Episode 16

Malam ini masih sama seperti malam-malam yang kemarin, hanya ada aku dan Mbak Sumi yang ada di dalam rumah ini.

Kedua orang tuaku masih sibuk dengan urusan mereka, bahkan saking sibuknya sampai saat ini mereka tidak mengabariku sama sekali.

Aku merasa seperti menjadi yatim piatu yang selalu merindukan kasih sayang orang tua. Memang, semua yang aku inginkan pasti terkabul tapi tidak dengan kasih sayang dari kedua orang tuaku.

Sulit memang menjalani hidup seperti ini, tapi apa daya bagiku ini semua sudah mendarah daging dan menjadi hal mutlak dan tidak bisa diubah.

Aku kini duduk di teras rumah, ditemani oleh semilirnya angin yang selalu membuatku merinding karena diiringi oleh hujan rintik-rintik

Sembari menatap layar ponselku, melihat semua notifikasi dari media sosial milikku, aku terus saja terfokus ke sana membaca semua komentar dari para komentator yang aku pikir mereka itu sok tahu tentang hidupku.

Mereka mengomentari semua yang ada pada foto-foto yang kali ini aku kirim. Beberapa fotoku saat bersama dengan Willy beberapa waktu yang lalu, mereka semua berkata jika mereka sangat iri dengan kehidupan yang aku jalani.

Mereka iri dengan kekayaan, kecantikan dan juga kehidupan pribadiku.

Itu semua membuatku sangat muak, mereka tidak tahu betapa kesepiannya diriku, betapa rapuhnya diriku dan betapa tidak berharganya diriku, mereka melihat semua itu hanya dari luarnya saja tapi tidak di dalamnya.

Apa mereka berpikir jika dengan harta kita semua akan bahagia? tidak, itu salah besar. Harta bukan satu satunya alat untuk meraih kebahagiaan. Karena bahagia yang sesungguhnya adalah bagaimana caranya kamu bersyukur dengan apa yang kamu miliki saat ini dan itu tidak melulu berpacu pada harta saja.

Ya memang, banyak harta bisa membuatmu membeli segalanya tapi tidak dengan kebahagiaan.

Atau mungkin karena kecantikanku? itu juga tidak, cantik yang sebenarnya bukan tentang paras dan juga wajah. Cantik itu relatif tergantung bagaimana cara kita memandang kecantikan itu sendiri. Apakah cantik dari hati atau cantik dari apa pun.

Jika saja dengan cantik semua orang bisa bahagia, pasti aku akan menjadi salah satu yang merasa bahagia. Tapi nyatanya tidak, aku masih merasa sama seperti hari-hari kemarin, diabaikan dan juga di nomor dua kan.

Dan terlebih lagi tentang kehidupan pribadiku yang mereka semua pikir aku adalah orang paling beruntung dan juga paling mujur. Itu juga tidak, meskipun kini aku memiliki seorang kekasih atau lebih tepatnya calon suami yang kaya, tampan dan juga berkecukupan, tapi itu semua tidak bisa aku banggakan karena aku hanya nomor sekian setelah pekerjaan dan juga kliennya.

Apa kalian masih bisa menganggap aku orang yang paling bahagia dan juga beruntung setelah tahu itu semua?

Aku yakin pasti kalian semua akan menganggapku sebagai orang yang munafik dan tidak pernah bersyukur, tapi itu semua terserah kalian, kembali pada pemikiran kalian dan juga persepsi kalian masing-masing.

Andai saja aku bisa menjelaskan semua itu pada kalian tentunya kalian juga akan paham. Tapi untuk apa? untuk apa aku harus lelah mengoceh di tempat umum? untuk mendapat simpati? atau pujian? tidak .... Aku hanya akan mendapat cacian yang mengerikan karena itu semua.

Aku lebih baik menyimpan semuanya sendiri, sampai waktu akan menjelaskan bagaimana dan kemana aku akan di arahkan.

"Berkediplah, nanti bola matamu keluar!" Suara seorang laki-laki mengejutkanku dan membuatku menghentikan aktivitasku. Aku kemudian beralih menatapnya yang masih tersenyum manis seperti biasanya.

"Ka-kamu sejak kapan ada di sini?" Tanyaku sedikit gagap karena tidak menyadari kehadirannya

"Sejak zaman purbakala!" Jawabnya sembari duduk di sebuah kursi yang berada di sampingku

"Begitu ya" Kataku sambil berdiri dan ikut duduk di sebuah kursi yang letaknya tidak begitu jauh.

"Apa sih yang kamu lihat? serius amat? orang amat enggak serius?" Dia mencoba berkelakar dengan kata-kata konyolnya dan itu berhasil membuatku tertawa meski aku menyembunyikannya

"Apa sih enggak lucu tahu!" Jawabku sambil mengerucutkan bibirku padahal sebenarnya aku ingin tertawa

"Bodo amat!" Katanya singkat

"Memang, amat enggak bodo!" Jawabku dengan singkat juga

"Enggak lucu!""

"Bodo, " Lanjutku sambil menjulurkan lidah

"Jalan yuk" Ajak Prima tiba-tiba

"Ayo!" Ucapku antusias, tanpa berpikir panjang aku pun menyanggupi permintaannya

"Izin dulu sana sama calon suami!" Perintahnya

"Ogah!" Kataku kemudian melangkah masuk ke dalam rumah untuk berganti pakaian

"Makin hari makin aneh ya, benar-benar pasangan langka" Ucapnya saat aku sudah tidak ada di sana

Beberapa menit kemudian aku sudah berganti pakaian, kali ini aku benar-benar akan pergi dengan Prima tanpa minta izin dulu pada Willy. Entah apa yang aku pikirkan sekarang, aku sendiri juga tidak mengerti.

Tapi satu hal yang pasti , malam ini aku ingin melupakan Willy sejenak karena kekecewaan yang tadi pagi aku alami.

"Yuk berangkat!" Aku kini sudah bersiap di depan Prima dengan mengenakan celana bahan dan kaos oblong yang aku rangkap dengan sebuah jaket.

"Sudah izin belum? "

"Sudah kok," Kataku berbohong agar Prima tidak lagi bawel dan terus bertanya.

"Ok, kita berangkat."

Kami pun segera berangkat untuk pergi ke sebuah tempat, yang aku pun tidak tahu di mana tempat itu berada.

Sepanjang perjalanan aku merasa ada yang aneh dengan Prima. Tidak biasanya dia terdiam dan terlihat gugup.

Biasanya dia akan bercanda dengan kata-kata konyolnya dan tentu saja itu semua membuatku terhibur dan melupakan masalahku sejenak.

Aku pun tidak berani bertanya karena tidak mau mengganggu konsentrasinya dalam mengendarai motornya.

Setelah hampir sepuluh menit kami berjalan, akhirnya kami tiba di sebuah tempat yang aneh menurutku. Karena yang aku tahu Prima tidak pernah menyukai tempat yang saat ini kami datangi.

Kami tiba di sebuah kafe yang lumayan sepi, ya walaupun enggak sepi-sepi amat sih, tapi di dalam kafe itu hanya ada beberapa orang yang saling duduk berdampingan dan di hibur oleh alunan musik klasik yang menurutku bukan musik kesukaan Prima.

Ada banyak pertanyaan yang terus berputar di otakku, tapi aku takut untuk menanyakannya pada Prima. Karena sedari tadi ia sama sekali tidak mengajakku berbicara.

Aku hanya mengekor di belakang tubuhnya, kemana pun ia melangkah aku pun juga mengikutinya. Sampai kami tiba di sebuah meja yang sudah penuh dengan makanan kesukaanku.

Aku pun duduk di sana, kemudian kutatap Prima sejenak dan dia pun membalas tatapanku dengan raut wajah yang tak bisa aku tebak.

"Maaf ya," Ucapnya tiba-tiba

"Maaf untuk apa? kamu tidak berbuat salah kok!" Jawabku sedikit bingung

"Iya aku tahu, tunggulah di sini aku mau ke kamar kecil sebentar." Kemudian ia meninggalkanku sendiri duduk di meja itu

Setelah hampir lima menit aku menunggu, Prima tak kunjung datang menemuiku.

Aku sedikit panik karena saat ini aku tidak membawa ponsel dan tidak bisa menghubunginya. Aku berinisiatif untuk menyusul Prima ke kamar mandi, sampai pada akhirnya tanganku di tarik oleh seseorang dari belakang.

"Jangan pergi!" Kata orang itu mengejutkanku.

Aku pun sontak menoleh ke arah sumber suara dan hal yang tak pernah aku duga kini tengah terjadi di depan mataku.

"Kamu!" Kataku mencoba melepaskan genggaman tangannya, tapi aku tidak berhasil karena aku kalah kuat dengan dia.

"Duduklah, kita harus bicara!" Perintahnya kemudian aku pun menurut.

.

.

.

.

.

.

Jangan lupa vote like dan juga komen

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11 Visual Mawar
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 51
53 Episode 52
54 Episode 53
55 Episode 54
56 Episode 55
57 Episode 56
58 Episode 57
59 Episode 58
60 Episode 59
61 Episode 60
62 Episode 61
63 Episode 62
64 Episode 63
65 Episode 64
66 Episode 65
67 Episode 66
68 Episode 67
69 Episode 68
70 Episode 69
71 Episode 70
72 Episode 71
73 Episode 72
74 Episode 73
75 Episode 74
76 Episode 75
77 Episode 76
78 Episode 77
79 Episode 78
80 Episode 79
81 Episode 80
82 Episode 81
83 Episode 82. Aku cemburu
84 Episode 83. Stop Alexa
85 Episode 84. To-tolong
86 Episode 85. Masih calon, Mas. Ingat itu!
87 Episode 85. Masih calon, Mas. Ingat itu!
88 Episode 86. Aku tidak akan ingkar janji
89 Episode 87. Kerja bagus, Albert
90 Episode 88. Mas, jangan ngelamun
91 Episode 89. Aku sehat Will
92 Episode 90. Memulai interogasi
93 Episode 91. Mulai menginterogasi lagi
94 Episode 92. Menikahlah denganku
95 Episode 93. Aku akan menunggumu
96 Episode 93. Aku akan menunggumu
97 Episode 94. Aku mencintaimu
98 Episode 95. Beri aku waktu, Will
99 Episode 96. Maafkan Papa, Lexa
100 Episode 97. Mohon bersabar
101 Episode 98. Cuma senyum, Boy
102 Episode 99. Apa kamu masih punya waktu
103 Episode 100. Aku ikut Ayah saja
104 Episode 101. Fakta Bu Mariyam
105 Episode 102. Fakta Bu Mariyam 2
106 Episode 102. Fakta Bu Mariyam 2
107 Episode 103. Pohon Lemon
108 Episode 104. Agnes, jawab aku
109 Episode 105. Sampai waktu lelah dan menyerah
110 Episode 106. Oma berangkat, ya
111 Episode 107. Andreas
112 Episode 108. Apa aku harus kembali padanya?
113 Episode 109. Pernikahan Mbak Sumi dan Prima
114 Episode 110. Cemburu
115 Episode 111. Hidup ini kejam, Nes
116 Episode 112. Terima kasih, aku tidak tertarik
117 Episode 113. Apakah hari ini aku ulang tahun
118 Episode 113. Apakah hari ini aku ulang tahun
119 Episode 114. Pertunangan William
120 Episode 115. Sandiwara William
121 Episode 116. Sandiwara William 2
122 Episode 117. Rencana William
123 Episode 118. Pengakuan William
124 Episode 119. Gombal
125 Episode 120. Kita belum resmi, Mas
126 Episode 121. Peluk lagi
127 Episode 122. See you next time
128 Episode 123. Terima kasih, Sam
129 Episode 124. Pilih yang kamu suka
130 Episode 125. Tidak perlu malu, sayang
131 Episode 126. fitting baju
132 Episode 127. Bertemu Mama
133 Episode 128. Kedatangan orang tua Alexa
134 Episode 129. Aku takut
135 Episode 129. Aku takut
136 Episode 130. Laki-laki hebat
137 Episode 131. Sabar Mas
138 Episode 132. Suami takut istri
139 Episode 133. Pengajian dan doa restu
140 Episode 134. Menjelang ijab qabul
141 Episode 134. Menjelang ijab qabul
142 Episode 135. SAH
143 Episode 136. Rumah baru
144 Episode 137. Rumah Oma
145 Episode 138. Kembali seperti semula
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11 Visual Mawar
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 51
53
Episode 52
54
Episode 53
55
Episode 54
56
Episode 55
57
Episode 56
58
Episode 57
59
Episode 58
60
Episode 59
61
Episode 60
62
Episode 61
63
Episode 62
64
Episode 63
65
Episode 64
66
Episode 65
67
Episode 66
68
Episode 67
69
Episode 68
70
Episode 69
71
Episode 70
72
Episode 71
73
Episode 72
74
Episode 73
75
Episode 74
76
Episode 75
77
Episode 76
78
Episode 77
79
Episode 78
80
Episode 79
81
Episode 80
82
Episode 81
83
Episode 82. Aku cemburu
84
Episode 83. Stop Alexa
85
Episode 84. To-tolong
86
Episode 85. Masih calon, Mas. Ingat itu!
87
Episode 85. Masih calon, Mas. Ingat itu!
88
Episode 86. Aku tidak akan ingkar janji
89
Episode 87. Kerja bagus, Albert
90
Episode 88. Mas, jangan ngelamun
91
Episode 89. Aku sehat Will
92
Episode 90. Memulai interogasi
93
Episode 91. Mulai menginterogasi lagi
94
Episode 92. Menikahlah denganku
95
Episode 93. Aku akan menunggumu
96
Episode 93. Aku akan menunggumu
97
Episode 94. Aku mencintaimu
98
Episode 95. Beri aku waktu, Will
99
Episode 96. Maafkan Papa, Lexa
100
Episode 97. Mohon bersabar
101
Episode 98. Cuma senyum, Boy
102
Episode 99. Apa kamu masih punya waktu
103
Episode 100. Aku ikut Ayah saja
104
Episode 101. Fakta Bu Mariyam
105
Episode 102. Fakta Bu Mariyam 2
106
Episode 102. Fakta Bu Mariyam 2
107
Episode 103. Pohon Lemon
108
Episode 104. Agnes, jawab aku
109
Episode 105. Sampai waktu lelah dan menyerah
110
Episode 106. Oma berangkat, ya
111
Episode 107. Andreas
112
Episode 108. Apa aku harus kembali padanya?
113
Episode 109. Pernikahan Mbak Sumi dan Prima
114
Episode 110. Cemburu
115
Episode 111. Hidup ini kejam, Nes
116
Episode 112. Terima kasih, aku tidak tertarik
117
Episode 113. Apakah hari ini aku ulang tahun
118
Episode 113. Apakah hari ini aku ulang tahun
119
Episode 114. Pertunangan William
120
Episode 115. Sandiwara William
121
Episode 116. Sandiwara William 2
122
Episode 117. Rencana William
123
Episode 118. Pengakuan William
124
Episode 119. Gombal
125
Episode 120. Kita belum resmi, Mas
126
Episode 121. Peluk lagi
127
Episode 122. See you next time
128
Episode 123. Terima kasih, Sam
129
Episode 124. Pilih yang kamu suka
130
Episode 125. Tidak perlu malu, sayang
131
Episode 126. fitting baju
132
Episode 127. Bertemu Mama
133
Episode 128. Kedatangan orang tua Alexa
134
Episode 129. Aku takut
135
Episode 129. Aku takut
136
Episode 130. Laki-laki hebat
137
Episode 131. Sabar Mas
138
Episode 132. Suami takut istri
139
Episode 133. Pengajian dan doa restu
140
Episode 134. Menjelang ijab qabul
141
Episode 134. Menjelang ijab qabul
142
Episode 135. SAH
143
Episode 136. Rumah baru
144
Episode 137. Rumah Oma
145
Episode 138. Kembali seperti semula

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!