Nico PoV
Malam ini aku kembali terjaga dengan tubuh yang panas dan berkeringat. Mimpi kecelakaan itu datang lagi, ini sudah ketiga kalinya aku bermimpi. Seolah mimpi ini mengingatkan aku untuk bertanggung jawab. Aku meneguk segelas air putih sampai tandas. Mimpi yang menegangkan membuat tubuhku lelah dan haus.
Selama dua minggu ini aku fokus menghandle perusahaan yang sedang oleng karena omset menurun, semua karena kesalahanku yang tidak profesional. Rasa kekecewaan terhadap Vita juga terlupa karena kesibukan. Aku harus melobi kembali rekanan yang sudah membatalkan kontrak order. Karena ribuan karyawan garment menjadi taruhannya, mereka terancam PHK karena order perusahaan berkurang.
Baiklah, besok aku akan meminta Malik mencari informasi. Selama ini dia bisa dipercaya menjadi informan soal kehidupan Vita.
Author PoV
Nico menuruni tangga dengan tergesa. Pagi ini ada rapat penting semua divisi bersama direktur yang tak lain adalah ayahnya sendiri dan beliau sangat disiplin waktu. Nico bangun kesiangan karena setelah mimpi tengah malam itu dia tidak bisa tidur lagi, baru bisa tidur jam tiga dini hari.
"Sarapan dulu nak...." Bunda sudah menyediakan roti oles di meja makan untuk dirinya dan Nico, karena Ayah Hendro sudah sarapan duluan dan berangkat ke kantor.
"Sambil jalan aja Bun, aku kesiangan..." sahut Nico. Dia meneguk teh manis dan menyambar setangkup roti. Dia mencium pipi bundanya lalu berlari menuju garasi, mengeluarkan mobilnya.
Jalanan pagi Jakarta sudah padat dengan kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Hampir dengan tujuan yang sama, menempuh perjalanan untuk bekerja. Jakarta menjadi daya tarik kaum urban meninggalkan desanya untuk mengadu nasib mengharap penghidupan yang lebih baik. Pantas saja, Jakarta menjadi rangking pertama jumlah penduduk terbanyak se Indonesia.
Ponsel Nico yang tersimpan di dashboard berdering. Nico buru-buru memakai headset bluetooth.
"Ya Yola ?"
"Pak, 15 menit lagi rapat akan dimulai. Pak Nico posisi dimana ?" Yola, sekretarisnya yang menelpon.
"Saya masih dijalan, sebentar lagi sampai. Kamu siapkan saja berkas presentasinya, nanti saya langsung ke ruang rapat," Nico menjawab sambil matanya konsentrasi menatap jalanan.
"Baik Pak. Kalau gitu saya tutup telponnya," ujar Yola disebrang.
Nico sampai di ruang rapat pas saat rapat akan dimulai oleh moderator. Dia duduk disamping sekretarisnya dengan nafas masih terengah karena berlari. Manager dari semua departemen memberikan laporannya. Termasuk Nico yang menjabat Manager Pemasaran, memaparkan kinerjanya yang telah berhasil mengikat kontrak kerjasama sehingga karyawan pabrik yang telah dirumahkan kini bisa bekerja kembali.
"Pak Nico, selamat ! sudah berhasil mendapatkan kembali kontrak order. Pabrik sudah menggeliat lagi sekarang," Candra selaku manager produksi, menjabat tangan Nico dengan sumringah. Rapat baru saja berakhir.
"Sama-sama Pak Candra...tugas kita sangat berkaitan. Kita harus solid dan salimg suport!" Nico menerima uluran tangan Candra. Dua pria tampan itu berpisah menuju ruangan masing-masing.
"Sorry bro, nunggu lama ya...." ujar Nico saat melihat Malik sudah ada diruangannya, duduk memainkan ponselnya. Mereka saling mengepalkan tangan melakukan tos .
"Baru 15 menit. Ada tugas soal Vita lagi ?" ujar Malik to the point.
Nico menggelengkan kepalanya. "Bukan bro, aku sudah tak peduli dia lagi yang ada malah menyesal. Aku sudah jadi pria bodoh yang dibutakan cinta." Nico merebahkan punggungnya disandaran sofa, tangannya memijit pelipis karena merasa pening.
"Ck, kamu baru nyadar sekarang setelah sekian tahun. Ada ya pria kayak lo dimuka bumi ini...padahal cewek tuh banyak--" Malik tersenyum sinis. Sahabatnya itu, selama ini susah dikasih masukan. Pendiriannya pengkuh hanya mengharap satu wanita saja.
"Yaa wajar dong...karena dia cinta pertama gue...kata orang cinta pertama itu sulit dihilangkan," ujar Nico membela diri. Meski dalam hati ia mengakui kebodohannya.
"Lagian kamu sekarang gak perlu lagi mikirin dia. Kamu sudah baca berita yang lagi viral nggak ?"
"Apa hubungannya ?" Nico mengernyit.
Malik menyerahkan hape nya. "Nih...baca aja sendiri !" Nico dengan bingung menerima hape dan melihat ke layar. Matanya langsung membelalak, " Vita....." lirihnya. Hape ditangannya hampir terjatuh kalau Malik tak sigap meraihnya.
"Tragis sekali nasibmu Vita.... Dasar si Edward brengsek !" Nico melampiaskan emosinya dengan menonjok tembok. "Arghhhh" Nico berteriak, meremas rambutnya. Perasaannya menjadi campur aduk. Iba, sedih, kesal, dan marah.
"Saatnya kamu membuka diri untuk cewek lain bro--" Malik menepuk-nepuk bahu Nico memberi dukungan.
Nico diam tak menanggapi usulan Malik. "Ada tugas baru untukmu bro! Nico mengalihkan pembicaraan. Ia menatap Malik dengan serius. "Waktu di Medan, aku nabrak seorang wanita......" Nico mulai menceritakan dengan detail peristiwa waktu itu.
"Jadi, kamu segera cari informasi! Aku merasa diteror dengan mimpi itu. Aku dari awal berniat tanggung jawab hanya sikon belum juga berpihak," jelas Nico sedikit mengeluh.
"Oke. Aku berangkat sekarang juga, jangan lupa transfer untuk akomodasinya !" Malik beranjak dari duduknya, tanpa membuang waktu, ia pamit saling tos.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Ihza
ayahnya Dika....baca papa buye dulu sih bz g sabar bagus bgt cerita mizyan...paling bagus mnurtQ sih
2024-07-13
5
Ihza
kakaknya suci🤔
2024-07-13
0
Jumadin Adin
candra itu kk suci ya....wah satu kantor
2023-07-03
1