HATI YANG TERBAGI
Namaku Agnes Kuncoro, umurku 20 tahun dan aku berasal dari keluarga yang cukup berada. Bisnis keluargaku berkembang pesat di berbagai tempat entah itu dalam ataupun luar negeri. Aku memiliki keluarga yang harmonis, Ayah dan Mamaku terlihat begitu rukun dan juga menyayangiku.
Ayahku bernama Kuncoro dan Mamaku bernama Arini. Mereka menikah sudah lebih dari dua puluh lima tahun tapi mereka baru memiliki anak ketika usia pernikahan mereka berumur lima tahun. Dan karena hal itulah mereka berdua kemudian menjadikan aku sebagai anak emas dan menuruti demi hal yang aku inginkan. Aku memang mendapatkan semua hal yang aku inginkan tapi tidak dengan kasih sayang mereka. Mereka berdua sibuk dengan pekerjaan meraka sehingga sering mengabaikanku.
Hari ini aku akan bertunangan dengan seorang laki-laki yang diidam-idamkan oleh banyak wanita di luar sana, yaitu William Adiputra.
William Adiputra adalah anak kedua dari pengusaha sukses Adiputra, yang kini usianya menginjak 23 tahun . Kekuasaan dan ketampanannya menjadikan William banyak digandrungi dan juga menjadi incaran setiap wanita. William kini telah menjadi pewaris perusahaan Adiputra yang bergerak di bidang kuliner.
Hampir seluruh produk makanan dan minuman yang ada di negara ini adalah produk dari perusahaannya. Aku sudah lama menyukainya dan entah itu takdir atau keberuntungan akhirnya aku bisa bertunangan dengannya, ya walaupun kami hanya bertemu beberapa kali tapi aku sudah merasa yakin dengan dirinya. Sampai pada suatu ketika keyakinan itu goyah karena aku mengenal seorang laki-laki yang sifatnya berbanding terbalik dengan William. Laki-laki itu adalah Prima Stefano.
Prima Stefano, pemilik toko bunga Prima yang menjadi langganan William dan juga sekaligus sahabat baik Willy. Dia sosok laki-laki pekerja keras dan juga tangguh. Sikapnya yang konyol dan lebih suka hal-hal yang lucu dan itu membuatku merasakan sedikit getaran aneh ketika aku bersama dengannya. Dia memang tidak sesempurna William, meski dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi dan kulit yang tidak terlalu putih ia mampu membuatku merasakan menjadi diri sendiri.
Aku mulai memasuki rumahku yang telah dipenuhi banyak orang, mulai dari para ART, sopir serta beberapa saudara dari Ayah dan Mamaku. Rumah yang bergaya modern dengan pilar putih yang mendominasi hampir di setiap sudut serta berbagai tanaman dan bunga yang berjajar rapi di sisi kanan dan kiri halaman rumahku tak lupa pagar besi yang menjulang tinggi yang selalu dijaga oleh seorang Satpam yang sudah berpengalaman.
Baru beberapa langkah kakiku sudah tidak mampu aku gerakkan lagi dari kejauhan aku melihat seorang Pria mengenakan kaos warna putih dengan celana kain selutut yang tersenyum manis sambil terus mengawasi pegawainya yang masih sibuk mendekorasi ruang tamu.
Dia tersadar bahwa selama beberapa detik ini aku memperhatikannya, dia melambaikan tangan ke arahku sambil terus tersenyum membuat aku semakin ingin menangis.
"Prima," Aku mulai berani menyebut namanya
"Selamat sore, Nona Agnes" sapa Prima kepadaku sambil mengulurkan tangan kekarnya, "Selamat atas pertunangan Nona dengan Tuan William."
Aku pun memberanikan diri menjabat tangan tersebut ada rasa gemetar di tubuh dan hatiku membuat aku sedikit berkeringat dan sedikit gugup.
"Terima kasih." Aku tidak ingin berlama-lama di dekatnya aku pun segera berpamitan untuk pergi ke kamarku dan Prima pun mengangguk sambil tersenyum.
Ya Tuhan senyum itu, kenapa lagi dan lagi aku ingin menangis setiap melihatnya tersenyum.
"Sakit, Nes. Sangat sakit rasanya" ucap Prima saat aku melangkah menaiki tangga menuju kamarku
Malam pun telah menjelang semua tamu undangan sudah mulai berdatangan begitu juga dengan rombongan dari keluarga William dan para kerabatnya, walaupun ini hanya sebuah acara pertunangan tetapi kedua orang tuaku turut mengundang saudara dan juga seluruh kliennya. Suasana di ruang tamu menjadi sangat riuh dan juga hangat, banyak dari mereka bernostalgia satu sama lain karena jarang bertemu.
"Selamat datang, Om, Tante" sapaku pada kedua orang tua Willy. Aku mencium punggung tangan mereka dan kemudian memeluk mereka bergantian
"Terima kasih, sayang. Malam ini kamu cantik sekali" puji Tante Rosa pada penampilanku sembari menggandeng lengan suaminya yang bernama Adiputra.
Adiputra adalah seorang pengusaha sukses yang sudah tidak diragukan lagi. Laki-laki paruh baya ini sudah menguasai hampir sembilan puluh lima persen perusahaan yang bergerak di bidang kuliner. Meski rambutnya sudah berubah warna tapi laki-laki ini tetap terlihat gagah dan juga tampan, yah meski dia tidak terlalu memperhatikan penampilannya seperi sang istri Rosa Adiputra
Rosa Adiputra atau aku lebih senang memanggilnya Tante Rosa. Wanita bertubuh langsing dan berkulit putih ini memang sudah tidak bisa ditandingi dalam hal berpakaian. Dia adalah wanita yang selalu berpenampilan sempurna dan juga mengikuti tren. Meski usianya sudah memasuki kepala lima tapi ia masih terlihat awet muda dan juga modis.
Malam ini aku mengenakan sebuah gaun berwarna putih dengan lengan sedikit terbuka di sertai bordir di sekitar bahu dan pinggang, aku memadukan gaun yang aku kenakan dengan riasan natural, rambut panjangku sengaja aku gerai dan aku hanya memakai hiasan kecil berupa jepit berwarna senada di samping kiri telingaku.
Aku memakai anting kecil berbentuk rantai yang sedikit panjang serta sepatu berhak tinggi berwarna senada yang tingginya sekitar 5 cm.
"Ah, Tante. Bisa saja, bukankah Tante juga tidak kalah cantik denganku," Tante Rosa malam ini juga memakai sebuah gaun dengan warna coklat muda berlengan pendek serta dandanan yang sedikit tebal lengkap dengan lipstik merahnya menambah kesan anggun padanya.
"Kamu bisa saja, Nes. Tante dan Om ke sana dulu ya" ucap mereka berdua lalu meninggalkanku berdua dengan Willy
"Kenapa wajahmu sedikit pucat, sayang. Apa kamu sakit?" Willy menatapku sambil menggenggam erat kedua tanganku, "Tanganmu juga dingin"
"Aku baik-baik saja, aku hanya sedikit gugup" ucapku berkilah karena sejujurnya semenjak tadi aku bertemu dengan Prima aku merasa jika ada hal yang aneh pada diriku entah apa itu aku sendiri pun juga tidak memahaminya.
"Tenang, sayang. Semua pasti akan berjalan dengan sempurna, oh iya apa kamu suka dengan dekorasinya" Willy menunjukkan ke arah di mana dekorasi itu berada
"Aku menyukainya bahkan sangat menyukainya terima kasih karena kamu selalu mengerti keinginanku." Aku berusaha menguasai hati yang tak terarah mencoba menciptakan senyum sebahagia mungkin agar Willy tidak menaruh curiga tentang apa yang aku rasakan
"Sama-sama, sayang. Aku akan selalu berusaha memberikan semua keinginanmu, aku memang tidak salah memilih Prima Florist untuk mendekorasi acara kita malam ini karena calon istriku sangat menyukainya"
"Toko bunga Prima memang terbaik" sahutku sambil mengacungkan kedua ibu jariku
"Iya, memang terbaik apalagi pemiliknya" kata-kata itu secara otomatis masuk tepat di pikiranku, kenapa Willy mengatakan hal sepeti itu apa maksudnya.
"Pemiliknya, maksudmu? " Aku mencoba bertanya seolah-olah aku tidak tahu apapun
"Ya pemiliknya, pemiliknya itu masih sangat muda jadi dia pasti memahami keinginan pelanggannya, apalagi jika pelanggannya seperti kamu."
Aku memandangnya dengan tatapan tajam mencoba mencari tahu arti dari setiap ucapannya sampai akhirnya Willy pun tertawa
"Sudah-sudah tidak perlu menatapku seperti itu aku tidak bermaksud apa-apa, aku hanya ingin menggodamu,"
"Willy!" ucapku sambil memandangnya tajam dan menyipitkan mataku
Karena acara akan segera di mulai maka aku dan Willy berjalan dengan bergandengan tangan menuju ke sebuah tempat yang telah dipersiapkan.
Di sana sudah ada kedua orang tuaku yang malam ini memakai setelan batik yang membuat mereka tampak serasi dan juga orang tua Willy yang telah bersiap memulai acara.
Acara demi acara telah terlewati kini tiba saatnya untuk aku dan Willy saling memasangkan cincin.
Pemasangan cincin di mulai dari diriku yang harus memasangkan cincin di jari manis Willy dan begitu pula sebaliknya.
Mereka yang menyaksikan saling bertepuk tangan sembari melontarkan kata-kata pujian untuk kami berdua.
Willy yang sedari tadi duduk kini telah berdiri sambil memegang sebuah alat pengeras suara dan mulai berbicara
"Terima kasih untuk kalian semua yang telah berkenan hadir di acara pertunangan kami, menyaksikan sekaligus memberikan doa pada kami, saya juga ingin menyampaikan rasa terima kasih saya kepada sahabat sekaligus pemilik dari toko bunga Prima karena berkenan mendekorasi tempat acara saya pada malam hari ini, terima kasih, aku harap kamu akan menyusulku untuk segera menikah" Willy menunjuk ke salah seorang laki-laki yang berpenampilan sangat menawan malam ini.
Willy mengakhiri pidatonya kemudian tanpa disangka-sangka seorang pria berkacamata, memakai jas dan bercelana hitam datang menghampiri kami sambil membawa satu ikat bunga mawar merah sambil tersenyum bahagia
Sesampainya di depan Willy pria itu membuka kacamatanya sambil melirik ke arahku kemudian berganti ke arah Willy dan menyerahkan bunga tersebut.
"Selamat atas pertunangan Anda, Tuan Willy dan Nona Agnes, semoga saya cepat menyusul" laki-laki itu adalah Prima, pria yang telah membingungkan perasaanku semenjak tadi siang entah dari mana datangnya, pria itu kembali tersenyum ke arahku sambil menjabat tanganku.
Tangan kekar itu, tangan hangat itu, yang telah mendekorasi dan membuat banyak rangkaian bunga yang malam ini aku pakai, malam yang seharusnya menjadi malam terindah dan malam paling bahagia dalam hidupku justru menjadi malam yang membuat jantungku terasa akan meledak karena hadirnya dua laki-laki yang membuatku merasa nyaman.
"Terima kasih, Tuan Prima. Saya sangat menyukai dekorasi dan juga semua bunganya." Aku mencoba menenangkan hati dan perasaanku dan terus mencoba mengukir senyum semanis mungkin.
"Sama-sama, Nona. Sebuah kehormatan untuk saya bisa ikut andil di acara semewah ini, terima kasih sekali lagi saya pamit undur diri"
Prima pun menghilang di antara kerumunan orang yang tengah menikmati pesta malam ini, dan di susul oleh kedua orang tuaku dan juga orang tua Willy dan kini hanya tinggal aku dan Willy yang ada di tempat itu
"Apa kamu menyukainya, sayang?" Willy mendekatiku yang tengah asyik memperhatikan bunga mawar merah itu
"Iya, aku sangat menyukainya, bunga Mawar dari toko bunga Prima selalu memiliki wangi yang khas." Aku menjawabnya tanpa menoleh sedikit pun ke arah Willy karena tiba-tiba aku melihat di antara bunga-bunga itu terdapat secarik kertas berwarna merah sehingga tidak begitu terlihat jika hanya sekilas.
Sebenarnya aku penasaran dengan kertas itu tapi aku mengurungkan niatku untuk mengambilnya karena aku takut Willy akan marah jika mengetahuinya.
Aku menetralkan perasaanku kemudian meletakkan bunga tersebut di atas meja kecil lalu aku mendekat ke arah Willy
"Sayang, terima kasih " Aku memberanikan diri menggelitik perut Willy, Willy pun terkejut dengan aksiku karena tidak biasanya aku melakukan ini terlebih lagi di sini masih ada banyak orang
"Sama-sama, sayang. Mulai berani ya sekarang?" Willy mencoba menggelitikku tapi aku segera menghindarinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
dewi patmawati
mampir
2021-06-20
1