Cinta memang bisa membuat orang bahagia. Namun cinta juga mampu melumpuhkan semangat dalam diri seseorang. Itulah yang di alami oleh Alfa sejak beberapa tahun lalu. Alfa menitipkan harap bukan karena rasa percaya semata. Tapi dia begitu yakin dengan kesungguhan hatinya, yang sudah di landa cinta untuk seorang wanita cantik, yang bernama Melisa di kala itu. Namun dengan teganya, Melisa memilih untuk pergi tanpa mengucapkan janji ataupun kata perpisahan.
Melisa adalah salah seorang bintang di salah satu SMA favorit, tempat Alfa juga Aldo bersekolah. Kecantikan yang di miliki Melisa, menjadikan dia incaran para pria. Namun yang berhasil mendapatkan hatinya hanyalah Alfa. Laki-laki dingin yang begitu di idolakan para wanita di sekolahnya. Hari-hari berlalu dalam hubungan mereka, tidak pernah terlupakan janji untuk selalu setia, dan hidup bersama di kemudian hari. Kata-kata manis itu selalu di ucapkan oleh Melisa terhadap Alfa. Namun semua janjinya itu, kini telah menjadi satu pelajaran Alfa. Untuk tidak muda tertipu dengan janji yang semu.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan musim berganti musim. Namun Alfa tetap membeku karena rasa kecewa akan penghianatan cinta pertamanya. Keindahan dalam hidupnya terasa begitu senyap, karena kepergian Melisa beberapa tahun yang lalu. Dia seperti itu bukan karena marah atas keputusan Melisa. Tapi dia merasa tertipu dengan janji manis yang tidak pernah luput dari bibir Melisa.
"Fa,, apa kamu masih menyimpan perasaan kepada Melisa? Aku lihat kamu berusaha untuk menutup pintu hatimu. Setelah kepergian Melisa beberapa tahun yang lalu." Tanya Aldo sambil menatap Alfa yang sedang memandangi keindahan taman.
"Buat apa saya harus menyimpan rasa? Di saat dia sudah berdua menjalani hidup yang bahagia. Saya pun tidak marah dengan keputusannya. Hanya saya tidak mau menerima cinta yang datang lalu pergi begitu saja." Jawab Alfa sambil tersenyum menatap Aldo.
"Baguslah kalau seperti itu. Melisa mungkin bukan jodohmu. Dia hanyalah perantara Tuhan, untuk membuatmu mengenal apa itu cinta? Dan pasti sudah ada sosok bidadari, yang telah di siapkan untukmu di kemudian hari." Ujar Aldo sambil menatap lurus ke depan.
"Jadi tidak ada salahnya kamu mulai membuka hatimu, untuk wanita yang mencintaimu." Tambah Aldo.
"Itu pasti akan saya lakukan. Tapi entah kapan? Yang pastinya, saya hanya ingin menikah tanpa di mulai dengan sebuah hubungan dan rasa." Imbuh Alfa tanpa menatap Aldo yang duduk bersebelahan dengannya.
"Maksud kamu apa Fa? Apa kamu ingin menikah karena perjodohan, seperti tradisi turun temurun dalam keluargamu?" Tanya Aldo dengan tatapan yang sangat serius.
"Iya,, karena cinta belum tentu jodoh. Tapi jodoh akan mendatangkan cinta dalam kebersamaan. Dan itulah yang saya lihat dalam keluarga saya. Cinta di dalam perjodohan." Jawab Alfa sambil menatap Aldo yang sangat heran dengan keputusan Alfa.
"Fa,, sekarang tu zaman modern. Zaman di mana kita harus menikah karena cinta. Bukan karena perjodohan." Tambah Aldo.
"Saya tahu itu. Tapi bagi saya, cinta belum tentu mendapat restu orang tua. Tapi kalau jodoh, pastinya sudah di restui orang tua dan keluarga. Jangan lupa Do! Keberkahan hidup tergantung pada restu orang tua." Ujar Alfa yang tetap pada pendiriannya.
"Ya sudah Fa. Kalau memang itu jalan yang kau pilih. Aku sebagai sahabatmu, akan tetap mendukung keputusanmu." Ujar Aldo sambil menepuk-nepuk punggung Alfa, yang sedang menatap lurus ke depan.
Setelah beberapa jam mereka menikmati suasana malam di taman indah itu, Alfa dan Aldo langsung memilih untuk segera kembali ke hotel. Aldo yang tidak lama lagi akan melepas masa lajangnya, merasa begitu kasihan dengan nasib sahabatnya itu. Tapi dia juga percaya. Keluarga Permana tidak pernah salah dalam memilih jodoh, untuk generasi penerus mereka.
Dalam perjalanan pulang, Alfa yang terlihat sedikit khawatir memikirkan Papanya, memilih untuk menghubungi Papanya yang saat itu entah berada di mana.
("Halo Pa.. Papa di mana..? Ko suaranya bising sekali?" Tanya Alfa dengan tampang serius.)
("Fa.. Papa sekarang sedang berada di rel kereta." Jawab Faris jujur yang membuat Alfa langsung terkejut.)
("Ngapain Papa di Rel kereta..? Pa.. Apa yang Papa lakukan di sana..?" Tanya Alfa panik.)
("Pa.. Tolong Papa jangan melakukan sesuatu yang salah lagi..! Pa.. Ingat apa janji Papa sama Mama juga Oma Opa!" Pinta Alfa dengan tampang khawatir yang membuat Aldo ikut panik.)
("Fa,, Papa ngga akan terima kalau ada yang mau menyakiti keluarga Papa. Mereka yang berani main-main dengan keluarga Permana harus siap menanggung resikonya." Ujar Faris yang membuat Alfa semakin panik, dan memilih untuk mengambil tindakan.)
("Terserah Papa saja." Ujar Alfa dan langsung memutuskan sambungan teleponnya.)
Setelah sambungan teleponnya terputus, Alfa langsung berlari menuju hotel berbintang milik keluarganya, yang sudah sangat dekat dengan mereka. Melihat ekspresi Alfa yang begitu panik, tanpa menunggu lama Aldo pun langsung mengejarnya sambil bertanya.
"Ada apa Fa..? Apa yang terjadi sama Pak Faris?" Tanya Aldo panik sambil terus berlari di samping Alfa.
"Sekarang juga kita harus ke rel kereta yang di tunjukan peta di ponsel saya ini. Saya tidak ingin Papa saya kembali berbuat nekat." Jawab Alfa yang langsung buru-buru mengambil kunci mobil yang ada di saku celananya, dan memasuki sebuah mobil yang sedang terparkir di parkiran khusus, bersamaan dengan Aldo.
Faris yang begitu serius dengan urusan pentingnya saat itu, sama sekali tidak menyangka kalau akan di susul oleh putranya. Dengan tampang yang begitu menakutkan, dia mengintrogasi Ratu putrinya Farel, yang sudah dia sekap di dalam sebuah gedung kosong. Yang terletak tepat di samping rel kereta.
Dengan begitu mudahnya, Faris berhasil menculik putrinya Farel seorang diri tanpa ada jejak yang bisa di lacak. Faris melakukan semua itu bukan berniat untuk menyakiti. Dia hanya ingin tahu tujuan Farel, dan siapa orang-orang yang di libatkan Farel dalam jebakan terhadap Alfa. Melihat wajah Faris di tutupi topeng yang sangat menyeramkan, tanpa ada keraguan Ratu pun memberitahukan semua yang ingin di ketahui Faris. Dan setelah semua informasi di dapatkan, Faris pun langsung memutuskan untuk membius Ratu. Dan memerintah beberapa anak buahnya, untuk mengembalikan Ratu langsung ke depan rumah Farel.
Alfa yang melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di tempat keberadaan Papanya. Dengan langkah seribu, Alfa dan Aldo langsung berlari menuju gedung kosong itu. Setelah melihat keberadaan Papanya dari jarak beberapa meter. Alfa langsung mengenali Papanya walaupun wajah Papanya, masih di tutupi topeng yang sangat menyeramkan.
"Paaa... Papaaa..." Teriak Alfa memanggil Faris yang sedang serius berbicara, dengan beberapa orang anak buahnya.
Mendengar teriakkan Alfa, Faris dengan cepat langsung memberi kode kepada beberapa anak buahnya yang ada dekat dengan Alfa dan Aldo, untuk membius mereka berdua yang sedang menghampirinya. Biar keberadaan mereka tidak di ketahui orang, karena kedatangan Alfa dan Aldo di tempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Safiatul Jannah
Faris is the best 👍👍👍🥰
2022-11-07
0
Fenty Izzi
lagi2 faris👍👍🥰🥰🥰😘😘😘😘
2022-10-09
0
Zainab Ddi
semoga ratu menyebut shelina biar Alfa mau tangung jawab kasian shelina
2022-02-19
0