"Aku tidak akan peduli lagi denganmu Will!" Ucapku terus dan terus sampai aku tiba di kamarku. Aku membuka pintu kamarku dan menutupinya cukup keras sehingga menimbulkan suara yang cukup nyaring.
"Ya Allah Gusti ada gempa! " Seorang ART yang sedang membersihkan kamarku terkaget dan spontan berteriak
"Bukan gempa Mbak," Jawabku santai sambil membaringkan tubuhku di atas kasur masih dengan wajah yang cemberut
"Ya ampun Non, bikin kaget saja, untung saya tidak punya riwayat penyakit jantung, bisa-bisa saya mati muda!" Ucapnya sambil terus mengelus dadanya dan berjongkok di samping ranjangku
"Jangan aneh-aneh ya!" Jawabku agak ketus
"Maaf Non," Ucap ART itu sambil cekikikan, dia tidak marah dengan sikapku yang saat ini mungkin sangat menyebalkan karena dia sudah hafal betul bagaimana diriku sebenarnya.
"Kok sudah pulang Non? apa Tuan Willy memilih pekerjaannya lagi dibandingkan Non?" Lanjutnya sedikit mengejek, tapi aku juga tidak marah karena selama ini semua yang aku alami aku ceritakan padanya.
Dia bukan hanya sebagai ART tapi juga sebagai teman yang selalu mendengar keluh kesahku, mendengar semua cerita-ceritaku bersama Willy maka tidak heran jika ia tahu apa yang aku alami saat ini. Aku merasa nyaman dengannya karena ia termasuk orang yang bisa menyimpan cerita dan sangat baik. Keluarganya sudah lama bekerja dengan Ayahku dan sekarang giliran dia yang membantu kami setelah orang tuanya sudah meninggal. Kami sangat senang memiliki ART seperti keluarga Mbak Sumi karena mereka bekerja semua bekerja dengan tulus dan jujur
Aku melakukan itu semua bukan tanpa alasan, itu semua aku lakukan karena aku sama sekali tidak memiliki teman atau sahabat. Orang tuaku selalu memilah semua orang yang akan bertemu dan berteman denganku, dengan alasan yang aku pikir tidak logis.
Mereka selalu mengawalku kemana pun aku pergi dan dengan siapapun aku bertemu, tidak hanya itu mereka juga selalu menyelidiki latar belakang orang-orang yang tengah dekat denganku
Hal itulah yang membuatku menjadi seseorang yang tidak memiliki teman sama sekali. Dan beruntungnya sekarang aku memiliki ART yang umurnya hampir sama denganku, sehingga aku bisa bercerita banyak dengannya tanpa harus diawasi lagi oleh kedua orang tuaku
Meskipun usia kami hanya berbeda satu tahun tapi aku merasa dia cukup dewasa untuk wanita di usianya.
"Jika sudah tahu untuk apa bertanya? membuatku semakin kesal saja!" Jawabku
"Sudahlah Non, jangan marah-marah seperti itu. Nanti keriputnya tambah !" Ucapnya kemudian berlalu dari kamarku
.
.
*******
"Will, kita harus bicara! " Ucap Alexa ketika berhasil menemui Willy yang kini tengah berada di ruang kerja
"Bicaralah Kak, akan aku dengarkan!" Kata Willy masih tetap fokus pada layar laptopnya
"Stop Willy, aku rasa kamu sudah sangat keterlaluan " Alexa menutup laptop yang ada di depan Willy
"Apa yang Kakak lakukan? aku sedang bekerja Kak!"
"Hentikan Will, hentikan kegilaanmu pada pekerjaan ini Will!" Bentak Alexa
"Apa maksud Kakak? jangan berbelit-belit kak, aku tidak punya banyak waktu!" Tutur Willy sambil membuka laptopnya kembali
"Dengarkan Kakak baik-baik Will, jangan pernah kamu mengabaikan Agnes hanya demi pekerjaan bodoh ini! "
"Apa aku tidak salah dengar? sejak kapan Kakak memperhatikannya Agnes? bukankah selama ini Kakak tidak menyukainya?" Tanya Willy keheranan dengan sikap Kakaknya. Willy kemudian melepas kacamatanya dan beralih menatap Alexa
"Aku memang tidak menyukainya Will, tapi itu dulu bukan sekarang!. Aku hanya tidak mau jika kamu tidak memperhatikan dia maka dia akan berbuat di luar batas!" Alexa lagi-lagi mengeluarkan kalimat yang membuat Willy bingung
"Di luar batas bagaimana? katakan saja Kak apa mau Kakak, aku pasti akan berusaha mewujudkannya "
"Aku sudah mengorbankan karirku demi tinggal di Indonesia dan bekerja di perusahaan keluarga kita, aku tidak ingin semua yang aku impikan akan lenyap begitu saja hanya karena kamu yang tidak mampu menjaga kekasihmu!" Alexa kemudian beralih tempat ke sebuah rak buku yang berada di belakang meja kerja Willy
Willy terdiam cukup lama, mencerna semua kata-kata Kakaknya yang kali ini terdengar membingungkan.
"Oh aku sekarang tahu Kak, apa maksud dari ucapan Kakak. Apa Kakak merasa takut jika aku tidak memperhatikan Agnes maka dia akan berpaling dariku dan menjalin cinta dengan pria pujaanmu itu?" Willy menoleh ke arah Kakaknya yang kini berada di belakangnya
Dengan senyuman yang terukir di sudut bibirnya Alexa pun melanjutkan kata-katanya
"Anak pintar!"
"Apa Kakak sedang cemburu? ayolah Kak, mereka hanya berteman tidak lebih, untuk apa Kakak bersikap seperti itu?"
"Aku tidak cemburu Will, aku hanya mengingatkanmu untuk tetap menjaga apa yang kamu miliki sekarang sebelum akhirnya dia pergi dengan yang lain!"
"Sudahlah jangan mulai lagi membahas tentang itu, Kakak tidak perlu khawatir. Apa Kakak masih mencintainya?"
"Entah Will, aku sendiri tidak tahu harus berkata seperti apa ,karena sampai saat ini aku tidak bisa menyukai orang lain selain dia!" Ucap Alexa jujur
"Kejarlah dia kak, aku akan membantumu sebisa mungkin agar kekhawatiran kakak ini tidak akan terjadi!" Kata Willy mencoba menenangkan Kakaknya
"Terima kasih Will, tapi ingat jangan terlalu fokus dengan pekerjaanmu!" Alexa pun meninggalkan Willy yang masih berada di dalam ruang kerjanya.
.
.
.
*********
"Bukankah sudahku katakan, kamu tidak perlu menelpon ku!" Kataku saat handphoneku kembali berdering untuk yang ke sekian kalinya. Aku kemudian membaringkan tubuhku di atas kasur empuk yang berada di kamarku. Hingga malam tiba aku pun masih enggan ke luar dari kamarku.
Hampir satu jam ini Willy terus mencoba menghubungiku tapi tidak sekalipun aku menjawab panggilannya .
Aku masih merasa kesal dan juga jengkel karena kejadian tadi siang.
Willy tidak patah semangat untuk terus menghubungiku sampai pada akhirnya aku menjawab panggilan itu.
"Sayang apa kamu masih marah padaku? maafkan aku sayang , aku benar-benar minta maaf. Aku berjanji aku tidak akan mengulanginya lagi !" Kata Willy di seberang telepon
Aku tidak menjawabnya sama sekali, aku membiarkan panggilan itu tetap terhubung tanpa mengucapkan sepatah kata pun .
"Sayang, aku mohon jangan diamkan aku seperti ini, aku mohon!"
"Ya" Jawabku singkat sambil memasang mimik muka cemberut
"Maaf!" Kata Willy dengan nada memelas
"Sudah aku maafkan!!" Jawabku ketus
Panggilan itu kemudian berakhir tanpa aku tahu penyebabnya.
Tak lama kemudian Willy menghubungiku kembali ,tapi kali ini ia melakukan panggilan video.
"Apa lagi? bukankah sudah aku maafkan!!" Jawabku lagi-lagi dengan nada yang ketus
"Kamu belum memaafkan aku, itu buktinya bibir kamu masih cemberut kayak ikan" Willy mengatakannya sambil tertawa
"Ikan kamu bilang? ya baiklah aku memang tidak cantik dan aku memang seperti ikan, puas sekarang?" Aku mengalihkan pandanganku dari Willy. Willy malah semakin tertawa mendengar ucapanku.
"Maaf, apa kamu akan terus menerus marah kepadaku ? aku mencintaimu sayang, jangan pernah marah padaku!!" Willy mencoba merayuku
Aku sendiri juga tidak tahu sejak kapan Willy pandai merayu seperti saat ini karena sejak pertama aku mengenalnya ia adalah orang yang sangat kaku dan perfeksionis dan sangat jarang mengeluarkan kata-kata gombalan.
"Aku sudah memaafkanmu, kamu tidak perlu meminta maaf lagi!" Ucapku kini sambil tersenyum.
"Nah, begitu kan cantik!" Katanya lagi
"Apa kamu baru menyadarinya?"
"Iya aku baru menyadarinya karena selama ini aku sibuk bekerja dan tidak memperhatikanmu"
"Apa mulai sekarang kamu akan lebih memperhatikan aku?" Tanyaku dengan raut wajah senang
"Akan aku usahakan, aku akan luangkan waktu untuk kita berdua dan akan berusaha membuat mu merasakan bagaimana rasanya memiliki calon suami!!"
"Janji?
"Iya sayang, aku berjanji!. Apa kamu sudah makan? atau apa kita perlu pergi ke luar untuk makan?"
"Aku baru saja selesai makan, bagaimana dengan pekerjaanmu? sudah selesai?" Aku mencoba memberi perhatian padanya
"Hampir selesai sayang, mungkin tinggal beberapa file saja yang harus aku revisi dan tanda tangani"
"Cepat selesaikan pekerjaanmu, aku tidak ingin besok kamu meninggalkan aku lagi hanya karena pekerjaanmu belum selesai!" Kataku sambil tersenyum semanis mungkin
"Iya aku akan menyelesaikannya, cepat pergilah tidur aku akan mengajakmu pergi ke suatu tempat besok pagi!!"
"Baiklah, aku akan segera pergi tidur. Cepat selesaikan pekerjaanmu dan pergilah tidur juga. Mimpi indah, aku mencintaimu"
" Aku juga mencintaimu "
Willy kemudian mematikan panggilan teleponnya. Panggilan itu telah berhasil membuatku merasa berbunga-bunga karena kini Willy sudah sedikit berubah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments