Episode 6

Aku berada di dalam mobil yang membawaku pulang dari rumah Willy, sepanjang perjalanan aku hanya terdiam masih memikirkan kejadian yang terjadi di sana. Ada rasa marah, gelisah dan juga senang. Semua berbaur menjadi satu dan saling berebut tempat untuk mendominasi keadaan

Aku merasakan keanehan dan kejadian yang menurutku janggal, entah kenapa aku merasa Willy tahu kejadian yang sebenarnya tapi ia membiarkannya dan bersikap sangat cuek. Dia malah dengan sengaja menunjukkan sikap romantisnya di depan mereka semua.

Mungkin dia sangat mencintaiku dan mempercayaiku atau entah memang dia ingin mempermainkan hatiku, entah apa pun itu aku malah merasa ada sedikit keraguan tentang hubunganku dengan Willy dan merasakan keyakinan akan Prima.

Ya Tuhan apa yang sebenarnya terjadi denganku, aku tidak pernah mengerti semua ini.

Aku telah sampai di halaman rumahku yang sepi, aku melirik jam di ponselku yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, aku kemudian turun dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah.

Kubuka pintu rumahku yang terkunci secara perlahan karena tidak ingin mengganggu ART dan sopir yang mungkin sudah terlelap karena lelah seharian bekerja.

Belum sampai di bawah tangga menuju ke kamarku, aku mendengar deru kendaraan bermotor masuk ke dalam halaman rumahku, aku penasaran siapakah orang yang datang larut malam seperti ini

Jujur dalam hati, aku menginginkan Willy datang menemuiku dan meminta maaf karena tidak bisa mengantarkan aku pulang. Dengan langkah yang tergesa-gesa aku berbalik arah dan keluar dari rumah untuk melihat siapa yang datang.

Aku sedikit kecewa saat melihat siapa yang datang, bukan Willy kekasihku melainkan Prima si pria konyol yang datang sambil membawa beberapa tangkai bunga mawar merah kesukaanku. Entah dari mana ia memetik bunga itu, bukankah tadi saat aku pulang Prima masih berada di rumah William tapi kenapa sekarang Prima sudah sampai di sini dan membawa bunga. Ah entah, Prima memang laki-laki ajaib yang tidak pernah bisa ditebak.

"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Prima sambil berjalan ke arahku

"Tidak." Hanya kata itu yang kuucapkan

"Tidak, memangnya tadi aku bertanya apa, kok tiba-tiba jawabannya tidak?" Ucap Prima saat sampai di depanku sambil tersenyum manis.

"Apa kamu tidak suka aku datang, apa kamu berharap yang datang itu William?" Tanya Prima padaku seakan tahu isi pikiranku.

"Iya, aku memang berharap Willy yang datang tapi ternyata bukan!" Jawabku agak ketus karena merasa sedikit kecewa

"Dia tidak mungkin datang malam-malam begini, lagi pula pekerjaan itu lebih penting daripada kamu" Ucapnya lagi sambil memberikan bunga mawar merah yang ia bawa

"Untukku?" Tanyaku saat bunga mawar itu tepat di depan mataku,

"Bukan, bunga ini untuk Mbak Sumi yang selalu membuatkan aku teh lemon saat datang kemari "

"Berikan saja sendiri jika ini untuk Sumi, sudah pulang sana aku lelah aku mau tidur" Ucapku sambil berbalik arah menghadap pintu masuk

"Tunggu, jangan marah padaku" Ucap Prima sambil meraih pergelangan tanganku dan kemudian memberikan bunga mawar itu

"Hatiku sudah cukup sakit dengan yang tadi, apa kamu akan menambah sakit lagi, dan apa kamu tahu aku harus tetap bertahan di antara goresan sakit itu demi kamu.

Seperti bom yang meledak di antara tabung gas menghancurkan semua yang ada di sekitarnya, kata-kata Prima membuat hatiku tidak menentu entah harus marah, menangis, atau bahkan berteriak. Sebenarnya aku juga merasakan hal sama saat itu tapi aku berusaha untuk menutupinya agar mereka semua tidak menaruh curiga terhadap sikapku

Aku berbalik arah menghadap Prima yang tak pernah aku duga sebelumnya. Dia menangis tepat di depan mataku sambil tersenyum manis. Entah apa arti dari sikapnya yang membuatku semakin merasa hancur. Aku seolah ikut merasakan apa yang sedang ia alami sekarang

Matanya menangis, tapi bibirnya tersenyum masih dengan menggenggam erat pergelangan tanganku

"ini untukmu, bukan untuk Mbak Sumi, terimalah" Ucap Prima sambil memberikan bunga itu dan aku pun menerimanya. Ada rasa haru tersendiri yang menyelimuti hatiku . Andai saja William bisa seromantis dan sepeduli ini padaku pasti aku akan sangat bahagia, tapi nyatanya tidak, Willy bukan laki-laki yang romantis seperti Prima. Dia laki-laki yang begitu dingin yang sangat terobsesi dengan namanya pekerjaan.

"Terima kasih, jangan pernah menangis di depanku, aku tidak suka laki-laki yang cengeng" Ucapku sambil menerima pemberian Prima dan Prima pun kemudian tersenyum

"Siapa yang kamu maksud cengeng?" Tanya Prima sambil terus menatapku

"Memangnya siapa lagi yang ada di sini? "

"Aku?"

"iyalah, siapa lagi!" Jawabku singkat

"Aku tidak cengeng, aku hanya lelah berdiri karena sang pemilik rumah tidak punya kursi untuk tamunya"

"Alasan, memangnya hubungannya apa lelah berdiri dan menangis?" Tanyaku pada Prima lagi

"Hubungannya rumit jika dijelaskan bisa sampai subuh, jadi lebih baik sekarang persilakan aku duduk dan buatkan aku teh lemon seperti Mbak Sumi!" Perintah Prima padaku

"Silakan duduk di sini Tuan Prima, dan maaf ya aku tidak akan membuatkanmu teh lemon seperti Mbak Sumi karena aku bukan Dia!" Jawabku lalu pergi dari hadapan Prima yang tertawa cekikikan mendengar jawabanku

"Dasar gadis aneh" Ucap Prima saat aku masuk ke dalam rumah

Selang beberapa menit kemudian aku telah berganti pakaian dan keluar menemui Prima yang masih setia menungguku di teras depan rumah, aku sengaja tidak menyuruhnya masuk karena ini sudah bukan waktunya lagi menerima tamu dan dengan sangat terpaksa aku menyuruhnya duduk di kursi teras yang biasanya di pakai para Sopir dan juga Satpam rumah.

"Ini teh lemonnya, tapi ini bukan buatan Mbak Sumi!" Kataku sambil meletakkan 'segelas teh lemon dingin kesukaan Prima

"Terima kasih, aku akan meminumnya apakah rasanya enak seperti buatan Mbak Sumi atau tidak" Ucap Prima sambil mengangkat gelas yang penuh dengan es batu dan teh lemon itu

Aku tidak menjawab kata-katanya, aku hanya meliriknya sekilas dan tetap terdiam

"Rasanya ... " Prima tidak meneruskan ucapannya lalu menoleh ke arahku

"Tidak enak ya, maaf aku bukan Mbak Sumi yang bisa membuat teh lemon enak untukmu" Ucapku sedikit lesu

"Siapa bilang tidak enak? aku tidak bilang begitu!" Prima meletakkan gelasnya kembali

"Lalu?" Tanyaku

"Lalu apa?" Jawab Prima bingung

"Lalu bagaimana rasanya teh lemon buatanku?"

"Enak!" Jawab Prima singkat

"Enak? hanya itu?" Tanyaku lagi

"Iya Enak, lalu aku harus menjawab apa?"

"Baiklah, anggap saja kamu menyukainya!" Jawabku agak ketus

"Memang aku menyukainya, lalu kenapa wajahmu seperti itu? apa kamu tidak percaya padaku?"

"Percaya, aku sangat percaya padamu!" Ucapku masih dengan wajah masam dan mengacuhkannya

"Baiklah, baiklah aku akan jujur padamu tentang teh lemon ini. Aku menyukainya bahkan sangat menyukainya dan rasanya enak, sangat enak karena dibuat oleh orang yang sangat spesial dengan cinta di setiap balok esnya, bukankah aku benar?" Ucap Prima meyakinkan ku dengan senjata gombalnya

"Iya-iya aku percaya, tidak perlu berkata semanis itu lama-lama aku kena diabetes karena gombalanmu" Ucap ku sambil tersenyum ke arah Prima

"Nah, tersenyum begitu kan lebih cantik daripada cemberut enggak jelas kayak tadi"

"Terima kasih" Ucapku masih dengan tersenyum

"Jangan lama-lama kalau senyum nanti gigimu bisa kering!" Ledek Prima

"Marah salah, senyum salah terus aku harus gimana?" Aku berpura-pura kesal dengan menyilangkan kedua tanganku di dada

"Kamu mau tahu kamu harus bagaimana?" Tanya Prima sambil menghadap ke arahku, sorot matanya yang tajam dan juga ucapannya yang lembut membuatku sejenak mengesampingkan Willy dan lebih suka memperhatikannya

"Iya!" Jawabku antusias

"Yang harus kamu lakukan cuma satu, tetaplah menjadi dirimu yang ceria dan sabar karena aku yakin kamu pasti bisa melewati semuanya!"

"Maksudnya apa sih? kita tadi ngomong apa coba? kok jawabannya apa?" Tanya ku agak bingung

"Enggak tahu!" Jawab Prima seenaknya

,

,

,

,

,

,

,

,

,

,

**stay di cerita author ya para reader semua, jangan lupa untuk vote like dan komen nya

matur nuwun 🤩🤩🤩🤩

alfarahmawati**

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11 Visual Mawar
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 51
53 Episode 52
54 Episode 53
55 Episode 54
56 Episode 55
57 Episode 56
58 Episode 57
59 Episode 58
60 Episode 59
61 Episode 60
62 Episode 61
63 Episode 62
64 Episode 63
65 Episode 64
66 Episode 65
67 Episode 66
68 Episode 67
69 Episode 68
70 Episode 69
71 Episode 70
72 Episode 71
73 Episode 72
74 Episode 73
75 Episode 74
76 Episode 75
77 Episode 76
78 Episode 77
79 Episode 78
80 Episode 79
81 Episode 80
82 Episode 81
83 Episode 82. Aku cemburu
84 Episode 83. Stop Alexa
85 Episode 84. To-tolong
86 Episode 85. Masih calon, Mas. Ingat itu!
87 Episode 85. Masih calon, Mas. Ingat itu!
88 Episode 86. Aku tidak akan ingkar janji
89 Episode 87. Kerja bagus, Albert
90 Episode 88. Mas, jangan ngelamun
91 Episode 89. Aku sehat Will
92 Episode 90. Memulai interogasi
93 Episode 91. Mulai menginterogasi lagi
94 Episode 92. Menikahlah denganku
95 Episode 93. Aku akan menunggumu
96 Episode 93. Aku akan menunggumu
97 Episode 94. Aku mencintaimu
98 Episode 95. Beri aku waktu, Will
99 Episode 96. Maafkan Papa, Lexa
100 Episode 97. Mohon bersabar
101 Episode 98. Cuma senyum, Boy
102 Episode 99. Apa kamu masih punya waktu
103 Episode 100. Aku ikut Ayah saja
104 Episode 101. Fakta Bu Mariyam
105 Episode 102. Fakta Bu Mariyam 2
106 Episode 102. Fakta Bu Mariyam 2
107 Episode 103. Pohon Lemon
108 Episode 104. Agnes, jawab aku
109 Episode 105. Sampai waktu lelah dan menyerah
110 Episode 106. Oma berangkat, ya
111 Episode 107. Andreas
112 Episode 108. Apa aku harus kembali padanya?
113 Episode 109. Pernikahan Mbak Sumi dan Prima
114 Episode 110. Cemburu
115 Episode 111. Hidup ini kejam, Nes
116 Episode 112. Terima kasih, aku tidak tertarik
117 Episode 113. Apakah hari ini aku ulang tahun
118 Episode 113. Apakah hari ini aku ulang tahun
119 Episode 114. Pertunangan William
120 Episode 115. Sandiwara William
121 Episode 116. Sandiwara William 2
122 Episode 117. Rencana William
123 Episode 118. Pengakuan William
124 Episode 119. Gombal
125 Episode 120. Kita belum resmi, Mas
126 Episode 121. Peluk lagi
127 Episode 122. See you next time
128 Episode 123. Terima kasih, Sam
129 Episode 124. Pilih yang kamu suka
130 Episode 125. Tidak perlu malu, sayang
131 Episode 126. fitting baju
132 Episode 127. Bertemu Mama
133 Episode 128. Kedatangan orang tua Alexa
134 Episode 129. Aku takut
135 Episode 129. Aku takut
136 Episode 130. Laki-laki hebat
137 Episode 131. Sabar Mas
138 Episode 132. Suami takut istri
139 Episode 133. Pengajian dan doa restu
140 Episode 134. Menjelang ijab qabul
141 Episode 134. Menjelang ijab qabul
142 Episode 135. SAH
143 Episode 136. Rumah baru
144 Episode 137. Rumah Oma
145 Episode 138. Kembali seperti semula
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11 Visual Mawar
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 51
53
Episode 52
54
Episode 53
55
Episode 54
56
Episode 55
57
Episode 56
58
Episode 57
59
Episode 58
60
Episode 59
61
Episode 60
62
Episode 61
63
Episode 62
64
Episode 63
65
Episode 64
66
Episode 65
67
Episode 66
68
Episode 67
69
Episode 68
70
Episode 69
71
Episode 70
72
Episode 71
73
Episode 72
74
Episode 73
75
Episode 74
76
Episode 75
77
Episode 76
78
Episode 77
79
Episode 78
80
Episode 79
81
Episode 80
82
Episode 81
83
Episode 82. Aku cemburu
84
Episode 83. Stop Alexa
85
Episode 84. To-tolong
86
Episode 85. Masih calon, Mas. Ingat itu!
87
Episode 85. Masih calon, Mas. Ingat itu!
88
Episode 86. Aku tidak akan ingkar janji
89
Episode 87. Kerja bagus, Albert
90
Episode 88. Mas, jangan ngelamun
91
Episode 89. Aku sehat Will
92
Episode 90. Memulai interogasi
93
Episode 91. Mulai menginterogasi lagi
94
Episode 92. Menikahlah denganku
95
Episode 93. Aku akan menunggumu
96
Episode 93. Aku akan menunggumu
97
Episode 94. Aku mencintaimu
98
Episode 95. Beri aku waktu, Will
99
Episode 96. Maafkan Papa, Lexa
100
Episode 97. Mohon bersabar
101
Episode 98. Cuma senyum, Boy
102
Episode 99. Apa kamu masih punya waktu
103
Episode 100. Aku ikut Ayah saja
104
Episode 101. Fakta Bu Mariyam
105
Episode 102. Fakta Bu Mariyam 2
106
Episode 102. Fakta Bu Mariyam 2
107
Episode 103. Pohon Lemon
108
Episode 104. Agnes, jawab aku
109
Episode 105. Sampai waktu lelah dan menyerah
110
Episode 106. Oma berangkat, ya
111
Episode 107. Andreas
112
Episode 108. Apa aku harus kembali padanya?
113
Episode 109. Pernikahan Mbak Sumi dan Prima
114
Episode 110. Cemburu
115
Episode 111. Hidup ini kejam, Nes
116
Episode 112. Terima kasih, aku tidak tertarik
117
Episode 113. Apakah hari ini aku ulang tahun
118
Episode 113. Apakah hari ini aku ulang tahun
119
Episode 114. Pertunangan William
120
Episode 115. Sandiwara William
121
Episode 116. Sandiwara William 2
122
Episode 117. Rencana William
123
Episode 118. Pengakuan William
124
Episode 119. Gombal
125
Episode 120. Kita belum resmi, Mas
126
Episode 121. Peluk lagi
127
Episode 122. See you next time
128
Episode 123. Terima kasih, Sam
129
Episode 124. Pilih yang kamu suka
130
Episode 125. Tidak perlu malu, sayang
131
Episode 126. fitting baju
132
Episode 127. Bertemu Mama
133
Episode 128. Kedatangan orang tua Alexa
134
Episode 129. Aku takut
135
Episode 129. Aku takut
136
Episode 130. Laki-laki hebat
137
Episode 131. Sabar Mas
138
Episode 132. Suami takut istri
139
Episode 133. Pengajian dan doa restu
140
Episode 134. Menjelang ijab qabul
141
Episode 134. Menjelang ijab qabul
142
Episode 135. SAH
143
Episode 136. Rumah baru
144
Episode 137. Rumah Oma
145
Episode 138. Kembali seperti semula

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!