Suci sudah berada di tempat penjemputan bandara Soekarno Hatta. Penerbangan Aceh Jakarta ditempuh hampir 3 jam. Matanya mengamati orang-orang mencari keberadaan abangnya. Sambil menunggu Umi yang sedang ke toilet, Suci mencoba menghubungi abangnya. Suasana bandara di akhir pekan nampak ramai.
"Astagfirullahal'adziim..." pekik Suci. Hape nya terjatuh saat seseorang menabrak kursi rodanya dari samping.
"Maaf-maaf mbak...saya tidak sengaja...maaf..." pria itu mengambil hape yang terjatuh depan kursi roda dan memperhatikan kondisinya.
"Apa hape nya rusak ? biar saya ganti." pria itu memberikannya kepada Suci sambil mengamati ekspresinya.
"Hape nya nggak apa-apa kok," Suci terseyum tipis, sekilas menatap pria asing didepannya.
"Sekali lagi maaf ya mbak...tadi saya lihat hape jadi jalan gak fokus," ujarnya menatap Suci, masih merasa bersalah.
"Nico...." seseorang melambai ke arah pria itu.
"Permisi ya mbak....saya tinggal dulu" dia tersenyum menatap Suci sekilas lalu berjalan menuju orang yang memangilnya.
"Abangmu sudah ada belum...?" Umi datang menghampiri Suci yang sedang memperhatikan hape nya. "Belum umi....sebentar aku telepon dulu..." jawab Suci.
"Hei....maaf-maaf, aku terjebak macet jadi telat," Candra tiba-tiba muncul dekat mereka, mencium tangan Umi dan Suci mencium tangannya Candra.
"Ayo bang...aku udah gerah pengen istirahat..." ajak Suci. Kursi rodanya didorong Candra menuju parkiran.
Sepanjang perjalanan menuju rumah, Suci terus mengamati pemandangan luar, banyak sekali perubahan.Terakhir keluarganya tinggal di Jakarta saat Suci lulus SMP. Waktu itu Abi meninggal dunia karena sakit. Sehingga diputuskan untuk pulang ke Aceh, kampung halaman Umi.
Suci menoleh ke samping, abangnya sedang fokus mengemudi. "Bang, tempat tidur aku masih bagus nggak ? soalnya sudah lama sekali..."
"Sudah rusak dong. Abang sudah beli yang baru, nanti lihat saja...kamu akan pangling," sahut Candra, pandangannya tetap fokus ke jalan yang padat kendaraan. Tidak boleh lengah karena kadang ada motor yang tidak sabaran sampai menyalip seenaknya.
Setelah menempuh perjalanan 1,5 jam akhirnya sampai di rumah 2 lantai type 60. Rumah peninggalan Abi nya dulu. "Pelan-pelan gendongnya bang..." Suci meringis saat kakinya kejedug pintu mobil. "Eh maaf nggak sengaja...." ujar Candra kaget. Dia langsung mendorong kursi roda Suci memasuki rumah.
Suci menatap sekeliling rumah yang tidak berubah penataannya sejak dulu begitu pun warna cat. "Abang sengaja tidak merubahnya, biar kita selalu ingat dengan kenangan masa kecil..." Candra seolah bisa membaca sorot mata adiknya itu.
"Umi mau lihat ke atas dulu ya..." Umi meninggalkan anak-anaknya yang masih melihat-lihat foto-foto keluarga yang terpajang di dinding.
"Bang, aku mau melamar kerja di tempat abang ya," pinta Suci. Dirinya saat di Aceh bekerja sebagai sekretaris dan terpaksa harus resign karena kecelakaan itu.
"Boleh, nanti abang bantu. Makanya kamu harus semangat agar bisa sembuh lebih cepat." Candra mengusap kepala Suci penuh sayang. "Kamu istirahat dulu dek...ayo abang antar ke kamar..." Candra mendorong kursi roda menuju kamar Suci yang hanya ada 2 kamar di lantai bawah, satu lagi kamar Umi.
Suci membuka hijabnya mengurai rambut panjang sebahu yang hitam lurus. Akan butuh adaptasi lagi tinggal di Jakarta yang udaranya panas. Candra sudah meninggalkan Suci sendiri di kamarnya. "10 hari lagi pernikahan bang Rafa, dan aku akan memulai lembaran baru disini," Suci membatin.
******
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Aira Azzahra Humaira
semangat suci kebahagiaan menanti mu
2024-12-01
0
Naya
Yuuu ramaikan novel ini, cikal bakal dari novel "Melukis Senja" yang kereeen banget 😍
2024-07-14
1
Reiva Momi
semangat Suci👍
2022-06-20
2