Di malam yang begitu terang dengan cahaya bulan menyinari alam, duduk seorang gadis malang di depan jendela kamar dengan berlinang air mata. Dialah Shelina, gadis berparas bidadari yang hidup dalam situasi yang teramat sulit. Kenyataan pahit yang dia ketahui sejak masih remaja, atas tugas yang harus dia jalani setelah dewasa, kini terngiang kembali dalam pikirannya setelah mendengar, apa yang tadi di katakan oleh Ratu saudari angkatnya.
Hanya air mata yang selalu menjadi pelampiasan atas semua penderitaan dalam hidupnya selama ini. Di saat dia sedang kalut memikirkan nasibnya, yang di asuh hanya untuk di jadikan alat penghancur sebuah keluarga. Tiba-tiba ada suara ketukan pintu, yang membuatnya serentak menghapus derai air mata di wajah cantiknya, sambil melangkah mendekat ke arah pintu.
Setelah pintu terbuka, Shelina semakin menegang melihat sosok wanita yang selama ini dia panggil dengan sebutan Ibu, sedang berdiri di depan pintu kamarnya dengan tatapan yang selalu menunjukan kebencian. Dengan sekuat hati, gadis malang itu berusaha untuk tersenyum dan mulai bertanya dengan nada suara lembutnya.
"Ada apa Bu?" Tanya Shelina dengan senyum yang di paksakan.
"Ayah Putri sedang menunggumu di bawah. Ada sesuatu yang ingin dia sampaikan." Jawab Karina dingin tanpa menatap wajah Shelina.
Kebencian Karina terhadap anak angkatnya itu begitu besar. Sampai-sampai dia tidak pernah mau untuk menatap wajah Shelina di saat berhadapan. Dan dia juga tidak sudi menyebut Farel dengan sebutan Ayah di hadapan Shelina. Dia selalu menyebut dengan sebutan Ayahnya Putri. Begitupun dengan anggota keluarganya yang lain termasuk kedua mertuanya. Dan hal itulah yang membuat Shelina semakin merasa asing, berada di tengah-tengah keluarga mereka, walaupun sudah bersama-sama dalam waktu yang begitu lama.
Setelah mengatakan itu Karina pun langsung pergi meninggalkan Shelina, yang hanya terdiam dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Kesedihan juga penderitaan yang di alami Shelina sejak masuk di dalam keluarga itu, tidak bisa untuk di gambarkan dengan kata-kata. Hidup tanpa kasih sayang dan perhatian dari keluarga bukanlah hal yang mudah. Tapi Shelina selalu berusaha untuk membiasakan dirinya, walaupun dia tidak bisa pungkiri kepedihan luka di dalam hatinya.
Dengan langkah kaki yang terasa sangat berat, Shelina turun menuju lantai bawah untuk menemui Ayah angkatnya yang tidak lain adalah Farel. Sampainya di bawah, dia melihat semua anggota keluarga di dalam rumah itu sudah berada bersama Farel. Shelina kembali menunjukan senyum manisnya walau hatinya sedang menangis, karena dia sudah tahu apa yang akan mereka bahas nanti.
"Ada apa Yah?" Tanya Shelina setelah duduk di depan Farel.
"Kamu pasti sudah tahu apa yang ingin aku sampaikan." Ujar Farel dengan tatapan yang sangat dingin. Begitupun dengan anggota keluarganya yang lainnya.
"Aku sudah memberitahukan dia Pa." Sambung Ratu dengan tatapan sinis ke arah Shelina.
"Dalam jangka beberapa hari ini, kamu sudah bisa menjalankan rencana yang sudah kita bicarakan sebelumnya. Dan ingat! Kamu harus melakukannya dengan sebaik mungkin, kalau kamu masih peduli dengan panti asuhan yang pernah menampung mu. Karena kalau sampai kamu gagal, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan pantai itu. Dan kamu pasti tahu apa yang akan terjadi dengan Ibu Lili, dan anak-anak yang ada di panti itu kalau aku hancurkan panti asuhan itu." Ancaman Farel yang selalu dia gunakan untuk menakutkan Shelina.
"Apa kamu sudah paham?" Tanya Ibunya Farel yang sama-sama tidak punya hati seperti anaknya.
"Iya Nek, aku paham." Jawab Shelina dengan perasaan yang begitu hancur.
"Ya sudah. Kalau begitu kamu bisa pergi sekarang!" Ujar Farel tanpa menatap Shelina.
Shelina merasa sangat tidak berarti di tengah-tengah keluarga itu. Dengan menahan rasa sakit yang teramat besar di dalam dadanya, dia pun melangkah dengan air mata yang mulai terbendung di kelopak mata indahnya. Dan sampainya di dalam kamar, dia langsung melangkah menuju jendela dan kembali duduk di sana. Sambil memandang terangnya bulan di atas sana, air mata Shelina pun mulai menetes karena teringat dengan kedua orang tua kandungnya.
Setiap menatap bulan di langit, Shelina selalu merasa sedang melihat sosok kedua orang tuanya, yang dia sendiri tidak tahu seperti apa rupa mereka. Shelina yang malang di tinggalkan kedua orang tuanya tanpa ada kenangan yang bisa dia lihat, walaupun hanya selembar foto. Dia juga tidak pernah tahu di mana keluarga orang tuanya. Yang dia ketahui dari Ibu Lili sewaktu masih kecil, kedua orang tuanya itu perantau yang entah datang dari mana. Dan tidak ada yang tahu asal usul mereka.
Malam itu terasa begitu panjang oleh Shelina yang sama sekali tidak bisa untuk memejamkan mata, karena terbebani dengan pemikiran yang begitu berat atas tugas yang harus dia jalankan. Dia hanya bisa menatap bulan dengan derai air mata sambil berkata-kata, seperti dia sedang mengobrol dengan kedua orang tuanya.
"Ibu,, Ayah,, kalian harus bahagia di sana, dan Jangan pernah cemaskan aku! Aku ikhlas menjalani semua ini walaupun begitu berat. Aku ikhlas menjalani semua cobaan hidupku. Dan aku yakin suatu saat aku pasti akan sangat bahagia, di saat sudah bersama kalian di tempat yang begitu indah." Shelina yang malang berkata-kata dengan tampang yang sangat menyedihkan.
Tepat pukul 3:15 dini hari, Shelina baru beranjak dari tempat duduknya dan memilih untuk berbaring di atas tempat tidur. Walaupun tidak merasa ngantuk sama sekali, Shelina tetap berusaha untuk tidur karena esok paginya dia harus berangkat kerja. Setelah mendapatkan gelar sarjana, Shelina memutuskan untuk bekerja di sebuah hotel berbintang sebagai pegawai di sana, sambil menunggu penerimaan di beberapa perusahaan, yang sudah dia masukkan lamaran.
Shelina sangat bersyukur dengan pekerjaan yang dia jalani saat itu. Karena sebelumnya dia hanyalah seorang buruh cuci di rumah temannya. Walaupun memiliki paras yang cantik, Shelina tidak pernah merasa malu dengan pekerjaannya. Dia adalah gadis yang sangat rajin dalam menjalankan pekerjaan yang sudah membantunya untuk bertahan hidup selama ini.
Hari-hari yang Shelina lalui hanya untuk mencari uang demi biaya hidupnya. Sampai-sampai dia sering terjatuh sakit karena kecapean. Tapi Farel dan anggota keluarganya yang menyadari semua penderitaan Shelina, tidak pernah merasa kasihan dengan gadis malang itu. Malah uang hasil kerjanya, sering di ambil paksa oleh kedua saudari angkatnya. Dan itu selalu mereka lakukan di saat tahu kalau Shelina sudah mendapatkan upah dari pekerjaannya.
Shelina yang sangat tidak berdaya, hanya bisa menerima apa yang di lakukan kedua saudari angkatnya. Jangankan untuk menentang, membela diri saja sama sekali tidak bisa untuk dia lakukan. Dia hanya bisa menangis menahan perih di hatinya atas kekejaman keluarga yang sudah mengadopsinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Fenty Izzi
kejam banget mereka... tunggu sampai waktunya tiba d hari pembalasan😔😏😏😏
semoga kedepannya kau akan bahagia shelina🥺😊
2022-10-09
0
Zainab Ddi
kasian banget nasib shelina gadis yatim piatu
2022-02-19
0
sukri yadi
mc nya kok lemaah bgt yaah jd gemeessss😢
2021-09-11
0