Kalian pergilah ke halaman belakang, aku rasa di sana akan lebih nyaman. Aku akan menyusul kalian setelah ini!" Perintah Prima pada kami semua sambil menunjuk ke sebuah rangkaian bunga yang masih berantakan
"Oke!" Jawab Willy dan kemudian kami segera berjalan menuju ke tempat yang di maksud.
Sesampainya di halaman belakang, kami semua merasa sangat takjub dengan apa yang kami lihat. Bunga-bunga bermekaran, tanaman hias tumbuh subur dan bahkan ada yang sudah berbunga dan berbuah. Di halaman itu terdapat beragam warna bunga mawar yang sudah berbunga maupun yang baru tumbuh memancarkan aroma yang sangat harum dan memanjakan semua yang melihatnya.
Mulai dari bunga mawar merah biasa, Wild Rose, Old Garden Rose, Modern Garden Rose, Double Delight, Sunsprite, Black Rose, Blue Rose, Eden Rose, Mawar Kubis. Yang masing-masing memiliki aroma dan warna yang pastinya akan membuat siapa pun yang melihat akan takjub.
Aku pun mendekati sebuah pot mawar biru yang bisa dibilang merupakan bunga mawar paling langka di dunia karena mawar ini merupakan hasil dari rekayasa genetika ilmuwan.
Aku sangat tertarik pada warnanya yang cerah dan mawar ini mengingatkan aku pada saat Prima menyatakan perasaannya padaku karena pada saat itu dia membawakan aku setangkai mawar biru yang langka
Aku bertanya kepadanya kenapa ia membawakan aku bunga mawar biru sedangkan dia sendiri juga tahu bahwa aku menyukai mawar merah. Dia hanya berkata bahwa aku dan mawar biru itu sama-sama memiliki persamaan yaitu sangat langka dan sulit didapatkan.
Aneh dan konyol bukan, tapi jujur saja aku menyukainya. Dan karena itu pula sampai saat ini aku masih terus teringat saat-saat itu ketika melihat atau mendengar hal-hal tentang mawar biru.
Setelah puas bernostalgia dengan mawar biru itu aku kemudian beralih ke samping sudut kiri dari tempat aku berdiri.
Di sana terdapat bunga mawar dengan jenis Sunsprite yang terkenal sangat harum. Bunga itu juga biasa di kenal dengan Korresia/Friesia, karena sang penemu dari bunga tersebut adalah seseorang yang bernama Reimer Kordes, sedangkan Friesia diambil dari nama Friesland yang merupakan asal dari penemu bunga tersebut.
Aku begitu menikmati aroma bunga mawar itu sampai-sampai aku tidak menyadari jika Willy sudah berada di belakangku dan memelukku.
"Aku cemburu dengan bunga-bunga ini, karenanya kamu tidak lagi memperhatikanku" Willy memelukku erat sambil berbisik mesra, aku yang awalnya hanya terfokus pada bunga itu kemudian beralih pada Willy yang kini berada di belakangku.
"Kamu cemburu dengan bunga?" Ucapku sembari menoleh ke arahnya, menatap manik mata yang selalu menyiratkan cinta. Cinta yang tulus dari hati yang tulus, tapi aku malah membalasnya dengan ceritanya seharusnya tidak pernah dan tidak harus terjadi.
"Iya aku cemburu, sangat cemburu bahkan!" Willy kini berani mencium tanganku, bahkan di sini banyak orang yang berkunjung untuk membeli bunga atau sekedar melihat lihat tanaman. Malu rasanya tapi aku sangat bahagia. Lebih bahagia dari sebelumya.
"Kamu tidak perlu cemburu pada bunga ini karena aku dan bunga ini berbeda" Willy tidak menjawab dia hanya menatapku penuh dengan tanya dan masih menggenggam tanganku erat
"Aku dan bunga ini berbeda sayang, aku hanya untukmu dan bunga-bunga ini pasti akan menjadi milik orang lain" ucapku masih terus menatap hamparan bunga yang berada tepat di depan mataku
"Wah ternyata kamu sudah pandai menggombal ya, dari siapa kamu belajar?" Ucap Willy sambil terkekeh geli masih sambil memelukku dan menggenggam tanganku erat
"Dari siapa ya?" Ucapku menggoda Willy
"Dari siapa pun kamu belajar aku tidak peduli karena aku tahu kamu belajar itu semua untuk membuatku senang " Willy melepas pelukannya dan mengajakku duduk di sebuah kursi di sudut halaman itu dan aku pun menurutinya.
***********
"Katakan padaku, Ma. Kenapa Mama melakukan ini semua, kurang apa Papa pada Mama?"
"Maaf, Pa. Aku juga tidak mengerti " Ucap wanita itu sambil menangis sesenggukan di sebuah kamar hotel yang menjadi tempat tinggal mereka beberapa hari ini.
"Lalu siapa laki-laki itu, Ma? apa kelebihan laki-laki itu sehingga Mama mampu membagi hati Mama untuknya?" Suami wanita itu masih bersikap sangat lembut demi mengetahui siapa laki-laki yang telah berselingkuh dengan istrinya.
Laki-laki itu masih setia duduk di samping istrinya, dengan maksud ingin mengetahui semua hal yang membuat istrinya berpaling dari dirinya.
"Maafkan Mama. Mama benar-benar minta maaf sudah menyakiti Papa dan juga anak kita!!" Wanita itu masih terus menangis dan menangis
"Baiklah jika Mama tidak mau berkata jujur pada Papa tidak apa-apa!" Laki-laki itu kemudian meninggalkan istrinya yang masih tidak mau mengakui siapa pria yang telah berselingkuh dengannya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments