Nico berjalan mondar-mandir di dalam ruangannya, sesekali meremas rambut saat kepala terasa pening. Hari ini penuh kejutan, keputusan penguji sudah final, Suci akan menjadi sekretarisnya, ia hasil seleksi terbaik. Itu artinya mulai besok Nico akan berhubungan intens setiap hari. Takdir memang tak bisa ditebak, hari esok tidak ada yang tahu.
Suci duduk di kursi tunggu lobby kantor. Abangnya sebelumnya mengabari untuk menunggunya, kurang lebih 30 menit lagi waktunya bubar kantor. Waktu luang ia manfaatkan untuk mengamati sekeliling, mempelajari situasi agar bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja barunya itu.
Yang ditunggu akhirnya datang mendekat, "Selamat ya, abang udah yakin kamu akan lolos" Candra mengusap kepala Suci yang berbalut hijab dengan mengembangkan senyum penuh kebanggaan. Suci hanya menanggapi dengan seulas senyum sumringah. Mereka berjalan bersisian meninggalkan lobby kantor.
Di dua sudut berbeda yang tersekat kaca bening, ada dua orang yang berdiri terpaku menatap kedekatan Suci dan Candra. Mereka adalah Nico dan Salma yang sama-sama akan menuju lobby untuk pulang di tengah lalu lalang karyawan yang bertahap keluar dari lift di jam bubar kantor.
"Dua saudara yang kompak. Mudah-mudahan adiknya seloyal kakaknya," Nico membatin.
"Siapa wanita yang bersama Pak Candra....apakah hari ini harì patah hati untukku..." batin Salma dengan tatapan sendu.
****
Ini hari pertama Suci menjadi sekretaris Nico, Yola akan membimbingnya mempelajari tugas-tugas sampai esok. Yola memutuskan mempercepat resignnya karena merasa ada keluhan dipinggangnya dikehamilan yang sudah besar itu.
"Pagi Pak, saya buatkan kopi hitam less sugar untuk Pak Nico," Suci masuk setelah mengetuk pintu, membawa nampan yang di atasnya tersaji secangkir kopi panas. Aroma robusta menguar menusuk indra pencium Nico. Ia menyimpannya di meja kerja sang bos.
"Terima kasih, Su- ci..." Nico tampak kaku mengucap namanya. Ini kali pertama ia menatap Suci dari jarak dekat, wajah nan cantik dengan simple make up.
"Saya akan kembali nanti membawa berkas laporan dari divisi, sekarang mau di print dulu. Mohon bimbingannya jika kinerja saya masih kurang memuaskan Pak." Suci membungkukkan badannya sebelum pamit meninggalkan ruangan.
"Ok"
Satu kata yang mampu Nico ucapkan, lidahnya terasa kaku. Berada satu ruangan dengannya hanya beberapa menit mampu membuat otaknya bleng. Aneh, batinnya.
Sebelum jam istirahat, Nico memanggil Yola ke ruangannya. Dengan satu tangan memegang pinggang dan tangan kiri mengusap perut, Yola duduk menghadap atasannya itu. Nico merasa kasihan melihat ibu hamil yang tampak terepotan itu.
"Yola, bagaimana pendapatmu ?"
Yola mengkerutkan keningnya, pertanyaan Nico terasa ambigu. "Pendapat apa nih Pak Nico?"
"Suci. Bagaimana skill dia menurutmu ?" kembali Nico mengulang pertanyaannya.
Yola tersenyum tipis, bibirnya melengkung kata "Oh". "Tidak salah pilih Pak, dia sekretaris yang cerdas. Materi yang saya kasih sudah difahaminya. Dan....dia sangat cantik lho Pak...." Kalimat terakhir Yola sampaikan dengan hati-hati takut membuat Nico marah. Tapi Yola berani mencandainya karena sejauh yang ia tahu watak Nico itu tegas, humble dengan bawahan meski tidak humoris.
"Kamu bisa aja...." jawab Nico pendek. Tapi hati kecilnya mengakui kalau Suci memang sangat cantik saat tadi pagi ia melihatnya dari jarak dekat.
"Oh ya Yola, melihatmu terhuyung dengan perut besar, aku kok jadi merasa mulas ya, takut tiba-tiba mbrojol. Kalau kamu mau, besok kamu sudah bisa istirahat..." ucap Nico dengan raut meringis ngilu.
"He he kalau mborojol nggak akan dulu Pak....masih 5 minggu lagi HPL nya. Hanya saja saya jadi sering sakit pinggang aja dan mudah cape. Saya senang kalau hari ini terakhir saya kerja. Terima kasih banyak lho Pak Nico." Yola tersenyum sumringah.
"Selain gaji terakhir dan reward, aku akan memberimu bonus dari saku pribadi. Kamu sudah mengabdi dan bekerja dengan baik selama ini." pungkas Nico.
****
Untuk pertama kalinya Suci makan di kantin perusahaan. Bersama Yola dan Salma, mereka duduk bertiga makan siang sekaligus perpisahan Yola. Suci dan Salma telah saling berkenalan dengan perantara Yola.
"Aku akan pamit pada kalian, sedih sih tapi aku sama sekali tidak menyesal. Setelah hari ini, aku akan fokus mengurus rumah tangga. Semoga kalian bisa akrab ya..." wanita berhijab bernama Yola itu menggenggam tangan Salma dan Suci dengan mata berkaca-kaca.
"Terima kasih untuk bimbingannya hari ini mbak Yola. Semoga lahirannya lancar dan selamat Ibu dan babynya..." ujar Suci tulus.
Salma ikut mendoakan hal yang sama. Sesekali dirinya melirik Suci, ternyata wanita yang ia lihat kemarin kini ada di depannya. Garis wajahnya sama, indo arab. Apakah Candra mencari jodoh yang satu garis dengannya, batin Salma.
"Mbak Salma di departemen mana ?" tanya Suci ramah.
"Panggil Salma saja ya...aku pun akan memanggilmu Suci biar lebih akrab," tawar Salma sebelum menjawab pertanyaan. Suci pun mengulas senyum dan mengangguk setuju.
"Aku dari Departemen Produksi, sekretaris Pak Candra Al Katiri. Ruangannya di lantai tiga..." lanjut Salma.
"Oh..sekretaris abang..." mata Suci berbinar dan bibirnya tersenyum lebar.
"Maksudnya abang?" Salma mengernyit, Yola pun ikut penasaran apa maksud dari perkataan Suci.
"Bang Candra, dia kakakku. Tapi aku masuk kesini melalui prosedur kok, bukan nepotisme...." Suci berkata serius, jangan sampai orang berprasangka dirinya masuk karena orang dalam.
"Oh ya!" serempak Yola dan Salma memekik terkejut. Sampai sebagian orang yang sedang makan menoleh ke arah meja mereka.
"Wow. Surprise!" Hanya dua kata yang terucap dari bibir Salma, matanya membulat sempurna. Takjub, baginya ini kabar baik.
"Iya, aku tahu itu. Tenang aja...kan aku juga ikut menyeleksimu...." Yola tertawa kecil, ia menepuk bahu Suci yang duduk di sisinya.
Senyum Salma merekah sempurna, hatinya menjadi lega. Harapan untuk mendapatkan hatinya Candra kembali mengangkasa.
"Aku nggak salah kan menyukai atasan sendiri, Pak Candra. Kita sama-sama masih sendiri. Kehadiran adiknya disini semoga bisa menjadi jembatan menuju cinta yang ingin ku gapai. Belum ada keberanian untukku mengutarakan isi hati. Biarlah dulu mencintai dalam diam. (Salma)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Novnov
Berkali kali baca novel karya mba nia, ga pernah bosen
2024-09-22
0
Nenti iis Fatimah
meskipun ini yg kedua kali baca novel ini tp tetep suka berasa baru pertama baca
2023-06-08
0
Ida Farida
Semoga Salma berjodoh
2023-03-13
0