Hari itu tiba...
Ji San bergerak menjemput Soo Hwa dihutan sesuai perintah Dae Hoo, sementara Dae Hoo mununggu mereka didekat gerbang kota tentunya dengan penyamaran yang tidak diketahui banyak orang. Ji San membawa 2 ekor kuda, Dae Hoo tidak menyiapkan kereta kuda karena Ia sengaja pergi sembunyi-sembunyi untuk bertemu Soo Hwa, akan lebih bebas jika menaiki kuda.
Ji San sudah bertemu dengan Soo Hwa, ia kemudian membantu Soo Hwa menaiki kuda. Kuda Dae Hoo jinak sehingga tidak menyulitkan Soo Hwa menaikinya. Mereka segera bergegas ke ibukota. Namun saat diperjalanan menuju ibukota sekelompok bandit menghentikan laju kuda mereka.
"Berhenti!!!jika kalian ingin hidup serahkan harta kalian dan serahkan wanita itu juga!!!"perintah ketua bandit itu sambil tersenyum menyeringai melihat kecantikan Soo Hwa.
"Coba saja kalau kalian bisa" ,ucap Ji San datar.
Ji San melompat dari kudanya. Para bandit yang berjumlah 10 orang itu segera mengepung Ji San. Terjadilah pertarungan sengit antara Ji San dan para bandit, tentu saja hal itu bukan masalah besar bagi Ji San, sebagai pengawal pribadi Raja tentu keahlian pedang dan bela diri Ji San sudah tidak perlu diragukan lagi. Perlahan satu per satu bandit itu tumbang..masih tersisa 5 orang.
Soo Hwa masih berada diatas kuda sebenarnya ingin sekali membantu Ji San namun ia takut jika dia mengungkapkan kekuatannya untuk melawan manusia Raja Langit akan tahu dimana keberadaanya saat ini. Raja Langit sebenarnya telah melarang Soo Hwa berhubungan dengan manusia dibumi selama menjalankan tugasnya..namun karena rasa kesepiannya dihutan ia mengabaikan perintah rajanya.
SRINGGGGG.........SRANGGG.......BUGH....BUGH..akhirnya Ji San berhasil mengalahkan para bandit itu..mereka yang masih tersisa lari terbirit-birit.
Ji San segera naik kekudanya lagi dan mengangguk ke Soo Hwa tanda perjalanan segera lanjutkan.
Sesampainya digerbang ibukota..
"Yang Mulia", Ji San turun dari kudanya dan segera menghormat pada Dae Hoo.
"Ssstttt kau ini..jangan panggil aku ditempat umum seperti itu..panggil tuan seperti biasa kalau kita sedang diluar", dengus Dae Hoo.
"Baik tuan, Maafkan hamba"
"Hemmm" jawab Dae Hoo, ia pun segera mengalihkan pandangannya ke Soo Hwa.
"Deg" jantung Dae Hoo berdetak. "Can..cantik" tak sengaja keluar kata dari Dae Hoo yang terpaku memandang Soo Hwa.
Malam itu Soo Hwa terlihat sangat cantik dengan memakai kain berwarna merah muda dengan rambut hitam campur biru yang tergerai indah..Soo Hwa hanya memakai tusuk konde perak berbentuk bunga teratai yang melilit rambutnya sedikit. Bagaimanapun ia seorang dewi..tak berhias sedikitpun tak memudarkan kecantikannya.
"Tu..tuan", Soo Hwa tersipu dengan perkataan Dae Hoo, walaupun hampir tak terdengar tapi jelas Soo Hwa masih mendengarnya. Seketika suasana menjadi canggung. Dae Hoo tak berhenti menatap Soo Hwa..membuat Soo Hwa semakin merona dan malu.
"Ahemm" Ji San segera menyadarkan Dae Hoo yang sedari tadi menatap Soo Hwa tak henti-hentinya.
Dae Hoo yang tertangkap basah sedikit gelagapan mendengar deheman Ji San. Segera ia mengulurkan tangannya membantu Soo Hwa turun dari kuda.
"Terima kasih tuan", Soo Hwa sedikit malu.
"Ji San kau awasi aku dari jauh..aku dan nona Soo Hwa akan berjalan-jalan disekitar sini sebelum perayaan dimulai", yah..jelas itu kalimat usiran untuk Ji San. Ia tidak mungkin akan membuntuti Dae Hoo terus menerus, seperti obat nyamuk saja nanti.
"Baik tuan".
Saat berjalan ditengah-tengah kerumunan pasar Soo Hwa benar-benar takjub. Suasananya benar -benar berbeda dari Kerajaan Langit, dikerajaan langit semua keinginan para dewa dewi selalu terpenuhi tanpa harus pergi ke pasar untuk membeli. Soo Hwa benar-benar tak mengerti apa gunanya benda-benda yang dijual dipasar itu seluruhnya.
Sepanjang perjalanan banyak sekali yang berbisik-bisik memuji-muji keindahan tampilan Soo Hwa. Soo Hwa tak henti-hentinya menyapa dan tersenyum. Tak sedikit laki-laki mata keranjang yang melihatnya dengan tatapan nafsu. Soo Hwa yang terlalu polos menyapa dengan senyum merekah tak tahu jika Dae Hoo dari tadi sudah jengah dan jijik melihat pelototan para lelaki mata keranjang, ia berusaha menutupi tubuh Soo Hwa dibelakangnya.
"hush..hush..hentikan tatapan menjijikkan kalian..huh benar-benar tidak tahu malu!!", Dae Hoo sangat kesal.
Dae Hoo akhirnya gerah dengan kelakuan para lelaki mata keranjang itu. Ia kemudian menyeret tangan Soo Hwa ke sebuah toko, Dae Hoo membelikan Soo Hwa cadar tipis warna merah muda.
"Apa ini tuan?"
"Pakailah ini agar tidak banyak laki-laki yang ingin memakanmu!!", Dae Hoo memasangkan cadar itu ke wajah Soo Hwa. Soo Hwa tersipu melihat wajah Dae Hoo yang sangat dekat saat memasangkan cadar ke wajahnya.
"Te..terima kasih tuan", Soo Hwa sedikit tergagap.
"Baiklah...sekarang ayo kita membeli lampion, perayaan akan segera dimulai", Dae Hoo berjalan dengan tanpa sadar terus menggenggam tangan Soo Hwa. Wajah Soo Hwa menjadi semakin merona dibalik cadarnya. Bagi sang dewi Soo Hwa, ini adalah pertama kalinya seorang laki-laki menggenggam tangannya begitu erat, sungguh mendebarkan.
...
"Bagaimana?apakah ada pergerakan dari Dae Hoo?", seorang laki-laki tampan disebuah ruangan tertutup dengan penerangan yang sedikit redup, terlihat pakaian bangsawan melekat ditubuhnya.
"Lapor pangeran Dae Jun hamba melihat Raja sedang berada dipusat kota bersama seorang gadis", laki-laki berpakaian hitam itu berbisik didekat telinga.pangeran Dae Jun.
"Bersama seorang gadis?huh..menarik..
"Bagaimana dengan pengawal pribadinya?"
"Pengawal pribadi raja mengawasinya dari kejauhan..kami akan mengalihkan perhatiannya dengan mengirim 10 orang untuk mengulur waktu"
"Bagus...pancing mereka ke hutan..bunuh Dae Hoo..buat seolah-olah dia mati diterkam harimau..jangan biarkan dia lolos kali ini..dan jangan lupa bawa gadis yang bersamanya itu padaku hidup-hidup!!", pangeran Dae Jun tersenyum menyeringai.
"Baik pangeran, hamba pamit undur diri"
Pangeran Dae Jun melambaikan tangan tanda setuju..
'Aku akan merebut semua milikmu Dae Hoo..kali ini kau akan mati', batin Dae Jun sembari mengepalkan tangannya dan tersenyum menyeringai.
Yah sudah bukan rahasia lagi jika disetiap kokohnya tembok istana..persaingan diantara para pangeran untuk memperebutkan tahta selalu terjadi..berbagai cara dilakukan untuk menyingkirkan Raja dan pewarisnya yang sah, pangeran Dae Jun adalah salah satunya, ia merupakan putra selir pertama Na Ju yeon dengan raja Yun Dae Soo.
Raja Yun Dae Soo menikah dengan Permaisuri Baek Shin Ye dan memiliki 1 orang putra dan 1 orang putri kembar, Raja Yun Dae Hoo dan putri Yun Dae Yeon.
Raja Yun Dae Soo memiliki 2 orang selir lain.. Yaitu selir pertama Na Ju yeon dan selir kedua Su Ga Eun. Selir Na Ju Yeon memiliki 2 putra dan 1 putri, pangeran Yun Dae Jun, pangeran Yun Dae Mo dan Putri Yun Dae Bi. Sedangkan selir Su Ga Eun memiliki 2 putra yaitu pangeran Yun Dae Gu dan pangeran Yun Dae Woo.
Selain pangeran Dae Jun yang berambisi menduduki tahta, pangeran Yun Dae Gu juga sama menginginkannya. Selir pertama juga sama piciknya dengan pangeran Dae Jun, berbeda dengan selir kedua yang bersifat lembut dan baik hati. Para pangeran dan putri lain tidak berminat sama sekali dengan urusan kerajaan. Setelah raja Dae Soo mangkat, para selir beserta anak-anaknya harus kembali kekediaman mereka dulu. Hal ini mempermudah gerakan mereka dalam merencanakan segala kejahatannya untuk menyingkirkan Dae Hoo. Rencana pembunuhan kali ini juga bukan pertama kalinya terjadi, rencana itu bahkan sudah dilakukan sejak Dae Hoo masih dalam kandungan permaisuri.
Dipusat kota Pyehan, perayaan festival lampion akan segara dimulai, sekelompok pria berbaju hitam dengan wajah tertutup sebagian bergerak diantara para pengunjung, mereka mengawasi Dae Hoo dengan hati-hati.
Ji San menyadari adanya pergerakan yang mencurigakan dari beberapa pengunjung perayaan. Pandangannya segera tertuju pada Rajanya. Ia segera bergerak mendekat, namun langkahnya tiba-tiba dihentikan oleh beberapa orang berpakaian hitam, sadar bahaya mengancam rajanya Ji San segera berlari kearah lain untuk memberi rajanya peringatan ada bahaya sedang mengintainya, namun lagi-lagi langkahnya diblokir oleh orang-orang berpakaian hitam yang muncul dari arah lain, Ji San terkepung.
"Huh..sial!!", geram Ji San.
,,,,
"Apa yang kau tulis dikertas lampion itu Soo Hwa?", Dae Hoo penasaran.
"Engg...hanya permintaan kecil tuan"
"Ssshhh..bisakah kau memanggilku Dae Hoo saja..aku lebih nyaman jika mendengar kau memanggilku seperti itu"
"Emm..baiklah Dae Hoo" , Soo Hwa sedikit canggung.
"Baiklah..ayo kita terbangkan lampion ini bersama-sama", Dae Hoo bersemangat. Mereka pun melepaskan lampion dari tangan masing-masing perlahan dan menatap lampion-lampion yang perlahan-lahan berterbangan menghiasi langit malam.
"Wahhh..sangat indah", Soo Hwa terpukau dengan indahnya pemandangan malam itu.
"Benar sangat indah..indah seperti dirimu Soo Hwa", ucap Dae Hoo sambil tersenyum memandang Soo Hwa. Soo Hwa tersentak mendengar perkataan Dae Hoo barusan..dia tersipu dan segera menundukkan pandangannya dari tatapan Dae Hoo. Dae Hoo tersenyum melihat tingkah Soo Hwa, perlahan Dae Hoo meraih tangan Soo Hwa dan mengecup punggung tangan itu dengan lembut...Ia pun menatap Soo Hwa dengan penuh kelembutan..membuat Soo Hwa semakin tersipu malu.
Pandangan dan senyum Dae Hoo tiba-tiba teralih oleh beberapa orang yang sepertinya sedang mengawasinya dari jauh..curiga ada yang tidak beres Dae Hoo segera menggenggam tangan Soo Hwa dan menariknya menjauh dari kerumunan. Soo Hwa sedikit terkejut.
"A...ada apa Dae Hoo?", tanya Soo Hwa.
Langkah Dae Hoo terhenti sejenak.."Sepertinya ada yang sedang mengawasi kita..kita harus segera mencari tempat yang aman", Soo Hwa menggangguk dan Dae Hoo segera menggandengnya berjalan menjauh. Para pengintai segera berlari menyusul mereka berdua dari berbagai arah..mereka memblokir setiap jalan menuju istana..mereka sengaja melakukannya agar memancing Dae Hoo kearah hutan. Benar saja Dae Hoo dan Soo Hwa terpojok..mereka pun tidak ada pilihan lain selain berlari keluar gerbang keluar kota Pyehan menuju arah hutan.
"Ahhhh..Sial..mereka pasti sudah merencanakan ini!!", geram Dae Hoo sambil terus berlari bersama Soo Hwa. Ia kemudian mengeluarkan suar merah tanda bahaya yang dilemparkan ke atas langit agar para pengawal bayangannya tahu ada bahaya yang mengincar rajanya.
Sementara itu ditempat lain...
"SRINGGGG...SRAATTTT...BUGHH...BRUKKKK...AKHHHH"
"SRATTT......BRUKK......BUGHH..AKHHHH"
Suara itu terus berulang..Ji San terus melawan sengit dan membabi buta..ia benar-benar harus segera menyingkirkan para penghadang dengan cepat agar segera bisa menyelamatkan rajanya. Rasa khawatir bercampur marah akan yang terjadi pada junjungan terlihat jelas...'berani-beraninya para pengkhianat ini mengincar Yang Mulia'.
Hi gaess..apa ya kelanjutannya?apakah Dae Hoo akan mati?yuk simak terus..jangan lupa like dan komentarnya yahhhh....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Joko Wiyono
4rnuoop
2021-02-03
1