Nico kembali ke hotel tempatnya menginap. Malam ini perasaannya sungguh kacau dan campur aduk. Rasa kesal dan kecewa kini bertambah dengan perasaan bersalah karena insiden menabrak orang.
"Besok aku harus mencari tahu...." Nico bergumam, berjalan mondar-mandir.
Hape di sakunya bergetar. Dia melihat ada panggilan dari Bunda.
"Bunda..." Nico mengangkat teleponnya.
"Kamu dimana nak...." suara Bunda disebrang.
"Aku di Medan...maaf gak ngasih kabar Bunda...." Nico menghela nafas berat.
"Pokoknya besok kamu harus pulang nak....perusahaan lagi kolaps karena kamu sering meninggalkan begitu saja. Bunda tunggu dirumah ya sayang...," suara lembut Bunda memang selalu bisa membuat Nico luluh. Bunda sudah mengakhiri teleponnya.
***
"Itu yang nabrak benar-benar gak punya hati, main kabur aja..."
"Bener itu Bang, coba mikir kalau itu menimpa keluarganya. Saya sampai gak tega lihat Ibu nya terus-terusan nangis sepanjang jalan. Saya tadi malam antar sampai IGD, entah gimana sekarang keadaannya....."
Nico yang duduk di warung kopi dekat tempat kejadian, mendengarkan pembicaraan orang-orang yang sedang ngopi. Kejadian kecelakaan semalam masih menjadi obrolan hangat. Pagi ini Nico sengaja mengunjungi lokasi dengan memakai motor mencoba mengorek informasi.
"Baiklah, aku ke rumah sakit saja sekarang," batin Nico.
Nico berjalan dengan cepat memasuki Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi yang tampak ramai dengan pengunjung dan aktivitas petugas .
"Pagi mbak, saya mau minta informasi tentang korban kecelakaan tadi malam," Nico saat sampai langsung menuju ruang informasi.
"Atas nama siapa ya pak ?" tanya petugas denga ramah.
"Hm, saya tidak tahu namanya mbak, tapi dia seorang wanita, korban tabrak lari," sahut Nico.
"Tunggu sebentar ya pak, saya cek dulu," petugas mengecek data base di komputer nya.
"Tadi malam ada dua korban kecelakaan pak, keduanya laki-laki. Tapi yang satu orang dinyatakan meninggal setelah ditangani di IGD."
"Apa mbak yakin korbannya laki-laki ?" Nico tampak mengerutkan kening.
"Betul pak, mungkin tidak dibawa ke rumah sakit sini pak." ujar petugas.
"Oh ya sudah, terima kasih mbak," Nico tersenyum tipis, berlalu keluar meninggalkan rumah sakit.
Dia melirik jam yang melingkar ditangannya. Sudah tidak ada waktu lagi untuk mencari info. Satu jam lagi jadwal keberangkatan pesawat. Waktunya untuk pergi ke bandara Kualanamu, meninggalkan Medan menuju Jakarta.
****
Plak. Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Nico.
"Jangan balik lagi sekalian ! Kerjamu hanya bikin masalah terus !" Ayah Hendro menyambut kepulangan Nico di rumah dengan amarah.
Nico hanya diam menundukkan wajahya. Dia sadar diri, kesalahannya begitu banyak.
"Kamu hanya menghabiskan waktu untuk mengejar wanita, sampai.mengabaikan tanggung jawabmu di perusahaan. Dimana akal sehatmu hah !!" Ayah kembali berteriak melampiaskan kemarahannya.
"Ayah, sudah...tenangkan diri dulu...jangan sampai darah tinggi ayah kumat." Bunda Dewi menarik lengan suaminya untuk duduk.
"Ayah, Bunda....Nico minta maaf. Nico sangat menyesal, Yah. Beri lagi satu kali kesempatan untuk memperbaikinya. Nico janji kalau sampai mengecewakan Ayah sama Bunda lagi, Nico akan keluar dari rumah ini."
"Oke. Ayah kasih kamu kesempatan terakhir. Perusahaan sekarang sedang merugi besar, investor membatalkan beberapa proyek kerjasama gara-gara kamu. Kamu harus bisa membuat perusahaan sehat kembali. Kalau tidak, perusahaan dan rumah ini akan disita Bank. Kita akan jadi gelandangan." Ayah menurunkan intonasinya, berkata sedikit parau.
"Nico janji Yah. Semua akan kembali normal bahkan lebih naik." ujar Nico optimis. Ayah tidak menjawab, dia berlalu menuju kamarnya.
"Kamu tunggu disini nak, Bunda ambilkan es batu dulu..." Bunda memeriksa wajah anaknya yang memar dan sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Aira Azzahra Humaira
next
2024-11-30
1
Yuli Yuliani Natabraja
Ayo Nico, bakti pada orang tua, berkah hidup jaminan nya..
2023-08-23
1
Jumadin Adin
lanjut
2023-07-03
0