Do,, mending kita jalan-jalan di dekat sini saja. Kita ngga usah minum ya?" Pinta Alfa yang langsung di setujui Aldo.
"Iya Fa. Aku ikut kamu saja. Soalnya aku juga ingin membahas sesuatu sama kamu." Ujar Aldo.
"Kalau gitu kita langsung jalan saja." Sambung Alfa dan langsung bersiap-siap.
Aldo dan Alfa memilih untuk berjalan kaki menuju sebuah taman yang ada dekat situ. Dalam perjalanan, semua mata yang ada tertuju kepada mereka. Terutama para wanita. Ketampanan Alfa begitu sempurna seperti seorang dewa. Membuat semua wanita yang melihatnya selalu terpana.
"Fa,, lihat tu cewek-cewek." Ujar Aldo yang sudah mulai kegenitan karena di tatap beberapa wanita cantik, yang ada di samping jalan.
"Memangnya ada apa sama mereka?" Tanya Alfa tanpa menatap wanita-wanita yang sedang menatap mereka.
"Mereka menatap kita loh." Jawab Aldo.
"Biarin saja. Mereka kan punya mata." Jawab Alfa datar yang membuat kening Aldo langsung berkerut sambil bergumam dalam hati.
"Ini manusia apa patung sih? Ko dia ngga ada ekspresi saat di tatap wanita-wanita cantik itu. Heran aku sama sifatnya yang tidak pernah berubah."
Aldo yang sudah sangat kenal baik dengan Alfa semenjak masih sekolah. Sangat bingung menghadapi sikap sahabatnya itu yang masih tetap sama dari tahun ke tahun. Padahal Alfa selalu menjadi rebutan para wanita-wanita cantik dan berkelas. Salah satunya Kania, anak dari rekan bisnis Faris Papanya Alfa.
"Fa,, bagaimana hubungan kamu sama Kania?" Tanya Aldo sambil melangkah menuju bangku taman yang tidak jauh dari arah mereka.
"Hubungan apa?" Tanya Alfa sambil duduk di bangku taman tersebut.
"Hubungan antara laki-laki dan perempuan gitu." Jawab Aldo yang sudah duduk di samping Alfa.
"Kita ngga ada hubungan apa-apa. Saya ngga suka berhubungan dengan wanita seperti itu." Jawab Alfa datar.
"Jadi selama ini kamu ngga pernah respon dengan perasaannya? Secara dia kan sudah lama bangat tergila-gila sama kamu." Tanya Aldo dengan tatapan bingung.
"Ngga. Lagian saya ngga peduli dengan perasaannya. Dia tu hanya cewek matre." Jawab Alfa dengan ekspresi yang sama.
"Tapi Fa,, dia tu cantik bangat loh. Berprestasi lagi." Tambah Aldo.
"Buat apa cantik dan berprestasi? Kalau dia ngga menjaga kehormatannya." Ujar Alfa yang membuat Aldo jadi bingung.
"Maksud kamu apa Fa?" Tanya Aldo dengan tatapan serius.
"Dulu dia tu pernah memaksa saya untuk bermalam sama dia di sebuah hotel. Tapi saya ngga mau. Dan tidak lama dari situ, dia di kabarkan dekat dengan salah satu pengusaha kaya yang sudah tua. Dan pengusaha itu di peras habis-habisan sama dia." Jelas Alfa yang membuat Aldo langsung kaget.
"Om Semi maksud kamu?" Tanya Aldo kaget.
"Itu kan kamu sudah tahu." Ujar Alfa sambil menatap Aldo yang masih kebingungan.
"Aku memang tahu kalau Om Semi di manfaatkan sama seorang wanita muda. Tapi aku ngga tahu wanita itu Kania. Mantan pacar kamu waktu SMA." Ujar Aldo.
"Sudahlah! Ngga usah bahas dia! Ngga penting juga." Ujar Alfa dengan ekspresi datarnya.
Tadi kamu bilang mau ngebahas sesuatu sama aku kan?" Ujar Alfa.
"Gini Fa,, aku tu rencananya mau nikah bulan depan. Soalnya Andin sudah minta aku buat ngelamar dia." Ujar Aldo yang membuat Alfa langsung tersenyum sambil berkata.
"Selamat ya do,, saya harap kamu akan bahagia dan berhenti untuk berkelana dalam mencari cinta." Ujar Alfa sambil menyalami Aldo dengan senyum yang terukir di wajah tampannya.
"Iya Fa. Aku harap kamu juga bisa segera mendapatkan pengganti Melissa secepatnya." Jawab Aldo sambil menepuk-nepuk pundak Alfa.
Ternyata Melisa adalah nama yang pernah terukir di hati Alfa. Dan sampai saat itu Alfa tidak pernah bisa melupakan cinta pertamanya. Tapi sayangnya, Melisa lebih mengikuti kemauan orang tuanya untuk menikah dengan seorang Direktur di salah satu perusahaan ternama di Singapura. Dan itulah salah satu yang membuat Alfa semakin terdiam dan selalu ingin menyendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Fenty Izzi
mungkin hanya shelina yang bisa membuka hati alfa kembali😊
apa kabar dengan shelina??
2022-10-09
0
Zainab Ddi
ooh Alfa pernah patah hati toh
2022-02-19
0
Suhairah Su
gara2 melisa
2021-06-29
0