Namaku Agnes Kuncoro, umurku 20 tahun dan aku berasal dari keluarga yang cukup berada. Bisnis keluargaku berkembang pesat di berbagai tempat entah itu dalam ataupun luar negeri. Aku memiliki keluarga yang harmonis, Ayah dan Mamaku terlihat begitu rukun dan juga menyayangiku.
Ayahku bernama Kuncoro dan Mamaku bernama Arini. Mereka menikah sudah lebih dari dua puluh lima tahun tapi mereka baru memiliki anak ketika usia pernikahan mereka berumur lima tahun. Dan karena hal itulah mereka berdua kemudian menjadikan aku sebagai anak emas dan menuruti demi hal yang aku inginkan. Aku memang mendapatkan semua hal yang aku inginkan tapi tidak dengan kasih sayang mereka. Mereka berdua sibuk dengan pekerjaan meraka sehingga sering mengabaikanku.
Hari ini aku akan bertunangan dengan seorang laki-laki yang diidam-idamkan oleh banyak wanita di luar sana, yaitu William Adiputra.
William Adiputra adalah anak kedua dari pengusaha sukses Adiputra, yang kini usianya menginjak 23 tahun . Kekuasaan dan ketampanannya menjadikan William banyak digandrungi dan juga menjadi incaran setiap wanita. William kini telah menjadi pewaris perusahaan Adiputra yang bergerak di bidang kuliner.
Hampir seluruh produk makanan dan minuman yang ada di negara ini adalah produk dari perusahaannya. Aku sudah lama menyukainya dan entah itu takdir atau keberuntungan akhirnya aku bisa bertunangan dengannya, ya walaupun kami hanya bertemu beberapa kali tapi aku sudah merasa yakin dengan dirinya. Sampai pada suatu ketika keyakinan itu goyah karena aku mengenal seorang laki-laki yang sifatnya berbanding terbalik dengan William. Laki-laki itu adalah Prima Stefano.
Prima Stefano, pemilik toko bunga Prima yang menjadi langganan William dan juga sekaligus sahabat baik Willy. Dia sosok laki-laki pekerja keras dan juga tangguh. Sikapnya yang konyol dan lebih suka hal-hal yang lucu dan itu membuatku merasakan sedikit getaran aneh ketika aku bersama dengannya. Dia memang tidak sesempurna William, meski dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi dan kulit yang tidak terlalu putih ia mampu membuatku merasakan menjadi diri sendiri.
Aku mulai memasuki rumahku yang telah dipenuhi banyak orang, mulai dari para ART, sopir serta beberapa saudara dari Ayah dan Mamaku. Rumah yang bergaya modern dengan pilar putih yang mendominasi hampir di setiap sudut serta berbagai tanaman dan bunga yang berjajar rapi di sisi kanan dan kiri halaman rumahku tak lupa pagar besi yang menjulang tinggi yang selalu dijaga oleh seorang Satpam yang sudah berpengalaman.
Baru beberapa langkah kakiku sudah tidak mampu aku gerakkan lagi dari kejauhan aku melihat seorang Pria mengenakan kaos warna putih dengan celana kain selutut yang tersenyum manis sambil terus mengawasi pegawainya yang masih sibuk mendekorasi ruang tamu.
Dia tersadar bahwa selama beberapa detik ini aku memperhatikannya, dia melambaikan tangan ke arahku sambil terus tersenyum membuat aku semakin ingin menangis.
"Prima," Aku mulai berani menyebut namanya
"Selamat sore, Nona Agnes" sapa Prima kepadaku sambil mengulurkan tangan kekarnya, "Selamat atas pertunangan Nona dengan Tuan William."
Aku pun memberanikan diri menjabat tangan tersebut ada rasa gemetar di tubuh dan hatiku membuat aku sedikit berkeringat dan sedikit gugup.
"Terima kasih." Aku tidak ingin berlama-lama di dekatnya aku pun segera berpamitan untuk pergi ke kamarku dan Prima pun mengangguk sambil tersenyum.
Ya Tuhan senyum itu, kenapa lagi dan lagi aku ingin menangis setiap melihatnya tersenyum.
"Sakit, Nes. Sangat sakit rasanya" ucap Prima saat aku melangkah menaiki tangga menuju kamarku
Malam pun telah menjelang semua tamu undangan sudah mulai berdatangan begitu juga dengan rombongan dari keluarga William dan para kerabatnya, walaupun ini hanya sebuah acara pertunangan tetapi kedua orang tuaku turut mengundang saudara dan juga seluruh kliennya. Suasana di ruang tamu menjadi sangat riuh dan juga hangat, banyak dari mereka bernostalgia satu sama lain karena jarang bertemu.
"Selamat datang, Om, Tante" sapaku pada kedua orang tua Willy. Aku mencium punggung tangan mereka dan kemudian memeluk mereka bergantian
"Terima kasih, sayang. Malam ini kamu cantik sekali" puji Tante Rosa pada penampilanku sembari menggandeng lengan suaminya yang bernama Adiputra.
Adiputra adalah seorang pengusaha sukses yang sudah tidak diragukan lagi. Laki-laki paruh baya ini sudah menguasai hampir sembilan puluh lima persen perusahaan yang bergerak di bidang kuliner. Meski rambutnya sudah berubah warna tapi laki-laki ini tetap terlihat gagah dan juga tampan, yah meski dia tidak terlalu memperhatikan penampilannya seperi sang istri Rosa Adiputra
Rosa Adiputra atau aku lebih senang memanggilnya Tante Rosa. Wanita bertubuh langsing dan berkulit putih ini memang sudah tidak bisa ditandingi dalam hal berpakaian. Dia adalah wanita yang selalu berpenampilan sempurna dan juga mengikuti tren. Meski usianya sudah memasuki kepala lima tapi ia masih terlihat awet muda dan juga modis.
Malam ini aku mengenakan sebuah gaun berwarna putih dengan lengan sedikit terbuka di sertai bordir di sekitar bahu dan pinggang, aku memadukan gaun yang aku kenakan dengan riasan natural, rambut panjangku sengaja aku gerai dan aku hanya memakai hiasan kecil berupa jepit berwarna senada di samping kiri telingaku.
Aku memakai anting kecil berbentuk rantai yang sedikit panjang serta sepatu berhak tinggi berwarna senada yang tingginya sekitar 5 cm.
"Ah, Tante. Bisa saja, bukankah Tante juga tidak kalah cantik denganku," Tante Rosa malam ini juga memakai sebuah gaun dengan warna coklat muda berlengan pendek serta dandanan yang sedikit tebal lengkap dengan lipstik merahnya menambah kesan anggun padanya.
"Kamu bisa saja, Nes. Tante dan Om ke sana dulu ya" ucap mereka berdua lalu meninggalkanku berdua dengan Willy
"Kenapa wajahmu sedikit pucat, sayang. Apa kamu sakit?" Willy menatapku sambil menggenggam erat kedua tanganku, "Tanganmu juga dingin"
"Aku baik-baik saja, aku hanya sedikit gugup" ucapku berkilah karena sejujurnya semenjak tadi aku bertemu dengan Prima aku merasa jika ada hal yang aneh pada diriku entah apa itu aku sendiri pun juga tidak memahaminya.
"Tenang, sayang. Semua pasti akan berjalan dengan sempurna, oh iya apa kamu suka dengan dekorasinya" Willy menunjukkan ke arah di mana dekorasi itu berada
"Aku menyukainya bahkan sangat menyukainya terima kasih karena kamu selalu mengerti keinginanku." Aku berusaha menguasai hati yang tak terarah mencoba menciptakan senyum sebahagia mungkin agar Willy tidak menaruh curiga tentang apa yang aku rasakan
"Sama-sama, sayang. Aku akan selalu berusaha memberikan semua keinginanmu, aku memang tidak salah memilih Prima Florist untuk mendekorasi acara kita malam ini karena calon istriku sangat menyukainya"
"Toko bunga Prima memang terbaik" sahutku sambil mengacungkan kedua ibu jariku
"Iya, memang terbaik apalagi pemiliknya" kata-kata itu secara otomatis masuk tepat di pikiranku, kenapa Willy mengatakan hal sepeti itu apa maksudnya.
"Pemiliknya, maksudmu? " Aku mencoba bertanya seolah-olah aku tidak tahu apapun
"Ya pemiliknya, pemiliknya itu masih sangat muda jadi dia pasti memahami keinginan pelanggannya, apalagi jika pelanggannya seperti kamu."
Aku memandangnya dengan tatapan tajam mencoba mencari tahu arti dari setiap ucapannya sampai akhirnya Willy pun tertawa
"Sudah-sudah tidak perlu menatapku seperti itu aku tidak bermaksud apa-apa, aku hanya ingin menggodamu,"
"Willy!" ucapku sambil memandangnya tajam dan menyipitkan mataku
Karena acara akan segera di mulai maka aku dan Willy berjalan dengan bergandengan tangan menuju ke sebuah tempat yang telah dipersiapkan.
Di sana sudah ada kedua orang tuaku yang malam ini memakai setelan batik yang membuat mereka tampak serasi dan juga orang tua Willy yang telah bersiap memulai acara.
Acara demi acara telah terlewati kini tiba saatnya untuk aku dan Willy saling memasangkan cincin.
Pemasangan cincin di mulai dari diriku yang harus memasangkan cincin di jari manis Willy dan begitu pula sebaliknya.
Mereka yang menyaksikan saling bertepuk tangan sembari melontarkan kata-kata pujian untuk kami berdua.
Willy yang sedari tadi duduk kini telah berdiri sambil memegang sebuah alat pengeras suara dan mulai berbicara
"Terima kasih untuk kalian semua yang telah berkenan hadir di acara pertunangan kami, menyaksikan sekaligus memberikan doa pada kami, saya juga ingin menyampaikan rasa terima kasih saya kepada sahabat sekaligus pemilik dari toko bunga Prima karena berkenan mendekorasi tempat acara saya pada malam hari ini, terima kasih, aku harap kamu akan menyusulku untuk segera menikah" Willy menunjuk ke salah seorang laki-laki yang berpenampilan sangat menawan malam ini.
Willy mengakhiri pidatonya kemudian tanpa disangka-sangka seorang pria berkacamata, memakai jas dan bercelana hitam datang menghampiri kami sambil membawa satu ikat bunga mawar merah sambil tersenyum bahagia
Sesampainya di depan Willy pria itu membuka kacamatanya sambil melirik ke arahku kemudian berganti ke arah Willy dan menyerahkan bunga tersebut.
"Selamat atas pertunangan Anda, Tuan Willy dan Nona Agnes, semoga saya cepat menyusul" laki-laki itu adalah Prima, pria yang telah membingungkan perasaanku semenjak tadi siang entah dari mana datangnya, pria itu kembali tersenyum ke arahku sambil menjabat tanganku.
Tangan kekar itu, tangan hangat itu, yang telah mendekorasi dan membuat banyak rangkaian bunga yang malam ini aku pakai, malam yang seharusnya menjadi malam terindah dan malam paling bahagia dalam hidupku justru menjadi malam yang membuat jantungku terasa akan meledak karena hadirnya dua laki-laki yang membuatku merasa nyaman.
"Terima kasih, Tuan Prima. Saya sangat menyukai dekorasi dan juga semua bunganya." Aku mencoba menenangkan hati dan perasaanku dan terus mencoba mengukir senyum semanis mungkin.
"Sama-sama, Nona. Sebuah kehormatan untuk saya bisa ikut andil di acara semewah ini, terima kasih sekali lagi saya pamit undur diri"
Prima pun menghilang di antara kerumunan orang yang tengah menikmati pesta malam ini, dan di susul oleh kedua orang tuaku dan juga orang tua Willy dan kini hanya tinggal aku dan Willy yang ada di tempat itu
"Apa kamu menyukainya, sayang?" Willy mendekatiku yang tengah asyik memperhatikan bunga mawar merah itu
"Iya, aku sangat menyukainya, bunga Mawar dari toko bunga Prima selalu memiliki wangi yang khas." Aku menjawabnya tanpa menoleh sedikit pun ke arah Willy karena tiba-tiba aku melihat di antara bunga-bunga itu terdapat secarik kertas berwarna merah sehingga tidak begitu terlihat jika hanya sekilas.
Sebenarnya aku penasaran dengan kertas itu tapi aku mengurungkan niatku untuk mengambilnya karena aku takut Willy akan marah jika mengetahuinya.
Aku menetralkan perasaanku kemudian meletakkan bunga tersebut di atas meja kecil lalu aku mendekat ke arah Willy
"Sayang, terima kasih " Aku memberanikan diri menggelitik perut Willy, Willy pun terkejut dengan aksiku karena tidak biasanya aku melakukan ini terlebih lagi di sini masih ada banyak orang
"Sama-sama, sayang. Mulai berani ya sekarang?" Willy mencoba menggelitikku tapi aku segera menghindarinya.
Acara malam hari ini telah berakhir semua tamu undangan telah kembali ke rumah masing-masing begitu juga dengan Willy dan keluarganya. Menyisakan keluargaku dan juga beberapa ART yang masih sibuk membereskan sisa-sisa acara malam ini.
"Ma, aku ke kamar dulua ya, aku lelah sekali aku ingin istirahat," pamitku kepada Mamaku yang masih sibuk bersama beberapa ART
"Iya, sayang. Istirahatlah, Mama masih ingin merapikan semua ini" jawabnya sambil terus membersihkan ruangan bersama dengan para ART
Aku segera menaiki tangga dan berjalan menuju ke kamarku sambil memegang bunga mawar yang selalu membuatku penasaran.
Aku sudah sampai di kamarku, kamar yang cukup luas dengan ornamen bunga mawar merah kesukaanku. Semua benda yang berada di kamarku mayoritas berwarna merah dan bergambar mawar. Aku kemudian segera membuka kertas yang terselip di antara kelopak-kelopak mawar itu.
" Untukmu pemilik hati yang selalu aku nanti, entah sampai kapan rasa ini akan aku jaga aku tak pernah bisa mengerti walaupun sampai saat ini engkau tak mampu aku miliki, tapi satu hal yang pasti bahwa hati ini tidak akan pernah terbagi. Hubungi aku jika kamu menemukan surat ini, nomorku masih sama"
Hatiku semakin sakit membaca tulisan itu, sakit sekali rasanya, tak terasa air mata yang sedari tadi aku tahan kini telah keluar dengan sendirinya membasahi pipiku yang masih terbalut riasan. Aku sendiri juga tidak tahu, kenapa aku harus menangis di saat malam pertunanganku hanya karena sebuah surat dari orang yang tidak memiliki hubungan apa-apa denganku.
Setelah puas dengan tangisanku aku kemudian menghubungi sebuah nomor dengan nama 'Tanaman' di ponselku,
"Assalamu'alaikum" ucapku saat panggilan itu terhubung. Aku menyandarkan tubuhku di atas ranjangku sambil memeluk bunga itu.
"Wa'alaikumussalam, dengan toko bunga Prima, ada yang bisa dibantu?" jawabnya sambil tertawa
"Enggak lucu" ucapku ketus
"Nona cantik jangan marah ya, tunggu sebentar aku akan mengalihkan ke panggilan ini ke panggilan video." Dan benar saja panggilan ini yang semula hanya panggilan suara kini telah beralih ke video menampakkan wajah tampan Prima yang rambutnya masih basah. Kemudian Prima duduk di sebuah kursi yang menghadap langsung ke jendela
"Kamu sudah membacanya?"
"Sudah, kenapa kamu melakukannya, jika Willy tahu kelakuanmu pasti kamu sudah habis malam ini."
"Biarkan saja aku tidak takut,"
"Yakin?"
"Iya yakin, bukankah jika kita mencintai seseorang kita harus berani berkorban?"
"Kamu gila ya? "
"Aku gila karena kamu, karena dirimu yang datang di saat yang salah,"
"Maksudnya? "
"Cari tahu saja sendiri."
"Baiklah aku akan cari tahu semuanya sendiri!"
"Agnes, apa kamu tahu bagaimana keadaanku hari ini?"
"Tahu, sangat tahu bahkan"
"Yang kamu tahu hanya luarnya saja tapi tidak tahu bagaimana hatiku, hatiku sakit Nes lebih sakit daripada gagal menang lotre" Prima tersenyum manis menatapku yang sedikit ogah-ogahan
"Menang lotre?"
"Iya menang lotre, karena ketika kita gagal mendapatkan hadiah impian maka secara otomatis kita pasti akan merasakan kecewa," Prima kemudian tersenyum
"Dasar aneh, ngomong langsung kalau kecewa enggak perlu berbelit-belit, pakai acara gagal menang lotre segala,"
"Ya memang seperti itu keadaannya mau bagaimana lagi,"
"Ya, ya, ya, ya, ya terserah Anda Tuan Prima Steffano yang terhormat." ucapku sambil tertawa bersama dengan Prima
Ya begitulah diriku adanya entah mengapa saat berbincang dengan Prima aku merasakan semua beban di hidupku menghilang, meskipun aku menyadari di dalam hati yang paling dalam ada rasa lebih dari sekedar bercerita dan tertawa
Hal ini tidak hanya dirasakan olehku melainkan juga dirasakan oleh Prima dan entah kenapa kita malah membiarkan saja semua rasa itu, rasa yang tidak seharusnya kami rasakan.
Jika aku sudah mengobrol dengan Prima maka secara otomatis aku akan lupa dengan waktu jika saja baterai ponselku tidak habis kemungkinan besar bisa sampai subuh aku bercanda dengannya, tapi karena baterai smartphoneku habis rela tidak rela aku harus mengakhiri panggilanku.
Di tempat yang berbeda
"Semua persiapan sudah maksimal Tuan, apa ada yang ingin Anda tambahkan?" ucap laki-laki setengah baya tersebut yang kini berada di sebuah tempat yang sudah sangat tertata rapi
" Sepertinya tidak, bagaimana dengan undangannya?" tanya Willy
"Undangan sudah tersebar, Tuan. Semua sudah sesuai dengan yang Anda inginkan,"
"Baguslah, apa ada yang ingin kau sampaikan lagi? "
"Tidak, Tuan. Saya kira sudah cukup."
"Baiklah, jika seperti itu saya harus pergi dulu, jangan lupa kunci semua pintunya,"
"Baik, Tuan."
Willy pun meninggalkan laki-laki tua tersebut dan segera melaju ke sebuah tempat.
Pagi ini aku telah bersiap, aku telah berdandan secantik mungkin karena hari ini aku akan menghadiri acara pembukaan restoran Willy, yang sekali lagi membuka anak cabang di kota ini.
Kali ini aku dibiarkan pergi sendiri oleh Ayahku dia sudah tidak terlalu khawatir jika aku harus mengendarai mobilku sendiri. Ada kebahagiaan tersendiri ketika aku tidak lagi diantar sopir ke mana pun aku pergi aku bisa pergi ke tempat yang aku inginkan tanpa aku harus mendengar kata-kata 'jangan Nona' yang membuatku sedikit jengkel.
Aku tahu sebenarnya maksud dari kata-kata itu adalah demi kebaikanku, tapi bagiku yang sudah berusia 20 tahun kata-kata itu sangat memalukan dan juga mengganggu, bagaimana tidak saat aku ingin pergi ke suatu tempat bersama teman-temanku aku sering mendengar kata-kata itu, dan secara otomatis semua teman-temanku mengolok-olokku habis-habisan dan mengejekku sebagai anak TK.
Memang sangat menyebalkan bukan coba saja kalian bayangkan bagaimana saat hal ini terjadi pada kalian pasti akan sangat membosankan.
Aku telah mengendarai mobilku ke tempat di mana acara tersebut berlangsung dengan hati yang berbunga dan senyum yang terus terpancar di wajahku.
Ketika sampai di tempat tujuan, aku segera memarkirkan mobilku dan langsung masuk ke dalam tempat acara.
Di dalam tempat tersebut sudah banyak sekali tamu yang hadir mulai dari keluarga Willy dan juga semua koleganya, yang tampak berdandan cantik dan juga berpenampilan modis. Saat ini hanya aku yang datang sendiri karena kedua orang tuaku baru saja terbang ke luar kota tadi malam karena ada sesuatu yang mendadak.
Aku berjalan di antara kerumunan orang yang saling mengobrol. Aku hampir tidak mengenal mereka semua tapi mereka semua mengenaliku karena bisa dipastikan mereka semua hadir di acara pertunanganku tempo hari. Aku mencoba mencari tahu di mana sang pemilik acara berada sampai saat aku mendengar sebuah suara memanggilku
"Nona Agnes" sapa laki-laki berbaju kotak-kotak itu, aku tidak langsung menoleh karena aku tahu siapa yang telah memanggilku, suara itu, suara yang khas yang hanya dimiliki oleh satu orang saja.
Laki-laki itu menghampiriku sambil menggulung baju panjangnya ke arah siku. Sungguh pemandangan yang sangat luar biasa, laki-laki itu tersenyum sambil terus berjalan ke arahku
"Loh kamu juga di undang?" tanyaku padanya
" Ya iyalah aku di undang, apa kamu lupa jika sebelah restoran ini adalah tokoku?"
"Ah iya aku lupa" kataku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal
"Dasar, kamu itu masih muda kok sudah pikun?" Laki-laki itu mulai mengejekku
"Apa kamu bilang? pikun? enak saja aku hanya tidak menyadarinya bukan pikun!" Aku agak kesal dengan kata-katanya
"Halah itu sama saja, pikun dan tidak menyadari itu masih saudara" ucap laki-laki itu dan berhasil membuatku tertawa
"Sudah, sudah jangan diteruskan nanti kamu semakin aneh-aneh ngomongnya, aku cari Willy dulu ya" ucapku meninggalkan laki-laki itu di tengah kerumunan.
"Willy, kamu memang sangat beruntung Will, bisa mendapatkan cinta dari seorang wanita seperti Agnes, jika saja posisimu ada padaku pasti aku akan sangat-sangat bahagia tapi nyatanya tidak Will, karena aku hanya bisa mencintai seseorang yang sudah dimiliki orang lain" Kata laki-laki itu
HAY SEMUANYA AUTHOR UP LAGI NIH JANGAN LUPA LIKE DAN VOTE YAH
MATUR NUWUN
ALFARAHMAWATI
Acara pembukaan pun dimulai, diawali dengan bacaan bismalah dan beberapa pidato dari orang-orang yang berpengaruh di bidang tersebut. Mulai dari para petinggi perusahaan kuliner sampai dengan para juru masak yang namanya sudah tersohor di negeri ini
Kali ini Willy telah berada di podium dengan mengenakan setelan jadi berwarna biru sambil terus tersenyum manis membuatnya menjadi pusat perhatian kaum hawa yang hadir di acara tersebut.
" Terima kasih untuk semua yang sudah berkenan hadir, di sini saya akan menyampaikan hal yang penting yang harus kalian semua tahu. Enam bulan lagi saya akan segera melangsungkan pernikahan saya dengan seorang wanita cantik yang selama ini menjadi penyemangat di setiap kegiatan yang saya lakukan, menjadi tujuan saya yang untuk sekarang dan selamanya. Maka dari itu pada saat ini juga akan saya umumkan jika restoran ini saya berikan kepada Agnes Kuncoro wanita yang saya cintai sebagai hadiah atas pertunangan kami"
Aku terkejut dengan kata-kata yang di ucapkan oleh Willy aku tidak pernah menyangka jika dia melakukan hal ini kepadaku, aku menatapnya dengan raut wajah kebingungan tapi ia segera datang ke arahku dan menggandeng tanganku untuk mengikutinya berdiri di podium. Semua orang yang hadir bertepuk tangan dan melontarkan berbagai pujian atas apa yang mereka lihat, suasana menjadi sangat ramai dan juga gemuruh.
"Ini semua untukmu, aku melakukan ini semua karena aku sadar bahwa aku sangat mencintaimu," Ucapnya sambil menatap ke arahku
Ya Tuhan rasanya seperti terbang di antara ribuan kupu-kupu hinggap di atas bunga cantik dan warna-warni .
Perasaan bahagia tidak dapat aku bendung lagi wajahku memerah dan senyumku tak henti-hentinya terus terpancar aku segera memeluknya dan Willy pun membalas pelukan itu
"Terima kasih sayang, aku tidak pernah mengira jika yang kamu janjikan benar-benar kamu tepati" Aku memeluknya dengan perasaan yang sangat bahagia
"Sama-sama, sayang. Aku akan melakukan apapun jika itu bisa membuatmu bahagia, karena bagiku kebahagiaanmu adalah prioritasku" Willy melepaskan pelukanku sambil terus menatap ke arahku
Semua orang yang hadir saling bertepuk tangan sekali lagi ketika menyaksikannya tapi tidak dengan satu orang yang duduk di pojok kanan ruangan ini, dia tidak menunjukkan sikapnya seperti yang lain karena sedari tadi ia hanya diam sambil sesekali mengaduk dan menyesap minuman yang ada di depannya.
Aku tahu bagaimana perasaannya tapi mau bagaimana lagi aku juga tidak mampu berbuat apa-apa karena saat ini aku masih bersama dengan Willy, ya memang aku memang serakah, aku memang bodoh dan aku juga munafik karena tidak mampu jujur dengan perasaanku sendiri.
Di satu sisi aku mencintai Willy dan telah bertunangan dengannya tapi di sisi lain aku merasa sakit jika memandang Prima yang selalu menatapku penuh harap.
Entah sampai kapan hal ini terus berlanjut tapi yang pasti saat ini aku telah hidup di antara dua laki-laki yang sama-sama mengharapkanku dan aku juga mengharapkannya.
*********
Di Tempat yang berbeda
"Apa, Willy melakukan itu?" Ucap wanita cantik dengan postur tubuh tinggi dan berkulit putih itu. Wanita itu kini tengah duduk di depan cermin sebuah kamar apartemen yang menjadi tempat tinggalnya.
Wanita itu adalah Alexa Adiputra, Kakak dari William. Wanita ini tengah berkarya di kancah internasional sebagai seorang model. Alexa sejak awal tidak pernah menyukai hubunganku dengan William, entah apa alasannya aku juga tidak pernah mengerti .
Selama tiga tahun terakhir ini ia telah menjadi model di sebuah agensi ternama di luar negeri, ia tidak hanya cantik tapi ia juga sangat pandai banyak sekali laki-laki yang mengejarnya tapi tidak pernah ia tanggapi karena di hatinya sudah ada seseorang yang hampir lima tahun ini membuatnya jatuh cinta.
Perasaannya pada laki-laki itu tidak pernah berubah sedikit pun meski sampai saat ini sang laki-laki tidak pernah menyadarinya. Laki-laki itu adalah cinta pertamanya saat ia SMA dan sampai saat ini ia tak pernah berpaling.
"Iya, Nona. Menurut informasi dari anak buah saya hal itu benar adanya" Jawab laki-laki tampan yang berada di sebelahnya. Laki-laki yang hampir dua tahun ini selalu menjaganya. Dia adalah Samuel .
Samuel Defrico adalah pengawal pribadi dari Alexa. Laki-laki ini sebenarnya berasal dari keluarga yang cukup kaya tapi entah mengapa ia memilih bekerja menjadi seorang pengawal pribadi di bandingkan meneruskan perusahaan keluarganya. Laki-laki berbadan tegap dan bermata sipit ini tidak pernah sedikitpun mengeluh tentang semua yang Alexa perintahkan kepadanya.
"Dasar wanita murahan, bisa-bisanya ia terus menjadikan Willy sebagai bonekanya, apa dia benar-benar tidak waras mencintai dua orang laki-laki dalam satu waktu, lihat saja nanti akan aku balas!"
"Jadwal kan keberangkatanku untuk ke Indonesia secepatnya" Perintah wanita itu pada bodyguardnya
"Baik, Nona. Akan saya lakukan" Laki-laki itu kemudian menghubungi seseorang lalu dengan segera mendekat ke arah Nonanya,
"Dua hari lagi Anda bisa terbang ke Indonesia Nona, semua sudah beres dan anda tinggal berangkat"
"Terima kasih, Sam. Kamu memang bisa aku andalkan"
***********
Mulai hari ini aku telah resmi bekerja di sebuah restoran yang aku beri nama "AW HEALTHY FOOD".
Aku sengaja memberi nama itu karena aku ingin selalu dekat dengan Willy apa pun yang terjadi seperti huruf A yang selalu dekat dengan W dan tak mungkin dipisahkan.
Menurut sebagian orang nama itu mungkin terlalu berlebihan tapi mau bagaimana lagi itu sudah menjadi hakku sebagai pemilik dari restoran itu
Restoranku ini kebetulan atau memang sengaja di bangun di samping toko bunga Prima, sebuah toko bunga dan tanaman hias yang pemiliknya seorang laki-laki ramah dan menyenangkan.
(Aku mulai lagi berpikir tentang dia) 🤦♀️🤦♀️
Restoran ini memang terbilang masih sangat baru tetapi karena ini adalah sebuah cabang dari restoran ternama di kota ini kami pun tidak begitu kesulitan dengan para pelanggan, mereka datang silih berganti setiap hari karena merasa sangat puas dengan layanan dan juga menu yang kami siapkan.
Sesuai dengan namanya, di sini kami menyajikan berbagai menu yang terbilang sehat dan juga ramah di kantong sehingga para pelanggan tidak merasa kapok datang ke restoran ini, serta restoran ini juga terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian dalam dan luar.
Area dalam restoran ini berfasilitas AC dan juga memiliki area foto bagi para pelanggan yang ingin mengabadikan momen makan mereka. Sedangkan area luar lebih mengedepankan suasana yang sejuk karena di sekitar area dipenuhi berbagai macam tanaman dan juga bunga-bunga yang pastinya bisa juga untuk berfoto.
Di sini aku dibantu oleh 5 orang karyawan yang keseluruhannya adalah laki-laki, aku sengaja tidak memperkerjakan seorang perempuan karena aku tidak ingin dipusingkan dengan para wanita-wanita yang mungkin akan bersikap di luar dugaanku.
Selain itu aku melakukan ini semua karena aku merasa jika seorang laki-laki tidak akan mudah terbawa perasaan atau istilah jaman sekarang itu adalah terbawa perasaan jika saja nanti ada pekerjaan mereka ada yang kurang memuaskan dan aku menegurnya.
(Ya walaupun aku sendiri juga seorang wanita yang sering kali bersikap ribet dan terbawa perasaan ) 😂😆
******
Sekarang adalah jam makan siang, aku memberikan waktu istirahat untuk semua karyawanku selama 30 menit dengan catatan mereka istirahat secara bergantian dan tidak bersamaan, itu pun kalau pelanggan kami tidak banyak, jika pelanggan kami banyak berdatangan pasti aku sendiri juga akan ikut terjun langsung melayani para pelanggan.
Saat ini pelanggan sudah sedikit berkurang hanya tinggal 2 atau 3 meja saja yang masih terisi, tiba-tiba terdengar suara keributan dari luar restoran di sana terdapat seorang pelanggan yang nekat ingin bertemu langsung denganku dan sepertinya ia juga sedang dalam kondisi hati yang kurang baik dan menimbulkan kegaduhan.
Dua karyawanku terlihat sedang membujuk wanita itu, namun usahanya sia-sia. Dengan langkah santai aku menghampiri pelanggan tersebut,
"Maaf, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" Ucapku perlahan mencoba menetralkan suasana yang sedikit menegang
Perempuan itu menoleh ke arahku dengan tatapan yang sinis dan membunuh
"Kakak"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!