Suasana sore itu terasa begitu senyap bagi Shelina yang sedang menangis di sebuah taman yang terlihat sangat sepi. Rencana Ayah angkatnya telah menjebaknya dalam situasi yang teramat sulit. Di tambah lagi dia harus kehilangan pekerjaan, hanya karena mempertahankan harga dirinya sebagai seorang wanita.
Derai air mata yang bercucuran tiada henti, menandakan betapa hancurnya Shelina di saat itu. Dia terduduk dengan tampang yang sangat lesu menangisi nasib hidupnya yang penuh dengan derita. Ingin sekali Shelina menolak atas apa yang di perintahkan oleh Farel. Ayah angkatnya yang tidak punya perasaan. Namun hutang budi atas jasa keluarga yang telah merawatnya sejak berusia dua tahun, juga ancaman Farel terhadapnya. membuat gadis malang itu sama sekali tidak berdaya.
Suasana hati Shelina tidak bisa untuk di gambarkan dengan kata-kata. Dia hanya bisa pasrah dengan hati yang tak rela menerima apa yang sudah di atur oleh Ayah angkatnya. Shelina yang selalu sabar atas cobaan dalam hidupnya yang datang silih berganti, hari itu sangat kecewa dan mengeluh karena merasa hidupnya benar-benar akan hancur.
"Ya Tuhan,, apa salahku? Sehingga engkau memberikan cobaan hidup yang begitu berat. Aku selalu berusaha untuk menjaga kehormatan ku walau banyak godaan yang datang. Tapi kali ini, semua yang selama ini aku jaga akan aku berikan dengan cara yang begitu terhina, pada seseorang yang tidak aku kenali." Shelina berkata-kata dengan berderai air mata.
Memiliki paras yang cantik juga bentuk tubuh yang menggoda, membuat Shelina sangat di kagumi setiap lelaki yang menatapnya. Banyak lelaki yang sangat ingin memilikinya dengan berbagai macam cara dan godaan. Namun Shelina tidak pernah goyah dengan kata-kata yang diucapkan oleh para lelaki, yang berusaha untuk mendekatinya selama ini. Dia lebih memilih menjaga kesempurnaan yang dia miliki. Dari pada memanfaatkan kesempurnaannya itu untuk mendapatkan apa yang tidak dia miliki. Seperti yang di lakukan oleh wanita-wanita, yang rela mengorbankan kehormatan mereka hanya demi materi.
"Ya Tuhan,, aku pasrah dengan semua yang akan terjadi. Karena inilah takdir hidup yang tidak bisa aku hindari. Tapi apapun yang terjadi nanti, aku harap semua terjadi atas kehendak mu. Bukan kehendak Ayah angkat ku yang begitu kejam memperlakukanku." Shelina kembali berkata-kata sambil menghapus air matanya.
Shelina yang sudah berada di taman selama setengah jam memilih untuk pulang ke rumah. Dan di saat dia hendak melangkah, tidak sengaja dia bertabrakan dengan seseorang yang berpenampilan begitu rapi.
"Maafkan aku Pak." Shelina meminta maaf dengan menggunakan bahasa Inggris, sambil memunguti tasnya yang terjatuh ke atas tanah.
"Ngga apa-apa. Seharusnya aku yang minta maaf karena tidak memperhatikan jalan." Jawab laki-laki yang di tabrak oleh Shelina dengan menggunakan bahasa Inggris.
"Makasih Pak." Shelina kembali bersuara dan hendak pergi. Namun laki-laki yang berada di hadapannya itu langsung meraih tangannya sambil berkata.
"Kamu Shelina kan?" Tanya laki-laki yang kira-kira berusia 55 tahun itu. Dengan menggunakan bahasa Indonesia yang membuat Shelina seketika terdiam sambil menatapnya dengan tatapan kaget.
"Kamu Shelina yang pernah di asuh di panti asuhan Permata Bunda. Iya kan?" Tanya laki-laki itu sambil menatap Shelina yang begitu kebingungan.
"Ada apa Pa?" Suara seorang wanita yang baru saja datang menghampiri laki-laki itu.
"Coba Mama lihat dia!" Seru laki-laki itu sambil menarik tangan istrinya yang baru saja datang.
"Shelina... Apa kamu sudah lupa sama kita?" Tanya wanita itu sambil meraih tangan Shelina.
"Maafkan aku Pak,, Bu. Mungkin anda salah orang." Ujar Shelina.
"Kita ngga salah. Cuman kamu yang tidak ingat dengan kita berdua. Karena kita sering bertemu hanya di saat kamu masih bayi." Ujar laki-laki itu yang membuat Shelina semakin kebingungan.
"Apa kamu ingat dengan Ibu Lili?" Tanya wanita yang berdiri di samping suaminya itu sambil tersenyum menatap Shelina.
Mendengar nama Ibu Lili Shelina pun langsung terkejut. Dia menatap kedua orang di hadapannya itu, dengan mata yang berkaca-kaca sambil berkata-kata dengan suara yang bergetar.
"Dialah orang yang sangat aku rindukan selama ini. Hanya dia yang tulus menyayangiku." Ujar Shelina dengan kabut air mata yang sudah memenuhi kelopak matanya.
"Perkenalkan. Nama saya Reno, dan ini istri saya Lara. Di saat kamu masih bayi, kita berdua sering mengunjungi pantai asuhan itu untuk melihat keadaanmu. Tapi setelah beberapa bulan, kita pindah dan menetap di Meksiko karena aku di pindah tugaskan. Dan sebulan yang lalu, kita kembali di pindahkan ke London. Sebelum berangkat ke sini, kita memutuskan kembali ke Indonesia untuk melihat keluarga yang ada di sana juga keadaan Ibu Lili." Ujar Pak Reno menjelaskan.
"Bagaimana keadaan Ibu Lili Pak?" Tanya Shelina dengan tampang penuh kesedihan.
"Dia sudah sakit-sakitan. Sebelum kita berangkat ke sini, Ibu Lili sempat menitipkan pesan dan selembar foto ini." Ujar Ibu Lara sambil mengeluarkan selembar foto dari dalam tasnya.
"Dia menitipkan salam kalau dia sangat merindukanmu." Tambah Ibu Lara sambil menunjukkan foto yang ada di tangannya.
Melihat foto yang di tunjukan wanita itu, Shelina langsung mematung dengan air mata yang semakin berderai. Dia tidak menyangka kalau orang yang selama ini dia rindukan, ternyata sangat perduli terhadapnya. Sambil menerima selembar fotonya dari tangan Ibu Lara, Shelina pun berkata-kata dengan suara yang semakin bergetar karena menahan tangisnya.
"Ini foto aku satu tahun yang lalu. Dari mana Ibu Lili mendapatkannya?" Tanya Shelina sambil menatap kedua orang yang berada di depannya dengan wajah yang sudah di penuhi air mata.
"Katanya dia mendapatkan foto ini dari seorang pekerja di panti, yang tidak sengaja melihatnya di salah satu akun sosial media." Jawab Ibu Lara.
"Apa aku bisa berbicara dengannya?" Tanya Shelina sambil menghapus air matanya dengan begitu bersemangat.
"Hari itu kita berangkat terlalu buru-buru. Jadi tidak sempat mengambil nomor yang bisa di hubungi." Jawab Pak Reno yang membuat Shelina seketika jadi tidak bersemangat.
"Apa kamu ingin menemuinya?" Sambung Ibu Lara sambil menatap Shelina dengan tatapan mencari tahu.
"Iya,, aku ingin menemuinya. Kalau bisa secepatnya." Jawab Shelina dengan serentak.
"Ya sudah. Kamu bisa berangkat dengan pesawat besok pagi jam 4." Ujar Pak Reno yang membuat Shelina kembali murung. Melihat ekspresi Shelina, kedua orang tua itu jadi kebingungan dan memilih langsung bertanya.
"Ada apa Shelina? Apa ada masalah?" Tanya Pak Reno dengan penuh perhatian.
"Bagaimana mungkin aku bisa berangkat besok. Aku saja ngga punya pasport dan juga uang untuk pergi." Jawab Shelina sambil menundukkan kepalanya dengan tampang yang terlihat begitu lesu.
"Kamu ngga usah khawatir untuk masalah itu. istriku ini bekerja di bagian pembuatan pasport dan surat-surat keberangkatan lainnya. Jadi semu itu bisa dia urus dengan mudah. Kalau masalah uang. Aku akan berikan padamu. Karena kita berdua sudah sangat menyayangimu semenjak kamu masih bayi." Ujar Pak Reno yang membuat Shelina merasa sangat terharu dan bersemangat, karena dia merasa akan terlepas dari masalah besar yang sedang dia hadapi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Fenty Izzi
semoga mereka bisa membantumu😊
2022-10-09
0
Zainab Ddi
alhamdulillah shelina pulang aja ke Indonesia
2022-02-19
0
Putraa Siktuss
ya walau pun d jebak
tp Nnti itu akn berahir nhgia
dn orng tua angkat nyahok
2021-11-13
0