4. Kecemasan Radika.

* KZR GRUP.

Sementara itu diperusahaan KZR Grup, di dalam suatu ruangan, nampak Radika yang disibukkan oleh beberapa dokumen-dokumen penting yang cukup menumpuk. Sesekali ia terlihat memijat pangkal hidungnya sebelum akhirnya ia kembali memeriksa file yang berisi prosedur kerja sama bisnis pada Perusahaan lain yang akan bekerja sama dengan perusahaannya.

"Apa kau sudah menyiapkan formulir permintaan perjanjian dan surat pengesahan? Aku ingin semua di lakukan secepat mungkin," Ucap Radika sambil menyandarkan tubuhnya yang nampak lelah di sandaran kursi. Setelah beberapa jam bergelut dengan berkas-berkas yang menumpuk.

"Saya sudah menyiapkan semuanya Tuan, dan anda bisa menetukan waktu yang tepat untuk melakukan pertemuan."

"Besok." Jawab Radika singkat.

"Baik Tuan," Balas Arka sambil mengumpulkan beberapa file dan dokumen yang sudah di tanda tangani oleh Radika. hingga 15 menit berlalu, Radika masih tetap pada posisinya, memejam sambil terus memijat pangkal hidungnya.

"Anda nampak kelelahan Tuan, saya akan segera menghubungi Dokter Indra untuk memeriksa kondisi anda." Ucap Arka yang nampak terlihat khawatir sambil meraih ponsel yang berada dalam saku jasnya.

"Tidak perlu, kepalaku hanya sedikit pusing karena pengaruh alkohol semalam, tidak ada yang serius."

"Anda yakin? Baiklah Tuan muda, saya hanya akan menghubungi Dokter Indra agar menyiapkan beberapa vitamin buat anda."

"Hmm," Balas Radika singkat sambil terus memijat tengkuk lehernya.

"Arka."

"Iya tuan muda,"

"Soal penyakitku, apa..."

"Ada apa Tuan muda?"

"Apa kau yakin Ayah tidak mengetahuinya?"

"Tentu saja Tuan, sampai saat ini Tuan Kaiden belum mengetahuinya."

Balas Arka sambil meletakkan Tablet yang sejak tadi di pegangnya dan langsung mendudukkan dirinya di atas sofa.

"Ada apa Tuan muda? Apa ada sesuatu yang mengganggu di pikiran anda?"

"Hmm, akhir-akhir ini aku hanya merasa cemas." Ucap Radika menghela nafas panjang. "Bahkan aku merasa tidak ada perkembangan sedikitpun, aku masih saja merasa takut dengan bayangan masa laluku." Lanjutnya lagi.

"Tuan muda.. Anda akan baik-baik saja."

"Apa kau yakin? Apa kau bisa menjamin suatu saat nanti aku bisa sembuh dan menjalani hidup normal seperti biasa? seperti orang lain? aku bahkan selalu berusaha menahan diriku."

"Saya yakin, Tuan muda pasti akan sembuh," Jawab Arka tampa ragu sedikitpun. Sedangkan Radika yang mendengar kalimat Arka hanya bisa tersenyum, meskipun ia sendiri tidak begitu yakin, setidaknya kata-kata Arka saat ini cukup membuatnya jauh lebih tenang dengan berusaha sebisa mungkin untuk menutupi kekhawatirannya yang selama ini selalu membuatnya gelisah.

"Tuan muda, sebaiknya anda tidak berfikir macam-macam lagi, semua tergantung dari pemikiran anda, saya tahu hal itu cukup sulit, tapi saya yakin, Tuan muda pasti bisa melakukannya."

"Iya Arka, aku tahu. Tapi kau tahu sendirikan setiap kali usai berdebat dengan Ayah, aku selalu merasa tidak nyaman, meskipun aku selalu berusaha untuk tidak mengingatnya, tapi tetap saja, kejadian itu selalu hadir dengan sendirinya, seolah aku tidak berhak untuk hidup tenang dan melupakan semua hal yang buruk."

"Tuan, jangan berfikir seperti itu. Semua akan teratasi. Dan cepat atau lambat anda pasti akan melupakan semua hal yang buruk, seiring dengan berjalannya waktu, Dokter Indra akan membantu anda."

"Sampai kapan Arka, ini bahkan sudah bertahun-tahun" Radika berucap lirih sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

"Tuan mudah, tidak semua masa lalu anda mempunyai kenangan yang buruk, anda juga mempunyai kenangan yang bahagia, setidaknya anda hanya perlu mengingat kenangan bahagia itu."

"Seandainya bisa, aku pasti akan selalu mengingat kenangan-kenangan yang bahagia saja, tapi semua kenangan bahagia itu seolah terkubur dan terlupakan, tergantikan oleh kenangan yang buruk dan menyakitkan."

Radika mulai mengusap wajahnya kasar sambil berusaha mengatur nafasnya.

"Apa anda baik-baik saja Tuan muda?"

"Iya, kau tidak perlu sekhawatir itu Arka, sebaiknya kita keluar untuk makan siang, hari ini adalah hari yang spesial buatku."

"Spesial?"

"Hmm, ini hari ulang tahun Ibu, aku yakin kak Ziyi dan Ayah pasti sedang melakukan acara Doa bersama untuk Ibu."

"Apa perlu saya mengantarkan anda ke Mansion untuk ikut mendoakan Ibu anda juga Tuan?"

"Tidak perlu, dari dulu juga aku tidak pernah bersama mereka untuk melakukan Doa untuk Ibu, aku sudah terbiasa melakukannya sendiri, dan akan selalu seperti itu."

"Iya Tuan muda, saya mengerti. tapi setidaknya lakukanlah sekali saja, saya yakin Ayah anda juga pasti menginginkan anda untuk berada di sana dan mendoakan almarhuma Ibu anda bersama."

"Ayah tidak seperti itu Arka. Kak Ziyi sudah cukup."

"Tapi Tuan muda."

"Sebaiknya kita keluar untuk makan siang,"

Balas Radika yang seolah tidak ingin melanjutkan pembahasan mereka lagi, dengan cepat ia beranjak dari duduknya dan langsung berjalan keluar ruangan, disusul oleh Arka yang langsung menghubungi resepsionis di lantai dasar agar segera menyiapkan mobil, sebab Presdir mereka akan segera turun untuk makan siang di luar.

Beberapa karyawan secara bersamaan membungkuk untuk memberi hormat saat Radika dan Arka berjalan memasuki lift yang hanya di khususkan untuk Presdir. Dan saat berada di dalam lift ponsel Radika tiba-tiba bergetar, hingga raut wajah tampannya seketika berubah saat melihat nama panggilan di layar ponselnya. Sedang Arka yang sudah mengetahui panggilan yang membuat wajah Radika tiba-tiba kaku hanya bisa tersenyum tipis sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

dengan cepat Radika menjawab panggilan telfon tersebut, sebelum Tuan Kaiden benar-benar datang untuk menyeretnya secara paksa.

"Iya Ayah, ada apa!"

"Pertanyaan macam apa itu? Kemana saja semalam? Apa ponselmu bermasalah?"

Jawab seseorang di sebrang sana lengkap dengan nada suara yang sudah naik satu oktaf. Bukan tampa alasan Tuan Kaiden meninggikan suaranya, sebab sejak semalam ia sudah merasa kesal dengan ulah Radika yang sengaja mengabaikan telfon darinya.

"Maaf Ayah,"

"Ayah akan menunggu di Mansion malam ini."

"Ada apa lagi Ayah? Bukankah aku sudah mengatakan akan mempertimbangkannya dulu."

"Apa hanya karena masalah itu kau tidak akan ke Mansiaon lagi?"

Teriak Tuan Kaiden semakin geram dan kembali meninggikan suaranya yang membuat Radika terpaksa menjauhkan ponsel dari telinganya, untuk menghindari kemungkinan buruk pecahnya gendang telinga akibat teriakkan Ayahnya yang terdengar begitu Horor bagi Radika.

"Aisshh orang tua ini, kenapa makin hari suaranya makin kencang saja." Gumam Radika sebelum ia kembali menempelkan ponsel di telinganya.

"Baiklah Ayah, malam ini aku akan ke Mansion."

ucap Radika dengan suara pelan dan selembut mungkin untuk menenangkan sang Ayah yang ia yakin saat ini wajah itu sudah memerah akibat menahan rasa emosi.

"Datanglah bersama Arka,"

Sahut Tuan Kaiden dan langsung memutuskan sambungan telfon secara sepihak, yang membuat Radika hanya bisa mengusap wajahnya kasar.

"Tuan baik-baik saja?" Tanya Arka perlahan.

"Tidak."

"Maaf Tuan,"

"Aiiss.. Seketika napsu makanku jadi hilang." Kelu Radika terlihat kesal sambil kembali menatap ponselnya yang bergetar tanda pesan baru. Dengan malas Radika membuka pesan notifikasi tersebut.

"Datanglah tepat waktu, jangan membuat Ayah menunggu,"

Bunyi isi notifikasi Tuan Kaiden yang kembali membuat Radika terdiam sesaat dan akhirnya kembali mengumpat.

"Astaga, ada apa dengan singa tua ini, dia bahkan tidak memberiku cela sedikitpun untuk bernafas."

Lagi-lagi Radika hanya bisa mendengus saat baru saja membaca pesan notifikasi dari sang Ayah.

"Sebaiknya kita jangan terlambat malam ini Tuan,"

"Aku tahu."

Gerutu Radika yang lagi-lagi membuat Arka tersenyum, entah sudah berapa kali Arka tersenyum hari ini karena tingkah Presdirnya, namun kali ini ia harus berusaha menyembunyikan senyumnya jika ingin selamat dari mulut tidak berfilter Radika yang saat ini suasana hatinya memang dalam kondisi tidak baik. Hingga lift pun berhenti tepat di lantai satu. Sesampainya mereka di loby semua karyawan yang mereka lewati secara bersamaan membungkuk untuk memberikan hormat. Sedang mobil Radika bahkan sudah terparkir tepat di depan pintu perusahaan, lengkap dengan dua orang security yang tengah menunggu kedatangan mereka di depan pintu masuk Perusahaan. Arka melebarkan langkanya menuju mobil, memastikan Presdirnya sudah berada di dalam mobil, lalu menyusul dirinya yang langsung duduk di belakang roda kemudinya. Hingga tidak berselang lama, mobil mereka pun bergerak meninggalkan gedung KZR Group.

"Apa yang bisa saya bantu Tuan?" Tanya Arka perlahan saat melihat Radika yang sejak tadi terdiam menyandarkan tubuhnya di kursi penumpang sambil memejam, padahal ia tidak sedang tidur.

"Apa kau yakin dengan pertanyaanmu itu?" Balas Radika yang balik bertanya dengan posisi yang masih memejam.

"Maksud Tuan?" Tanya Arka yang mulai merasakan hawa aneh di sekitarnya.

"Apa kau bisa membantuku untuk meyakinkan Ayah agar berhenti menyuruhku untuk menikah?"

"Ah.. Itu, Tuan.. Saya.. Tidak yakin bisa melakukannya." Jawab Arka terbata.

Itu sama saja Anda menyuruhku melompat bebas ke dalam jurang Tuan Dika. Menghadapi tuan Kaiden sama saja dengan menghadapi Malaikat maut.

Celetuk Arka dalam hati yang lebih memilih fokus pada kemudinya.

"Aku punya rencana," Ujar Radika tiba-tiba sambil menjentikkan jarinya yang langsung membuat Arka merasa was-was.

Aku mohon, jangan lagi Tuan. Ide Anda selalu membuatku berakhir dalam masalah rumit.

Lagi-lagi Arka hanya mampu memprotes ide Presdirnya dalam hati, bahkan ia sudah nampak terlihat tegang dengan ucapan yang akan Radika keluarkan. Sebab yang di sebut sebuah Ide bagi Radika adalah kehancuran buat Arka.

"Apa rencana Tuan kali ini?" Tanya Arka was-was.

"Nanti saja kita membahasnya, kali ini aku yakin, pasti kita akan berhasil."

Balas Radika tersenyum dan Arka yang gelisah saat mendengar Radika menekankan kata 'kita'

"Baiklah Tuan, asal Tuan tidak memperkenalkan wanita yang Anda temui di Klub sebagai pacar Anda pada tuan Kaiden seperti minggu lalu."

"Tidak mungkinlah, lagi pula Ayah juga sudah tau kalau aku membohonginya, tapi Kali ini aku sangat yakin Arka."

Balas Radika dengan senyum liciknya dan Arka dengan senyum paniknya. Mengingat saat rencana yang Arka atur sendiri hancur berantakan dan berakhir dengan Arka yang mendapat hukuman dari Tuan Kaiden saat ketahuan mendukung rencana Radika.

"Arka."

"Iyaa Tuan," Sahut Arka yang masih was-was sambil sedikit menegok ke arah Radika yang masih terdiam, nampak tergambar jelas keraguan di wajahnya.

"Tidak, tidak apa-apa." Gumam Radika menggeleng sambil melemparkan pandangannya keluar jendela mobilnya. Ia terus mengamati jejeran pohon maple yang seolah sedang mengejarnya, pikirannya kembali menerawang, entah apa yang ada di dalam pikirannya. Sedang Arka yang melihat kecemasan di wajah Radika hanya bisa menarik nafas dalam dan kembali fokus pada kemudinya.

* * * * *

* TO BE CONTINUED.

Terpopuler

Comments

Bintang Desember

Bintang Desember

Sabar yah Arka 😘

2021-03-31

1

Mirna Rayn

Mirna Rayn

slalu dibuat penasaran ceritanya... 😊😊😊😊

2021-02-15

1

oh_nananana

oh_nananana

si arka sabar banget ya jd sekertaris

2021-01-01

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!