Episode 12

Aku dan Willy masih duduk berdua di sebuah kursi di pojok halaman tersebut. Sayup-sayup aku mendengar seseorang bernyanyi sambil memainkan gitar, aku memandang Willy dan dia pun juga memandangku. Kami saling pandang cukup lama, sampai akhirnya dia berkata. "Apa kamu sedang memikirkan sesuatu seperti yang aku pikirkan?"

"Entah, memang kamu berpikir apa?" Tanyaku masih memandangnya

"Aku sedang berpikir kita harus mendatangi suara itu, sepertinya asyik juga" Ucap Willy antusias

"Iya, aku juga berpikir demikian, ayo kita ke sana!" Ajakku pada Willy. Dia pun menurut dan mengikuti langkahku sambil terus menggenggam erat tanganku

Beberapa saat kemudian kami telah sampai di mana suara itu berada, di sana sudah ada Prima yang sedang memangku gitar sambil terus bernyanyi dengan suara merdunya. Sikapnya yang santai sambil memangku gitarnya membuat Prima semakin terlihat tampan .

Aku telah tahu kita memang tak mungkin

Tapi mengapa kita selalu bertemu

Aku telah tahu hati ini harus menghindari

Namun kenyataan kutak bisa

Maafkan aku terlanjur mencinta

Senyuman itu hanyalah menunda

Luka, yang tak pernah ku duga

Namun bila akhirnya

Kau harus dengannya

Mengapa kau dekati aku

Kau membuat semuanya indah

Seolah takkan terpisah

Aku telah tahu kita memang tak mungkin

Tapi mengapa kita selalu bertemu

Aku telah tahu hati ini harus menghindar

Namun kenyataannya kutak bisa

Maafkan aku terlanjur mencinta

Bila memang hatimu untuk aku

Salahkah kuberharap

Berharap kau memilih diriku....cinta

Aku telah tahu kita memang tak mungkin

Tapi mengapa kita selalu bertemu

Aku telah tahu hati ini harus menghindar

Namun kenyataannya kutak bisa

Maafkan aku terlanjur mencinta

Ternyata hati tak sanggup melupa

" Terlanjur mencinta ,Tiara Andini "

Itulah lagu yang dinyanyikan oleh Prima, dengan penghayatan yang begitu dalam seakan ia sedang bercerita tentang perasaannya. Tidak aku sangka air mataku menetes ketika mendengar lagu itu, tapi aku buru-buru menghapusnya agar Willy tidak curiga.

"Ternyata kamu masih jago ya, kenapa tidak jadi penyanyi saja, malah memilih menjadi tukang bunga? " Ucap Willy saat Prima telah selesai bernyanyi. Sebenarnya suara Prima memang sangat bagus, bahkan sejak Prima masih duduk di bangku SMP, dia sudah sering mengikuti ajang perlombaan bernyanyi dan Prima pun selalu terpilih menjadi juara pertama.

"Loh kalian, sejak kapan kalian di sini?" Jawab Prima sedikit kaget saat melihatku dan juga Willy yang kini berada di dekatnya dan kini duduk di sampingnya.

"Sudah lama, kamu saja yang terlalu menghayati lagu itu sampai-sampai kamu tidak menyadari kehadiran orang lain."

"Iya aku memang sangat menghayatinya karena lagu ini sama seperti yang aku rasakan sekarang!" Jawab Prima sambil menatapku sekilas. Ada debaran aneh yang aku rasakan ketika manik mata Prima menatap ke arahku

"Siapa wanita bodoh itu bro, sampai-sampai dia mengabaikan perasaanmu?" Selidik Willy.

Aku masih tetap terdiam di samping Willy dengan perasaan yang tidak karuan, aku takut jika Prima akan bercerita kepada Willy semua yang terjadi di antara aku dan dia.

"Dia tidak bodoh, hanya saja aku yang terlalu berharap pada wanita yang jelas-jelas tidak bisa aku miliki, karena dia sebentar lagi akan menikah!" Jelas Prima seraya memasang wajah yang sedikit muram dan kecewa.

"Cinta itu harus diperjuangkan, sebelum janur kuning melengkung Dia masih milik umum" Ucap Willy sambil terkekeh

"Milik umum, kamu ada-ada saja Will."

Keduanya terkekeh sambil terus membahas hal tersebut, tapi tidak denganku yang masih tidak menentu dengan tangan yang dingin. Untung saja saat itu Willy tidak menggandeng tanganku sehingga tidak tahu bagaimana sekarang keadaanku.

"Bagaimana persiapan pernikahan kalian?" Tanya Prima kemudian. Sekarang kami sudah duduk di sebuah sofa besar yang beras tepat di ruangan itu, ruangan yang bisa di bilang menjadi kantor Prima. Ruangan yang hanya dibatasi oleh kaca sebagai sekat antara tempat yang satu dengan tempat yang lain.

"Tadi pagi kami baru saja menemui sebuah WO dan berdiskusi tentang konsep yang akan kita pakai!" Jawab Willy antusias

"Apa kalian memakai jasa WO yang terkenal itu?" tebak Prima sambil meletakkan gitar yang tadi ia pakai

"Iya aku memakai jasanya, dari mana kamu tahu hal itu ?"

"Aku tahu karena tadi pagi pemilik WO itu menghubungiku dan memintaku untuk mendekorasi pernikahan kalian" jawab Prima dengan raut wajah kecewa tapi tidak begitu terlihat

"Dan kamu mau?"

"Tentu saja Gue mau, siapa sih yang enggak mau berperan langsung di acara pernikahan kalian yang nantinya pasti akan jadi pernikahan terdahsyat di kota ini!" lanjut Prima mencoba bersikap antusias meski hatinya hancur

"Kamu bisa saja, ini hanya pernikahan sederhana karena calon istriku tidak terlalu suka dengan hal yang berlebihan, iya kan sayang?" Tanya Willy padaku

"I-iya sayang!" Jawabku sedikit gugup karena tidak terlalu fokus dengan pertanyaan Willy, aku hanya menjawab dengan kata itu tanpa perduli apakah jawabanku itu pas dengan pertanyaannya atau tidak

Willy tidak menyadari kegugupanku karena sedari tadi ia terlalu antusias bercerita tentang persiapan pernikahan kita. Tapi tidak dengan Prima, ia berusaha bersikap profesional walaupun sebenarnya hatinya pasti sangat sakit saat Willy bercerita tentang hal itu. Prima hanya tidak ingin membuat Willy curiga bahwa sebenarnya di dalam hatinya terdapat perasaan tidak rela akan apa yang ia dengar saat ini.

Aku menyadari sikap Prima ,karena setiap kali ia menjawab semua pertanyaan Willy secara sengaja ataupun tidak ia beralih menatapku meski hanya sekilas.

Dan dari sorot matanya aku bisa melihat jika Prima merasakan sakit yang teramat dalam dengan keadaan yang kini ia hadapi.

Obrolan kami pun telah usai, kami memutuskan untuk pulang dan beristirahat karena besok kami akan melakukan kegiatan yang lain

Aku telah berada di dalam mobil bersama Willy, kebersamaanku dengan Willy hari ini tidak begitu menyenangkan karena kami harus bertemu dengan Prima.

Ya mungkin itu hanya bagiku dan tidak bagi Willy, karena hari ini Willy sudah berusaha meluangkan waktunya di tengah jadwal pekerjaannya yang super-super sibuk.

"Tunggu aku, malam ini aku akan datang ke rumahmu lagi. Aku merindukan teh lemon buatan Mbak Sumi!!"🤪🤪🤪🤪

Begitulah isi pesan yang Prima kirimkan, aku tidak mengira dia sangat berani ketika ia tahu bahwa saat ini aku masih bersama Willy.

Willy tidak menyadari jika aku sedang membaca pesan itu, ia masih tetap fokus menyetir sambil sesekali tersenyum ke arahku.

Kami telah sampai di halaman rumahku, setelah aku turun dari mobil Willy pun ikut turun.

"Masuklah dulu sayang!" Ajakku pada Willy yang masih duduk di jok mobilnya.

"Maaf sayang sepertinya lain kali saja, aku masih harus membereskan pekerjaanku hari ini. Tidak apa-apa kan?" Willy kemudian turun dari mobil dan berdiri di depan pintu mobilnya

" Apa asistenmu tidak bisa mengurus pekerjaanmu untuk hari ini?" Pintaku

"Tidak bisa sayang, kamu kan tahu jika aku bukan orang yang suka melimpahkan pekerjaanku pada orang lain!" Ucapnya sembari memandangku lekat

"Tapi kapan Will kamu ada waktu untukku? kita sebentar lagi akan menikah dan sampai saat itu hampir tiba tidak pernah sekalipun kamu menemaniku walaupun cuma satu hari?" Ucap ku hati-hati

"Aku tahu sayang, tapi aku mohon mengertilah sekali ini saja. Aku berjanji padamu jika kita telah menikah nanti aku akan berada di sisimu dan memberimu lebih banyak waktu" Jelas Willy

Aku merasa sangat bosan dengan jawaban yang dilontarkan oleh Willy, tidak hanya sekali dua kali ia mengatakan hal itu dan membuatku merasa seperti di bodohi dan hanya diberi harapan palsu.

"Terserahlah Will, jika pekerjaanmu itu lebih penting maka pergilah aku tidak akan menghalangimu!" Ucapku sambil berlalu dari hadapannya

"Terima kasih sayang, aku akan menelponmu nanti!" Jawabnya sambil berlalu masuk ke dalam mobil

Aku masih bisa mendengar kata-katanya, meski kini aku berjalan masuk ke dalam rumah.

Harusnya dia mengejarku dan tidak membiarkan aku pergi dengan keadaan marah. Tapi apa nyatanya? dia malah pergi begitu saja tanpa berusaha membujukku.

"Terserahlah mau menelfon atau tidak, aku juga tidak peduli!"

,

,

,

,

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11 Visual Mawar
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 51
53 Episode 52
54 Episode 53
55 Episode 54
56 Episode 55
57 Episode 56
58 Episode 57
59 Episode 58
60 Episode 59
61 Episode 60
62 Episode 61
63 Episode 62
64 Episode 63
65 Episode 64
66 Episode 65
67 Episode 66
68 Episode 67
69 Episode 68
70 Episode 69
71 Episode 70
72 Episode 71
73 Episode 72
74 Episode 73
75 Episode 74
76 Episode 75
77 Episode 76
78 Episode 77
79 Episode 78
80 Episode 79
81 Episode 80
82 Episode 81
83 Episode 82. Aku cemburu
84 Episode 83. Stop Alexa
85 Episode 84. To-tolong
86 Episode 85. Masih calon, Mas. Ingat itu!
87 Episode 85. Masih calon, Mas. Ingat itu!
88 Episode 86. Aku tidak akan ingkar janji
89 Episode 87. Kerja bagus, Albert
90 Episode 88. Mas, jangan ngelamun
91 Episode 89. Aku sehat Will
92 Episode 90. Memulai interogasi
93 Episode 91. Mulai menginterogasi lagi
94 Episode 92. Menikahlah denganku
95 Episode 93. Aku akan menunggumu
96 Episode 93. Aku akan menunggumu
97 Episode 94. Aku mencintaimu
98 Episode 95. Beri aku waktu, Will
99 Episode 96. Maafkan Papa, Lexa
100 Episode 97. Mohon bersabar
101 Episode 98. Cuma senyum, Boy
102 Episode 99. Apa kamu masih punya waktu
103 Episode 100. Aku ikut Ayah saja
104 Episode 101. Fakta Bu Mariyam
105 Episode 102. Fakta Bu Mariyam 2
106 Episode 102. Fakta Bu Mariyam 2
107 Episode 103. Pohon Lemon
108 Episode 104. Agnes, jawab aku
109 Episode 105. Sampai waktu lelah dan menyerah
110 Episode 106. Oma berangkat, ya
111 Episode 107. Andreas
112 Episode 108. Apa aku harus kembali padanya?
113 Episode 109. Pernikahan Mbak Sumi dan Prima
114 Episode 110. Cemburu
115 Episode 111. Hidup ini kejam, Nes
116 Episode 112. Terima kasih, aku tidak tertarik
117 Episode 113. Apakah hari ini aku ulang tahun
118 Episode 113. Apakah hari ini aku ulang tahun
119 Episode 114. Pertunangan William
120 Episode 115. Sandiwara William
121 Episode 116. Sandiwara William 2
122 Episode 117. Rencana William
123 Episode 118. Pengakuan William
124 Episode 119. Gombal
125 Episode 120. Kita belum resmi, Mas
126 Episode 121. Peluk lagi
127 Episode 122. See you next time
128 Episode 123. Terima kasih, Sam
129 Episode 124. Pilih yang kamu suka
130 Episode 125. Tidak perlu malu, sayang
131 Episode 126. fitting baju
132 Episode 127. Bertemu Mama
133 Episode 128. Kedatangan orang tua Alexa
134 Episode 129. Aku takut
135 Episode 129. Aku takut
136 Episode 130. Laki-laki hebat
137 Episode 131. Sabar Mas
138 Episode 132. Suami takut istri
139 Episode 133. Pengajian dan doa restu
140 Episode 134. Menjelang ijab qabul
141 Episode 134. Menjelang ijab qabul
142 Episode 135. SAH
143 Episode 136. Rumah baru
144 Episode 137. Rumah Oma
145 Episode 138. Kembali seperti semula
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11 Visual Mawar
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 51
53
Episode 52
54
Episode 53
55
Episode 54
56
Episode 55
57
Episode 56
58
Episode 57
59
Episode 58
60
Episode 59
61
Episode 60
62
Episode 61
63
Episode 62
64
Episode 63
65
Episode 64
66
Episode 65
67
Episode 66
68
Episode 67
69
Episode 68
70
Episode 69
71
Episode 70
72
Episode 71
73
Episode 72
74
Episode 73
75
Episode 74
76
Episode 75
77
Episode 76
78
Episode 77
79
Episode 78
80
Episode 79
81
Episode 80
82
Episode 81
83
Episode 82. Aku cemburu
84
Episode 83. Stop Alexa
85
Episode 84. To-tolong
86
Episode 85. Masih calon, Mas. Ingat itu!
87
Episode 85. Masih calon, Mas. Ingat itu!
88
Episode 86. Aku tidak akan ingkar janji
89
Episode 87. Kerja bagus, Albert
90
Episode 88. Mas, jangan ngelamun
91
Episode 89. Aku sehat Will
92
Episode 90. Memulai interogasi
93
Episode 91. Mulai menginterogasi lagi
94
Episode 92. Menikahlah denganku
95
Episode 93. Aku akan menunggumu
96
Episode 93. Aku akan menunggumu
97
Episode 94. Aku mencintaimu
98
Episode 95. Beri aku waktu, Will
99
Episode 96. Maafkan Papa, Lexa
100
Episode 97. Mohon bersabar
101
Episode 98. Cuma senyum, Boy
102
Episode 99. Apa kamu masih punya waktu
103
Episode 100. Aku ikut Ayah saja
104
Episode 101. Fakta Bu Mariyam
105
Episode 102. Fakta Bu Mariyam 2
106
Episode 102. Fakta Bu Mariyam 2
107
Episode 103. Pohon Lemon
108
Episode 104. Agnes, jawab aku
109
Episode 105. Sampai waktu lelah dan menyerah
110
Episode 106. Oma berangkat, ya
111
Episode 107. Andreas
112
Episode 108. Apa aku harus kembali padanya?
113
Episode 109. Pernikahan Mbak Sumi dan Prima
114
Episode 110. Cemburu
115
Episode 111. Hidup ini kejam, Nes
116
Episode 112. Terima kasih, aku tidak tertarik
117
Episode 113. Apakah hari ini aku ulang tahun
118
Episode 113. Apakah hari ini aku ulang tahun
119
Episode 114. Pertunangan William
120
Episode 115. Sandiwara William
121
Episode 116. Sandiwara William 2
122
Episode 117. Rencana William
123
Episode 118. Pengakuan William
124
Episode 119. Gombal
125
Episode 120. Kita belum resmi, Mas
126
Episode 121. Peluk lagi
127
Episode 122. See you next time
128
Episode 123. Terima kasih, Sam
129
Episode 124. Pilih yang kamu suka
130
Episode 125. Tidak perlu malu, sayang
131
Episode 126. fitting baju
132
Episode 127. Bertemu Mama
133
Episode 128. Kedatangan orang tua Alexa
134
Episode 129. Aku takut
135
Episode 129. Aku takut
136
Episode 130. Laki-laki hebat
137
Episode 131. Sabar Mas
138
Episode 132. Suami takut istri
139
Episode 133. Pengajian dan doa restu
140
Episode 134. Menjelang ijab qabul
141
Episode 134. Menjelang ijab qabul
142
Episode 135. SAH
143
Episode 136. Rumah baru
144
Episode 137. Rumah Oma
145
Episode 138. Kembali seperti semula

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!