I Still Want You

I Still Want You

1. kucing kecil yang bodoh.

Aku yang melihatnya berbeda, entah mengapa dia nampak begitu indah di mataku. Tatapan matanya yang tajam membuat jantungku seketika itu juga bisa berdetak dengan kencang, sungguh perasaan yang ajaib. Senyum manisnya mampu membuat hatiku berbunga bahagia, hingga seketika muncul keinginanku yang ingin memiliki senyum dan tatapan indah yang teduh milik pria yang bahkan belum aku kenal itu. Yah.. Aku bahkan dengan cepat telah menyadari perasaanku yang sudah jatuh cinta padanya, hanya dengan pandangan pertamaku.

(Elvan Ayuka Bagaskara)

Happy Reading

"Dikaaaaaa"

Teriakan keras gadis itu saat sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menghantam tubuhnya, benturan yang amat keras hingga membuat tubuh itu terpental jauh beberapa meter dan berakhir dengan kepala beradu dengan trotoar jalan yang sore itu tidak cukup ramai. Tatapannya yang mulai gelap menengadah ke atas, napas yang semakin menipis dan pendek bersamaan dengan darah segar yang kental keluar dari kepala, mulut, dan hidung gadis itu. Mulutnya yang telah dipenuhi darah segar perlahan bergerak seolah sedang menggumamkan sesuatu.

"Kakak.. Maafkan aku, bisakah kakak memelukku.. Aku kedinginan.. Ini terlalu menyakitkan.. Ma.. Maafkan aku."

Gumam kecil gadis itu dengan air mata yang menitik dari sudut mata kebiruannya, tubuhnya bergetar hebat menahan rasa sakit, nafaspun mulai melemah, semakin pendek, bersamaan dengan tatapan matanya yang semakin gelap, tetesan air hujan yang sore itu tiba tiba turun menyapa wajahnya yang semakin pucat dengan tubuh yang tidak bergeming lagi.

"Aku mencintaimu.. "

Ucap gadis itu berbisik saat melihat samar sosok yang tengah berlari sambil meneriakkan namanya, sampai akhirnya pandangan itu benar benar gelap, hening, dan tidak merasakan apapun lagi. Tubuh dingin itu terkulai, mata yang di penuhi air mata tertutup perlahan, hanya ada suara rintik hujan dan angin yang meniup jejeran pohon maple hingga membuat daun oranye itu berguguran bersamaan dengan suara teriakan dan isakan dari pria yang saat ini memeluk tubuhnya erat.

* * * * *

5 bulan yang lalu.

Sore ini hujan turun cukup deras mengguyur kota X, hingga memaksa semua orang yang beraktivitas di luar ruangan berlarian untuk menghindar agar tubuh mereka tetap kering tidak terkena air hujan, begitupun dengan beberapa pengunjung di sebuah kedai kopi yang terpaksa harus menunggu lebih lama sampai hujan sedikit mereda. Namun tidak dengan Ayuka yang sepertinya nampak sedang mengejar waktu hingga ia nekat keluar dari kedai kopi yang sejak satu jam lalu di kunjunginya. Ia mulai berlari kecil sambil melindungi kepalanya dengan menggunakan tas miliknya agar tidak sepenuhnya terkena air hujan.

Gadis berambut panjang kecoklatan itu terus berlari kecil menyebrangi jalan yang tidak begitu padat untuk mengejar Bis yang sebentar lagi akan melaju meninggalkan halte itu. Namun belum sempat ia mencapai ujung jalan itu, tiba-tiba suara decitan mobil terdengar cukup nyaring berhenti dengan paksa tepat di sampingnya, hanya berjarak stengah meter dari tubuhnya yang saat ini sudah bergetar, tidak bergeming karena terkejut.

Apa aku masih hidup?

Batin Ayuka yang masih memejam, tangannya yang bergetar masih menutupi kedua telinganya, wajah oval itu terlihat pucat pasi dengan jantung yang masih berdetak hebat.

"Sampai kapan kau akan terus berada di situ Nona?"

Seru seseorang dari dalam mobil Sport hitam yang tadi nyaris menggilas tubuh rampingnya, tanpa berniat untuk keluar dari mobilnya. Pria itu hanya mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil sambil terus mengamati gadis yang masih bersimpuh dengan tubuh yang sedikit bergetar. Perlahan Ayuka membuka kelopak matanya yang sedari tadi tertutup sangat rapat sambil menoleh kearah suara bariton dari pria yang sejak tadi menatapnya.

Pria berwajah manly, dengan tulang pipi yang begitu tegas, hidung mancung, mata seindah galaksi namun begitu tajam, bersurai hitam legam sangat kontras dengan kulit putihnya juga bibir tipisnya. "tampan" satu kata untuk mendeskripsikan pria tersebut. Bahkan Ayuka sempat terpukau dengan wajah yang sedari tadi di tatapnya.

Sambil berdiri perlahan, lututnya yang masih sedikit gemetar berusaha di tahannya agar tidak terjatuh, dan itu sulit membuatnya untuk melangkah. Perlahan ia mengatur nafasnya yang masih tidak beraturan, namun tiba-tiba saja perasaan kesal menghampirinya saat mengingat teriakan keras pria yang dideskripsikan tampan itu, sambil membalas tatapan tajam pria itu yang entah sejak kapan sudah berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini dengan tangan bersedekap di dadanya, senyum kecil tergambar di sudut bibir tipisnya yang sulit diartikan oleh siapapun.

Apa sekarang dia sedang tersenyum? Apa.. kenapa, apa aku terlihat lucu sekarang?

Batin Ayuka yang mulai menebak nebak mengartikan senyum pria di hadapannya itu.

Ah.. Kenapa tiba-tiba saja aku ingin menjambak rambutnya itu

Gerutu kecil Ayuka menyipitkan kedua matanya dengan bibir yang di tekuk.

"Ma.. Maaf," Ucap Ayuka yang masih sedikit syok karena terkejut.

"Tidak masalah, tapi bisakah nona sedikit bergeser? Nona menghalangi jalanku, dan nona akan benar benar basah kuyup jika terus berdiri di sana," Sambung pria bermata coklat itu menatap lekat wajah Ayuka yang sudah benar-benar terlihat pucat.

Lihatlah tubuhnya sampai bergetar **k**arena kedinginan, tapi tidak mau bergeser sedikitpun. Apa karena terkejut membuatnya lupa untuk melangkah.

Batin pria itu, ia bahkan dapat melihat gadis di hadapannya tengah menatap wajahnya kesal, mata bulat kebiruan yang terlihat indah itu jelas menujukan rasa tidak suka padanya, hingga Ayuka tersadar lalu melangkah dengan tenaga yang masih tersisa.

Dasar gadis manja.

"Tunggu." Seru pria itu yang tiba tiba menghentikan langkah Ayuka yang sudah berada di atas trotoar sisi jalan.

Apalagi sekarang, tolonglah.. Aku sangat kedinginan, aku terburu-buru dan tidak ingin meladenimu.

Batin Ayuka, tapi belum sempat ia berpaling, tiba tiba ia merasakan tubuhnya yang terasa hangat, ada sesuatu yang menutupi tubuhnya.

Jaket?

Gumam Ayuka yang masih mematung sambil memegang pundaknya yang sudah tertutupi oleh jaket hitam berbahan kulit tersebut.

"Apa yang Anda.. "

Pertanyaan Ayuka terhenti saat pria yang baru saja lima menit lalu meneriakinya dengan lumayan keras kini sudah tepat berdiri di hadapannya.

"Nona akan menjadi pusat perhatian bila berjalan dengan keadaan seperti tadi."

Jawab pria itu menatap wajah pucat Ayuka sebelum ia mengalihkan pandangannya kearah lain sambil terbatuk.

"Kenapa aku harus menjadi pusat perhatian orang lain?" Tanya Ayuka yang masih belum menyadari kondisinya saat ini.

"Bahkan aku tidak... "

Kalimat Ayuka terhenti saat ia melihat keadaan dirinya, dan kali ini mulutnya mengatup saat menyadari pakaian dalamnya terekspos karena baju luaran yang di kenalannya basah. Wajah Ayuka seketika memerah.

Dasar bodoh.

Batin Ayuka sibuk memaki dirinya sendiri sambil menyilangkan kedua tangannya dia atas dadanya yang terlihat sangat menggoda saat ini. Apalagi pria yang sejak tadi bersamanya sempat melihatnya.

Apa, kenapa dia tersenyum? Apa aku sekarang terlihat bodoh baginya?

Lagi lagi Ayuka hanya bisa membatin saat mendapati pria dia hadapannya itu tersenyum sambil menutup mulutnya menggunakan punggung tangannya, sedang tangannya yang lain berkacak pinggang, sebelum akhirnya pria itu merapikan jaket yang dipakai Ayuka agar tubuh mungil itu tertutupi sempurna.

"Dasar ceroboh." Gumam pria itu namun terdengar jelas di telinga Ayuka.

"Nona terlihat seprti seekor anak kucing kecil yang bodoh." Ucap pria itu terkekeh saat melihat tubuh Ayuka tenggelam karena ukuran jaketnya yang kebesaran.

"Apa? Ku.. Kucing? Bodoh?"

Tanya Ayuka mengernyit, raut wajahnya terlihat kesal namun juga memerah karena pria yang sedang tersenyum itu terlihat sangat manis saat menunjukkan deretan giginya yang putih.

"Hentikan." Seru Ayuka yang terdengar seperti suatu perintah.

"Terimakasih, karena sudah meminjamkan.. " Ucap Ayuka sambil tertunduk sebelum akhirnya ia kembali menatap pria itu yang hanya mengangguk.

"Hmm."

"Dan bisakah anda berhenti untuk menatapku?" Tanya Ayuka yang spontan membuat pria itu mengernyit sambil memiringkan kepalanya.

"Jangan berfikiran yang aneh aneh dulu, aku hanya memastikan apakah Nona sudah aman dari pandangan laki-laki di sekitar sini dengan jaket itu." Balas pria itu santai.

"Tapi anda tidak perlu kan menatap seperti itu." Sambung Ayuka yang sebenarnya merasa malu karena jantungnya yang tidak berniat untuk berhenti berdebar saat pria itu menatapnya.

"Ada apa dengan tatapanku? Nona tidak perlu merasa malu, lagi pula aku sudah melihatnya terlebih dulu, dan satu hal, aku juga tidak tertarik dengan..." Jawab pria itu menghentikan kalimatnya, dan kemudian menyeringai seolah sengaja membuat Ayuka semakin gugup karena sudah sejak tadi ia melihat rona merah di wajah gadis berparas manis itu, dan yang parahnya pria itu seolah menikmatinya.

"Hei.. dasar mesum, tidak tertarik tapi anda sempat melihatnya."

Seru Ayuka kesal tapi wajahnya semakin merona,dan kembali menyilangkan tangannya di atas dadanya. Mendengar ucapan reflek dari Ayuka membuat pria itu terkekeh

"Aku melihatnya sebab Nona sejak tadi terus berdiri di hadapanku. Aku juga pria normal Nona, tidak perlu berlebihan seperti itu, lagian belum tentu juga kita akan bertemu lagi, dan lain waktu sebaiknya Nona memperhatikan pakaian jenis apa yang akan Nona kenakan nanti saat keluar rumah. Sekarang sedang musim hujan, setidaknya ingatlah untuk membawa Payung." Ucap pria itu sedikit menggeleng, sedang Ayuka sudah tidak mampu lagi menahan debaran jantungnya yang mungkin sebentar lagi akan meloncat keluar.

"Selamat tinggal kucing kecil." Bisik pria itu sebelum akhirnya melangkah meninggalkan Ayuka yang masih tak bergeming dengan jantung yang berdebar di tambah rona merah di pipinya.

Ia menggigit bibir bawahnya untuk menghilangkan rasa gugupnya sambil terus menatap punggung lebar pria itu yang semakin menjauh dari pandangannya. Sampai pria itu menghilang bersamaan dengan hujan yang sudah mereda sejak semenit lalu, menyisakan rasa yang sulit untuk di artikan gadis itu, yang jelas ada kebahagiaan di dalam hatinya yang membuatnya tiba tiba tersenyum, apalagi saat aroma khas dari pria itu menyeruak lewat jaket yang sekarang menempel di tubuh mungilnya.

* * * * *

* TO BE CONTINUED.

Terpopuler

Comments

Indah Nihayati

Indah Nihayati

baguss cerita nta

2022-02-25

0

Wie Yanah

Wie Yanah

awal yg baik

2021-04-16

1

Bintang Desember

Bintang Desember

baru awal Thor 😍

2021-03-31

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!