"SYUUTTTTT.....JLEBBBB",
Sebuah anak panah melesat tepat menghunjam ke jantung, Dae Hoo tersentak kaget..seseorang melindunginya menjadikan tubuhnya tameng bagi Dae Hoo.
"Pangeran kelima!!", semua orang kaget.
"Prajurit!!Lindungi Yang Mulia dan pangeran kelima!!", Lee Hong Ki baru saja datang bersama bala bantuannya. Para prajurit yang baru datang itu membentuk formasi melingkar menutupi raja mereka.
"Kalian bawa ibu suri, putri Dae Yeon dan yang lain ketempat yang aman!!", tambah Lee Hong Ki.
Tubuh pangeran kelima terhuyung..Dae Hoo segera menangkapnya, Ia segera mencabut anak panah tersebut dan menopang tubuh pangeran Dae Woo 'Panah beracun!!'
"Cepat kalian tangkap orang itu!!", perintah Dae Hoo geram.
"Apa yang kau lakukan adik kelima?kenapa kau mengorbankan dirimu?", mata Dae Hoo berkaca-kaca sedih.
"Ti...ti dak...apa....kak, ..ma...ma...afkan....a..a..ku.....kak, ..a...ku ha..ha...nya...i..i...ngin....men..ne...bus...ke..sa..lahan....ka..kak...ke....empat...pa...damu...ka..kak...per...tam...ma...", pangeran Dae Woo terbata-bata.
"Uhukkk.....ukhhh", darah segar keluar dari mulut pangeran Dae Woo tanda racun sudah bereaksi.
"Untuk apa kau meminta maaf?seandainya aku tak memintamu menggantikanku..mungkin kau tidak akan seperti ini!huhu...huhu", air mata Dae Hoo perlahan terjatuh..meski pangeran Dae Woo bukan adik kandung nya..pangeran Dae Woo ini dari kecil selalu mengikutinya kemana-mana...pangeran Dae Woo selalu menganggap Dae Hoo sebagai kakak yang menjadi panutannya...dibanding pangeran Dae Gu yang selalu memperlakukannya kasar. Pangeran Dae Woo lebih percaya dan sayang kepada Dae Hoo karena Dae Hoo selalu memanjakannya dari kecil dan selalu mengajarkan yang baik dan benar kepadanya.
"K...ak...a...a..ku...ti..ti..tip...ibu...to..long..ja...ga...ibu...un.....tukku....uhukk...ukhh", pangeran Dae Woo menghembuskan nafas terakhir, ia memejamkan matanya, tubuhnya terkulai, ia telah tiada..Dae Hoo menangis sesenggukan sambil mendekap tubuh pangeran Dae Woo yang sudah tak bernyawa itu.
Pertarungan sengit masih tetap berlangsung..kubu pangeran Dae Gu kalah telak..kini hanya tersisa pangeran Dae Gu dan beberapa orangnya yang masih berdiri tegak meskipun tubuh mereka sudah penuh luka.
Dae Hoo masih terpaku meratapi kepergian pangeran Dae Woo. Perlahan ia menyadarkan diri dan memandang ke arah pangeran Dae Gu dengan tatapan marah. Ia meletakkan tubuh dingin pangeran Dae Woo dan berdiri sambil mengangkat pedangnya.
'Yun Dae Gu!!!!kau benar-benar manusia terkejam didunia ini!!', geram Dae Hoo sambil berlari ke arah Dae Gu yang saat itu masih melawan Ji San. Ia menghunjamkan pedangnya tepat ke jantung pangeran Yun Dae Gu dari belakang, pedang itu tembus sampai kedepan..dan kemudian ia tarik kembali pedangnya..Ji San kaget melihat hal itu.
"AKKHHHH...UHUKKK", darah segar keluar dari mulut Yun Dae Gu, ia perlahan roboh dan ambruk "BRUKKK"..matanya masih melotot, ia kemudian mati.
"TUKK", pedang jatuh dari tangan Dae Hoo, ia jatuh bersimpuh, pandangannya mulai mengabur, ia terhuyung akan jatuh.
"Yang Mulia!!!", Ji San dengan sigap menangkap tubuh rajanya itu.
"Kalian cepat bantu aku membawa Yang Mulia kekamarnya!!", teriak Ji San.,beberapa pengawal segera membantu Ji San memapah Dae Hoo. Ji San mengode Lee Hong Ki tanda untuk segera membereskan para pengkhianat yang masih tersisa.
"Prajurit!!habisi mereka!!", Lee Hong Ki memberi perintah.
Satu per satu pemberontak yang tersisa roboh hingga halaman utama kerajaan penuh dengan puluhan mayat yang tergeletak, tak ada pemberontak yang tersisa.
"Beberapa dari kalian bawa tubuh pangeran Dae Woo dan pangeran Dae Gu ke kediaman selir kedua..yang lain urus pemakaman para prajurit kerajaan yang gugur dengan baik!"
"Dan untuk para pemberontak itu buang mayat-mayatnya ke lembah dingin!!", tegas Lee Hong ki.
"Baik tuan"
Kenapa mayat Pangeran Dae Gu yang seorang pemberontak dikembalikan ke kediaman selir kedua?ya..walau bagaimanapun keluarga kerajaan masih menghormati selir kedua..meskipun pangeran Dae Gu dicap seorang pengkhianat namun proses kremasi tetap akan dilakukan dikediaman selir kedua..yang berbeda adalah tempat menguburkannya..jika nanti pangeran Dae Woo akan dikuburkan di Lembah Raja sebagai Pahlawan, sedangkan pangeran Dae Gu tetap di Lembah dingin, sebagai pengkhianat.
...................
"Bagaimana keadaan putraku Dae Hoo tabib?"
"Ampun Yang Mulia Ibu Suri..saat ini kondisi Yang Mulia Raja masih belum stabil....Yang Mulia mengalami tekanan yang begitu besar....yang bisa menyembuhkan adalah diri Yang Mulia Raja sendiri...jika dalam diri Yang Mulia ada keinginan kuat untuk bangun, maka Yang Mulia Raja akan segera pulih dengan sendirinya...hamba hanya bisa membantu dengan obat penambah stamina untuk tetap menjaga kesehatan tubuhnya", terang tabib istana.
Dae Hoo terbaring lemah, matanya terpejam, bibirnya begitu pucat. Sebagai seorang raja, beban dan tanggung jawabnya sangatlah besar, ia harus bersiap kehilangan nyawanya sendiri atau kehilangan nyawa orang-orang yang dicintainya, Ia harus bisa bersikap adil kepada siapapun, sekalipun harus menghukum orang-orang yang dicintainya.
"Putraku kau harus kuat!huhu..huhu!", janda permaisuri tersedu-sedu.
"Ibu, aku yakin kakak pasti akan segera bangun!", putri Dae Yeon menghibur ibunya.
"Kalau begitu hamba pamit undur diri dulu Yang Mulia Ibu Suri, putri Dae Yeon", Tabib istana membungkuk hormat dan pergi.
Ji San, Jenderal Go Jun Su dan Lee Hongki juga segera pamit undur diri untuk segera mengurus urusan yang belum terselesaikan.
Diruangan Ahli Strategi dan pertahanan Lee Hong Ki, mereka berdiskusi tentang beberapa hal.
"Tuan Lee apakah para menteri dan kasim yang memberontak sudah anda bereskan?", tanya Ji San.
"Tentu saja tuan, mereka semua sudah saya bereskan sebelum mereka tiba keistana!", Lee Hong Ki meyakinkan.
Beberapa saat sebelum pemberontakan di istana terjadi.....
Para menteri, kasim beserta orang-orang mereka yang memberontak kepada raja sudah berkumpul disuatu tempat yang telah disepakati, mereka menunggu aba-aba dari pangeran Dae Gu yang saat itu sedang menuju ke istana.
Di luar dugaan..tiba-tiba Lee Hong Ki dan pasukan kerajaan datang menyergap dan mengepung mereka. Ia kemudian mengeluarkan perintah raja untuk menghabisi para pemberontak. para pemberontak yang terkepung ditebas sampai habis..bahkan yang melarikan diri langsung dibidik menggunakan anak panah beracun. Jelas saja bala bantuan tidak datang saat pangeran Dae Gu terdesak di istana..karena bala bantuan sudah ditumpas terlebih dahulu.
Kembali keruangan Lee Hong Ki...
"Bagaimana dengan keluarga para pemberontak jenderal Go?", Ji San menyelidik.
"Keluarga menteri Cho, menteri Do, menteri Suk dan jenderal Min sudah kami tahan di penjara bawah tanah tuan Ji San!", tukas Jenderal Go.
"Apakah tuan Go sudah menangkap orang yang menembakkan panah ke arah Yang Mulia Raja?", Ji San bertanya lagi.
"Iya tuan Ji San, orang itu sudah kami tangkap dan kami interogasi, tapi sampai sekarang ia belum mau mengaku siapa yang menyuruhnya!", jelas jenderal Go Jun Su.
"Baiklah tuan Lee dan tuan Go, jika ada temuan lain dari pemberontakan Yun Dae Gu tolong laporkan padaku, sekarang aku harus mengurus sesuatu terlebih dahulu, aku undur diri dulu!", Ji San sembari melangkah keluar.
"Baik tuan Ji San, silakan", Lee Hong Ki dan Jenderal Go Jun Su berbarengan.
...................
Kediaman pangeran kedua Yun Dae Jun...
"Ada apa kau pengawal pribadi Yang Mulia datang kemari!", pangeran Yun Dae Jun angkuh.
Ji San memberi kode ke 2 pengawal dibelakangnya, kedua pengawal itu maju mencengkram lengan pangeran Dae Jun.
"Hehhh apa-apaan ini!!!lancang sekali kalian menyentuh seorang pangeran!!, teriak pangeran Dae Jun memberontak.
"Apa yang kalian lakukan pada putraku?lepaskan dia?berani-beraninya kalian pengawal rendahan menyentuhnya!!", teriak selir pertama Na Ju Yeon geram.
Ji San membuka sebuah gulungan berisi titah raja dan membacanya...
"Atas titah Yang Mulia Raja Yun Dae Hoo memerintahkan untuk menangkap pangeran kedua Yun Dae Jun yang terbukti melakukan rencana pembunuhan kepada raja dengan bukti kesaksian dari pembunuh bayaran yang disewanya, Ju Hee Chul, pangeran kedua Yun Dae Jun akan dijatuhi hukuman meminum racun 2 hari lagi didepan halaman utama istana!"
"Tidak..itu tidak benar ibu..aku pasti telah difitnah..ibu tolong aku!huhu...huhu..", pangeran Dae Jun mencoba mengelak mencari perlindungan ibunya.
"Putraku tidak mungkin melakukan perbuatan seperti itu!pasti itu hanya fitnah yang kalian buat untuk menyingkirkannya!!kalian benar-benar kurang ajar!!", teriak selir pertama marah.
"Jika selir pertama tidak mau bekerjasama dengan kami, maka hukuman pangeran kedua akan dijatuhkan sekarang juga!", ancam Ji San.
Selir pertama akhirnya diam tak berkutik, tangannya mengepal kuat amarahnya tak terbendung, namun ia hanya bisa pasrah sekarang.
"Cepat bawa pangeran kedua dan tahan dia di penjara bawah tanah sebelum hari eksekusi", perintah Ji San.
"Baik tuan!"
"Ibu..ibu tolong aku!!jangan biarkan mereka membawaku ibu!!", pangeran Yun Dae Jun meronta-ronta.
'Aku tidak akan membiarkan kalian membunuh putraku, jika putraku mati, Yun Dae Hoo juga harus mati!!!', geram selir pertama dalam hati.
.............
Di halaman utama sebuah kediaman terlihat seorang wanita paruh baya sedang menatap dua tubuh yang terbujur kaku tertutup kain putih dengan wajah pucat, pandangannya kosong, dikedua sudut matanya mengalir bulir-bulir air mata yang membasahi kedua pipinya yang pucat. Ia kehilangan 2 orang yang disayanginya sekaligus dalam semalam..ia adalah selir kedua Su Ga Eun..ibu dari pangeran Dae Gu dan Pangeran Dae Woo. Kedua putranya tewas diwaktu dan hari yang sama. Kedua putranya tewas dijalan yang saling berlawanan..satu orang sebagai pahlawan dan yang seorang lagi sebagai pengkhianat...
Upacara Kremasi akan segera dimulai..namun sang ibu masih diam terpaku..
...............
Sudah hampir 12 hari Raja Yun Dae Hoo tidak menunjukkan tanda-tanda siuman...
Soo Hwa berjalan mondar mandir tak tenang..ia mendengar dari jenderal Go tentang keadaan Dae Hoo....ia masih berada di kediaman jenderal Go...
"Apa yang harus kulakukan?aku bahkan tidak bisa melihat keadaannya sekarang!Nyonya Go melarangku pergi dari sini...Ji San tak datang kesini sampai sekarang!!", Soo Hwa tampak panik..
"Jika aku kabur dari sini, aku tak tahu jalan ke istana, itu sama saja percuma.."
"Nona Soo Hwa...nyonya Go memanggil anda untuk makan malam diruang makan sekarang juga!", suara pelayan dari luar mengagetkan Soo Hwa.
"Ahh..i..iya bibi aku akan segera kesana..terima kasih bibi!", Soo Hwa bersiap keluar.
"Mari nona saya antar", Soo Hwa berjalan dibelakang pelayan itu dengan gelisah.
Sesampainya diruang makan....sudah ada nyonya Go dan beberapa pelayan...anak-anak nyonya Go sudah menikah dan ikut bersama suami mereka sehingga kediaman yang ia tempati itu hanya tinggal dia dan suaminya jenderal Go.
"Soo Hwa...kemarilah duduk...", Nyonya Go ramah.
"Baik ibu terima kasih", Soo Hwa duduk disebelah Nyonya Go. Soo Hwa memanggil ibu kepada nyonya Go karena nyonya Go sudah menganggap Soo Hwa seperti putrinya sendiri. Saat pertama melihat Soo Hwa, nyonya Go teringat pada anak-anaknya. Dirumah sebesar itu nyonya Go merasa kesepian, jenderal Go juga jarang pulang kerumah, namun kehadiran Soo Hwa mengobati kesepiannya.
"Ibu sebenarnya aku masih kenyang, bolehkah aku makan camilan ringan saja...", sebenarnya Soo Hwa sedang tak berselera makan.
"Tentu saja boleh nak..pelayan ambilkan camilan ringan untuk nona Soo Hwa"
"Baik nyonya", pelayan segera berbalik ke dapur mengambil camilan ringan.
"Ini nona camilannya"
"Ahh...terima kasih bibi"
"Iya nona"
"Soo Hwa apa kau sakit?kenapa wajahmu terlihat pucat", nyonya Go terlihat khawatir sambil memegang kening Soo Hwa.
"Emm tidak ibu..hanya saja 2 hari ini aku sering merasa mual dan tidak berselera makan"
"Kau harus diperiksa oleh tabib, ibu akan memanggilkan tabib setelah ini"
"Ahh ibu tidak perlu..mungkin ini hanya masuk angin biasa"
"Jangan mengabaikan penyakit, kesehatanmu lebih penting Soo Hwa, Yang Mulia Raja pasti sangat khawatir jika kau sakit", nyonya Go ini tahu betul jika Soo Hwa sudah menjadi wanita Raja.
"Iya ibu tenang saja, aku baik-baik saja"
"Baiklah sekarang kau lebih baik istirahat dulu dikamar"
"Baik ibu", Soo Hwa beranjak dari tempat duduk, namun entah kenapa kepalanya terasa berat dan tubuhnya lemas, ia pun terhuyung dan jatuh pingsan.
"Soo Hwaaa!!!", Nyonya Go langsung mengangkat kepala Soo Hwa dan menepuk-nepuk pipinya pelan.
"Nak bangunlah..", nyonya Go sangat khawatir.
"Pelayan...bantu aku membawa nona Soo Hwa kekamar dan cepat panggilkan tabib!!", Nyonya Go dibantu pelayan memapah Soo Hwa kekamarnya. Pelayan lain bergegas memanggil tabib.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments