"Aduh maaf, saya malah ketiduran..." dengan terkaget Suci menegakkan duduknya, pipinya bersemu karena malu. Ia kembali meluruskan sandaran jok seperti semula.
Nico menoleh sesaat dengan seulas senyum. "Santai saja...baru mau nyampai kok. Gimana kakinya masih sakit? Apa perlu kontrol lagi?"
"Alhamdulillah, sudah nggak keram. Tidak perlu ke dokter kok. Belok kiri mentok Pak.." Suci memberi arahan saat mobil memasuki kawasan perumahan tempatnya tinggal. Tampak mobil Candra sudah terparkir di halaman. Suci sudah memberi kabar sebelumnya, kalau dia pulang akan diantar Nico.
"Terima kasih untuk tumpangannya Pak Nico..." Suci tersenyum tipis sebelum dirinya keluar dari mobil.
"Sama-sama."
Sampai ketemu besok di kantor!" ujar Nico dengan senyum. Suci melambaikan tangannya saat mobil Nico perlahan meninggalkan dirinya. Sesaat Suci termenung, kenapa tangan ini harus melambai padanya. Padahal seharusnya nggak perlu, seperti melepas pacar pulang saja, batinnya.
Sama halnya dengan sang pemilik mobil yang menatap dari spion, lambaian tangan dan senyuman gadis itu membuat hatinya mengembang.
"Assalamualaikum..." ada Umi yang menjawab salamnya. Jam segini dipastikan Candra sudah ke Masjid. Mengobrol sebentar dengan sang ibu, Suci lalu masuk ke kamarnya untuk mandi dan sholat magrib.
"Umi mau bicara sama kalian..." Suci yang selesai membawa piring kotor beķas Umi dan abangnya ke tempat cuci piring, kembali duduk di kursi semula. Dirinya tidak ikut makan, hanya menemani sambil menikmati buah potong.
"Ada apa Umi?" Candra yang bertanya.
"Suci kan sudah sembuh dan bekerja lagi. Umi di rumah ini kesepian, ke pengajian kan hanya seminggu sekali. Ngobrol dengan tetangga juga nggak tiap hari, untuk apa kalau nggak ada hal penting bisa-bisa ujungnya gibahin orang. Jadi Umi ingin pulang ke Aceh, disana banyak keluarga dan ada kegiatan ke ladang, nggak akan jenuh seperti disini..."
Candra dan Suci saling tatap mendengar penuturan Umi. "Umi, nanti aku yang akan kesepian tanpa Umi..." Suci merajuk menatap Uminya. Selama ini, sehari-harinya mereka begitu dekat, selalu bersama saat di Aceh. Setiap liburan pun Suci tak pernah absen membawa sang ibu bersamanya. Umi, beliau satu-satunya orangtua yang tersisa. Sebisa mungkin Candra dan Suci akan memberi kebahagiaan untuknya.
"Kamu disini ada abangmu yang menemani, Umi akan merasa tenang. Biarkan Umi pulang ya, InsyaAllah nanti sesekali Umi akan datang menengok kalian. Kalau rejeki kalian adanya disini, Umi nggak bisa menyuruh kalian untuk pulang kampung. Semoga aja kalian dapat jodohmya disini juga...." ujar Umi, tersenyum lebar menatap kedua anaknya itu.
Candra dan Suci mengalah demi kebahagiaan uminya. Warga Jakarta yang cenderung individualis, tidak cocok untuk sang ibu sehingga membuatnya tidak betah. Uminya sangat merindukan kampung halaman, dimana suasana gotong royong masih begitu kuat dan hamparan hijau alam memanjakan sejauh mata memandang.
"Umi mau berangkat kapan? Aku akan pesankan tiket pesawat," tanya Candra.
"Lusa aja Nak, pas kalian libur. Biar bisa antar Umi sampai Bandara ya," sahut Umi merasa senang keinginannya disetujui.
Nico tiba di rumahnya pukul 7.30 malam. Mobil terparkir sempurna di dalam garasi di samping mobil ayahnya yang sudah lebih dulu pulang. Langkah kakinya begitu ringan masuk ke dalam rumah. Tampak orangtuanya sedang menikmati makan malam berdua.
"Nak, sini makan dulu..." Bunda memanggilnya saat Nico baru menapakkan kaki di tangga pertama.
"Aku sudah makan di luar Bun. Aku mau mandi dulu..." Nico berseru dari tangga, melanjutkan kembali langkah kakinya menaiki tangga dengan menenteng papar bag.
"Anakmu Yah, pulang kerja semangat sekali, biasanya wajah lelah. Tumben..." Bunda melirik suaminya yang sudah selesai makan.
"Laporan dari asisten Ayah, Nico kerjanya makin bagus dan serius. Sekarang dia sudah ganti sekretaris, kelihatannya Nico merasa cocok. Tadi mereka pergi meeting di luar. Sepertinya sekretaris barunya mempengaruhi mood anakmu jadi makin semangat."
Ayah Hendro secara diam-diam mengawasi kinerja Nico melalui asistennya. Laporan berkala diberikan Yosef asistennya, terakhir tadi siang. Nico akan menjadi penerus perusahaannya, makanya kinerja dia terus dipantau sampai Ayah yakin anak bungsunya itu pantas mengganti kedudukannya.
****
"Semangat pagi Pak Nico, ini kopi less sugarnya..." Suci menyimpan secangkir kopi yang masih mengepulkan uap panas di atas meja kerja Nico.
"Thank you Suci. Ini kamu yang buat ?" tanya Nico sambil menyesap pelan kopi yang masih panas, aroma wangi kopi menyusup ke hidungnya.
"Iya saya Pak. Nggak enak ya?"
"Hm Enak banget malah. Apa kopinya ganti merk ? rasanya kok lebih enak dari yang biasa OB buat." Nico kembali menyeruput kopi dengan gaya seperti iklan di tv dengan slogan "Secangkir kopi di pagi hari memberikan semangat sepanjang hari!"
Suci tersenyum lega, dikiranya Nico nggak menyukai kopi buatannya itu. "Saya seduh kopi hitam yang biasa di pantry kok pak, nggak ganti merk."
"Masa sih? Beneran enak buatanmu ini. Jangan-jangan ditambahin sianida..." Nico menaikkan kedua alisnya.
"Mati dong Pak." Suci dan Nico tertawa bersama. Suasana kerja jumat pagi ini sungguh menyenangkan dirasakan Nico. Diawali dengan sambutan senyum hangat sang sekretaris saat dirinya datang, dilanjut sajian secangkir kopi yang membangkitkan good mood.
"Saya ingin kopi seperti ini ada setiap pagi. Dan harus kamu yang buat ya!"
"Siap Boss. Saya permisi dulu..." Suci berlalu meninggalkan ruangan bossnya itu. Nico terkekeh dengar jawaban Suci. Ia menatap punggung sekretarisnya itu sampai tak terlihat saat pintu di tutup.
Nico mengganti kemejanya dengan baju koko putih yang ia bawa dari rumah. Setengah jam lagi waktunya sholat jumat, ia merapihkan baju juga rambutnya di depan cermin kamar mandi.
"Saya ke masjid dulu ya..." ujar Nico saat melewati meja kerja Suci. Suci menjawab iya, seulas senyum menghias bibirnya melihat tampilan sang boss yang makin tampan memakai baju koko.
"Rinto, Bayu, ayo berangkat bareng!" Nico berdiri di depan kubikel stafnya yang langsung terkejut melihat bossnya mengajak ke masjid.
"Iy-iya Pak, mari..." Bayu dan Rinto kompak berdiri mengikuti berjalan di belakang bossnya. Bayu menatap Rinto dengan mengkerutkan keningnya, Rinto hanya menanggapi.dengan menaikkan bahunya.
Ada Dina dan Rere yang masih terhipnotis dengan penampilan sang boss. "Gila-gila...gue berasa mimpi lihat boss tampan ngajak jum'atan. Mimpi apa gue semalam..." Rere menepuk-nepuk pipinya sendiri. Supaya sadar apakah yang dilihatnya nyata atau mimpi.
"Sama, gue juga mikir begitu. Gue sampai mau ileran lihat pesona si boss hanya dengan pakai baju koko, biasanya selalu formal. Gimana kalau tanpa baju ya...." sahut Dina yang mendapat lemparan tipe ex dari Rere.
"Otakmu itu...perlu di rukyah!" sungut Rere yang dibalas gelak tawa si Dina.
"Kita ke ruangannya Suci yuk mumpung kaum Adam lagi jum'atan..." ajak Dina.
****
"Masa sih? Kening Suci berkerut mendengar cerita Dina dan Rere.
"Beneran Suci, kita tuh bukannya ngegibah jelek si boss. Dia memang boss yang baik, tapi belum pernah kita lihat dia jum'atan yang notebene sholat seminggu sekali itu. Jum'atan aja nggak, bisa jadi sholat harian juga nggak." ujar Rere yang diperkuat dengan anggukan Dina.
Suci terdiam mencerna perkataan kedua teman barunya itu. Jika kilas balik hari kemarin, bisa jadi apa yang dikatakan Dina dan Rere itu benar. Soalnya kemarin hanya dirinya sendiri yang melaksanakan sholat Duhur dan Ashar.
"Ishh Suci. Malah bengong..." Dina mencolek lengan Suci yang membuatnya terperanjat.
"Ya, kenapa ?" tanya Suci kembali fokus menanggapi Dina dan Rere.
"Aku tuh penasaran. Kamu kasih makan atau minum apa sih sampai si boss berubah..." Rere mulai kepo, ia menopang dagu di atas meja Suci dengan kedua tangannya.
"Hmm, nggak ada. Aku hanya menyajikan secangkir kopi setiap pagi..." Suci menggedikan bahunya.
"Ah jangan-jangan kamu mengasih hati....cieee...." Dina dan Rere kompak menggoda Suci sambil tertawa, yang dibalas Suci dengan pukulan ke tangan mereka dengan menggunakan berkas yang ada di depannya.
………………………………………………………
Tanyanya sama Author kenapa Nico berubah 😉
Jangan lupa :
Like tiap bab nya
Komen biar rame
Vote seikhlasnya
Laf u 😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Alifah Nurin
kopi sianida nya manjur kali jadi tobat /Hey/
2025-01-09
0
werdi kaboel
semangat perubahan
2024-09-10
0
bibi
up
2024-07-29
0