Acara malam hari ini telah berakhir semua tamu undangan telah kembali ke rumah masing-masing begitu juga dengan Willy dan keluarganya. Menyisakan keluargaku dan juga beberapa ART yang masih sibuk membereskan sisa-sisa acara malam ini.
"Ma, aku ke kamar dulua ya, aku lelah sekali aku ingin istirahat," pamitku kepada Mamaku yang masih sibuk bersama beberapa ART
"Iya, sayang. Istirahatlah, Mama masih ingin merapikan semua ini" jawabnya sambil terus membersihkan ruangan bersama dengan para ART
Aku segera menaiki tangga dan berjalan menuju ke kamarku sambil memegang bunga mawar yang selalu membuatku penasaran.
Aku sudah sampai di kamarku, kamar yang cukup luas dengan ornamen bunga mawar merah kesukaanku. Semua benda yang berada di kamarku mayoritas berwarna merah dan bergambar mawar. Aku kemudian segera membuka kertas yang terselip di antara kelopak-kelopak mawar itu.
" Untukmu pemilik hati yang selalu aku nanti, entah sampai kapan rasa ini akan aku jaga aku tak pernah bisa mengerti walaupun sampai saat ini engkau tak mampu aku miliki, tapi satu hal yang pasti bahwa hati ini tidak akan pernah terbagi. Hubungi aku jika kamu menemukan surat ini, nomorku masih sama"
Hatiku semakin sakit membaca tulisan itu, sakit sekali rasanya, tak terasa air mata yang sedari tadi aku tahan kini telah keluar dengan sendirinya membasahi pipiku yang masih terbalut riasan. Aku sendiri juga tidak tahu, kenapa aku harus menangis di saat malam pertunanganku hanya karena sebuah surat dari orang yang tidak memiliki hubungan apa-apa denganku.
Setelah puas dengan tangisanku aku kemudian menghubungi sebuah nomor dengan nama 'Tanaman' di ponselku,
"Assalamu'alaikum" ucapku saat panggilan itu terhubung. Aku menyandarkan tubuhku di atas ranjangku sambil memeluk bunga itu.
"Wa'alaikumussalam, dengan toko bunga Prima, ada yang bisa dibantu?" jawabnya sambil tertawa
"Enggak lucu" ucapku ketus
"Nona cantik jangan marah ya, tunggu sebentar aku akan mengalihkan ke panggilan ini ke panggilan video." Dan benar saja panggilan ini yang semula hanya panggilan suara kini telah beralih ke video menampakkan wajah tampan Prima yang rambutnya masih basah. Kemudian Prima duduk di sebuah kursi yang menghadap langsung ke jendela
"Kamu sudah membacanya?"
"Sudah, kenapa kamu melakukannya, jika Willy tahu kelakuanmu pasti kamu sudah habis malam ini."
"Biarkan saja aku tidak takut,"
"Yakin?"
"Iya yakin, bukankah jika kita mencintai seseorang kita harus berani berkorban?"
"Kamu gila ya? "
"Aku gila karena kamu, karena dirimu yang datang di saat yang salah,"
"Maksudnya? "
"Cari tahu saja sendiri."
"Baiklah aku akan cari tahu semuanya sendiri!"
"Agnes, apa kamu tahu bagaimana keadaanku hari ini?"
"Tahu, sangat tahu bahkan"
"Yang kamu tahu hanya luarnya saja tapi tidak tahu bagaimana hatiku, hatiku sakit Nes lebih sakit daripada gagal menang lotre" Prima tersenyum manis menatapku yang sedikit ogah-ogahan
"Menang lotre?"
"Iya menang lotre, karena ketika kita gagal mendapatkan hadiah impian maka secara otomatis kita pasti akan merasakan kecewa," Prima kemudian tersenyum
"Dasar aneh, ngomong langsung kalau kecewa enggak perlu berbelit-belit, pakai acara gagal menang lotre segala,"
"Ya memang seperti itu keadaannya mau bagaimana lagi,"
"Ya, ya, ya, ya, ya terserah Anda Tuan Prima Steffano yang terhormat." ucapku sambil tertawa bersama dengan Prima
Ya begitulah diriku adanya entah mengapa saat berbincang dengan Prima aku merasakan semua beban di hidupku menghilang, meskipun aku menyadari di dalam hati yang paling dalam ada rasa lebih dari sekedar bercerita dan tertawa
Hal ini tidak hanya dirasakan olehku melainkan juga dirasakan oleh Prima dan entah kenapa kita malah membiarkan saja semua rasa itu, rasa yang tidak seharusnya kami rasakan.
Jika aku sudah mengobrol dengan Prima maka secara otomatis aku akan lupa dengan waktu jika saja baterai ponselku tidak habis kemungkinan besar bisa sampai subuh aku bercanda dengannya, tapi karena baterai smartphoneku habis rela tidak rela aku harus mengakhiri panggilanku.
Di tempat yang berbeda
"Semua persiapan sudah maksimal Tuan, apa ada yang ingin Anda tambahkan?" ucap laki-laki setengah baya tersebut yang kini berada di sebuah tempat yang sudah sangat tertata rapi
" Sepertinya tidak, bagaimana dengan undangannya?" tanya Willy
"Undangan sudah tersebar, Tuan. Semua sudah sesuai dengan yang Anda inginkan,"
"Baguslah, apa ada yang ingin kau sampaikan lagi? "
"Tidak, Tuan. Saya kira sudah cukup."
"Baiklah, jika seperti itu saya harus pergi dulu, jangan lupa kunci semua pintunya,"
"Baik, Tuan."
Willy pun meninggalkan laki-laki tua tersebut dan segera melaju ke sebuah tempat.
Pagi ini aku telah bersiap, aku telah berdandan secantik mungkin karena hari ini aku akan menghadiri acara pembukaan restoran Willy, yang sekali lagi membuka anak cabang di kota ini.
Kali ini aku dibiarkan pergi sendiri oleh Ayahku dia sudah tidak terlalu khawatir jika aku harus mengendarai mobilku sendiri. Ada kebahagiaan tersendiri ketika aku tidak lagi diantar sopir ke mana pun aku pergi aku bisa pergi ke tempat yang aku inginkan tanpa aku harus mendengar kata-kata 'jangan Nona' yang membuatku sedikit jengkel.
Aku tahu sebenarnya maksud dari kata-kata itu adalah demi kebaikanku, tapi bagiku yang sudah berusia 20 tahun kata-kata itu sangat memalukan dan juga mengganggu, bagaimana tidak saat aku ingin pergi ke suatu tempat bersama teman-temanku aku sering mendengar kata-kata itu, dan secara otomatis semua teman-temanku mengolok-olokku habis-habisan dan mengejekku sebagai anak TK.
Memang sangat menyebalkan bukan coba saja kalian bayangkan bagaimana saat hal ini terjadi pada kalian pasti akan sangat membosankan.
Aku telah mengendarai mobilku ke tempat di mana acara tersebut berlangsung dengan hati yang berbunga dan senyum yang terus terpancar di wajahku.
Ketika sampai di tempat tujuan, aku segera memarkirkan mobilku dan langsung masuk ke dalam tempat acara.
Di dalam tempat tersebut sudah banyak sekali tamu yang hadir mulai dari keluarga Willy dan juga semua koleganya, yang tampak berdandan cantik dan juga berpenampilan modis. Saat ini hanya aku yang datang sendiri karena kedua orang tuaku baru saja terbang ke luar kota tadi malam karena ada sesuatu yang mendadak.
Aku berjalan di antara kerumunan orang yang saling mengobrol. Aku hampir tidak mengenal mereka semua tapi mereka semua mengenaliku karena bisa dipastikan mereka semua hadir di acara pertunanganku tempo hari. Aku mencoba mencari tahu di mana sang pemilik acara berada sampai saat aku mendengar sebuah suara memanggilku
"Nona Agnes" sapa laki-laki berbaju kotak-kotak itu, aku tidak langsung menoleh karena aku tahu siapa yang telah memanggilku, suara itu, suara yang khas yang hanya dimiliki oleh satu orang saja.
Laki-laki itu menghampiriku sambil menggulung baju panjangnya ke arah siku. Sungguh pemandangan yang sangat luar biasa, laki-laki itu tersenyum sambil terus berjalan ke arahku
"Loh kamu juga di undang?" tanyaku padanya
" Ya iyalah aku di undang, apa kamu lupa jika sebelah restoran ini adalah tokoku?"
"Ah iya aku lupa" kataku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal
"Dasar, kamu itu masih muda kok sudah pikun?" Laki-laki itu mulai mengejekku
"Apa kamu bilang? pikun? enak saja aku hanya tidak menyadarinya bukan pikun!" Aku agak kesal dengan kata-katanya
"Halah itu sama saja, pikun dan tidak menyadari itu masih saudara" ucap laki-laki itu dan berhasil membuatku tertawa
"Sudah, sudah jangan diteruskan nanti kamu semakin aneh-aneh ngomongnya, aku cari Willy dulu ya" ucapku meninggalkan laki-laki itu di tengah kerumunan.
"Willy, kamu memang sangat beruntung Will, bisa mendapatkan cinta dari seorang wanita seperti Agnes, jika saja posisimu ada padaku pasti aku akan sangat-sangat bahagia tapi nyatanya tidak Will, karena aku hanya bisa mencintai seseorang yang sudah dimiliki orang lain" Kata laki-laki itu
HAY SEMUANYA AUTHOR UP LAGI NIH JANGAN LUPA LIKE DAN VOTE YAH
MATUR NUWUN
ALFARAHMAWATI
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments