Bian menatap wajah Ayuka yang mulai nampak serius, gadis itu menduduki kursinya perlahan dan balas menatap wajah yang sekarang duduk di hadapannya. Untuk sesaat Ayuka terdiam seolah sedang memikirkan sesuatu.
"Beby.. Apakah seserius itu? Kau nampak sedang memikirkan sesuatu yang berat, sebenarnya ada apa?" Tanya Bian seraya perlahan menggenggam kedua telapak tangan Ayuka.
"Bi.. Sebentar lagi, aku akan... Menikah."
Ucap Ayuka menatap wajah Bian yang berubah pias. seolah terkena sengatan listrik berpuluh puluh wat, Bian merasakan tubuhnya kaku, dengan nafas yang tercekat.
"Beby.. Apa kau sedang mengerjaiku sekarang? Kau sedang bercanda kan sekarang?? Katakan kau....."
"Dan akulah wanita yang akan menjadi istri Tuan Radika."
Bian melepaskan genggamnya, dan langsung mengusap wajahnya kasar, matanya yang nampak sudah mulai berkaca menatap wajah Ayuka lekat. Seolah ia ingin mencari kebohongan di mata biru yang sedang menatapnya sekarang, namun ia tidak menemukan itu, dia hanya melihat kebenaran di sana, dan kenyataan itu sungguh membuat hatinya bagai teriris benda tajam.
"Sebenarnya apa yg telah terjadi? Kenapa... " Tanya Bian, suaranya terdengar sangat putus asa.
"Ini terjadi begitu saja, aku... "
"Apa kau mencintainya?"
Tanya Bian kembali meraih tangan Ayuka untuk di genggamnya, Ayuka dapat merasakan genggam tangan Bian yang begitu erat hingga akhirnya genggaman itu merenggang saat ia mengangguk perlahan untuk membenarkan pertanyaan Bian.
"Tapi kenapa mesti Radika, dia bahkan...... "
"Aku tau."
Jawab Ayuka yang terlihat lebih tenang, yang sebenarnya ia sedang berusaha keras untuk menyembunyikan kekalutan hatinya.
"Kamu tau? Meskipun nanti akan terluka? Tapi kenapa kamu masih ingin mencintainya?"
"Bian... Aku akan baik baik saja, aku.... "
"Tidak. Kau akan terluka nantinya, aku mengenal Radika dengan sangat dekat, Yuka aku tidak ingin melihatmu terluka dan menangis, aku tidak... "
"Bian.. Aku mencintainya."
Bian kembali terdiam, genggaman tangannya bergetar, entah mengapa meski hatinya mulai terluka namun ia enggan melepaskan genggaman itu.
"Apakah sudah Tidak ada cinta untukku walau hanya sedikit?"
"Bian,"
"Aku mencintaimu Ayuka."
"............."
"Aku sangat mencintaimu, aku sudah mencintaimu selama bertahun-tahun, aku sudah sangat lama menunggumu, menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan ini, hingga akhirnya aku mendapatkan kesempatan itu, tapi ini tidak sesuai dengan apa yg aku inginkan. Bukan seperti ini yg aku mau..."
"Maafkan aku Bian."
"Dan yang membuat hatiku sakit karena kau telah menjatuhkan hatimu pada seseorang yang bahkan tidak ingin memiliki hatimu, seharusnya kau bahagia, bagaimana aku akan baik-baik saja bila mengetahui kau akan menderita nantinya."
Ucap Bian menatap Ayuka dengan mata yang berkabut, hingga dengan jelas Ayuka bisa melihat butiran bening menetes dari sudut mata pria itu, dengan cepat Ayuka menarik tangannya dari genggaman Bian dan langsung mengusap air mata yang membasahi wajah Bian.
"Maafkan aku... Kau sahabat terbaikku selama ini, aku mohon.. Jangan membuatku merasa bersalah, aku tidak ingin kehilanganmu Bian."
"Kau tidak akan kehilangan aku, bahkan sampai kapanpun aku tidak akan meninggalkanmu, selama kau berjanji padaku bahwa kau akan baik-baik saja."
"Bian... Aku akan baik-baik saja, sekali lagi aku minta maaf, aku bahkan tidak.... "
"Jangan pernah meminta maaf karena hanya memikirkan perasaanku, karena kau tidak melakukan kesalahan apapun, aku akan mencoba untuk mengerti dan menerima semuanya, tapi bukan berarti aku akan menyerah, ini salahku, jika saja aku lebih berani untuk mendekatimu mungkin kau sudah menjadi milikku saat ini."
'Bian, Terimakasih untuk semuanya, aku sangat beruntung bisa memiliki sahabat sepertimu, aku juga minta maaf tidak bisa membalas perasaanmu.'
Batin Ayuka saat Bian kembali menggenggam tangannya, mengusap wajahnya dengan lembut. Senyum tipis terukir di bibir Ayuka, ada rasa sakit di dalam hatinya sebab ia dengan tidak sengaja telah melukai perasaan Bian.
* KZR GRUP.
Radika menyandarkan tubuhnya di kursi putarnya, menengadahkan kepalanya ke atas, sambil memijat pangkal hidungnya, pikirannya terlihat kalut, bahkan ketukan pintu tidak membuatnya bergerak dari duduknya, hingga netranya menangkap bayangan Arka yang teryata sudah berdiri di hadapannya sambil menaruh beberapa berkas untuk Radika tanda tanganinya. Dan mulai fokus pada tabletnya untuk melihat schedule Radika.
"Apa schedule hari ini?" Tanya Radika yang masih tetap pada posisinya.
"Hari ini kita akan Ke studio Tuan Muda."
"Studio?" Tanya Radika mengernyit.
"Iya Tuan, jam 11 siang nanti Anda akan melakukan sesi foto praweding, jam 1 Anda punya janji dengan Desainer untuk melakukan fitting gaung untuk anda bersama.... " Arka tidak melanjutkan kalimatnya, ia dapat melihat Radika yang menganggukkan kepalanya secara perlahan.
"Apa kita bisa berangkat sekarang?" Tanya Radika siap-siap beranjak dari duduknya.
"Kita masih punya waktu sekitar 30 menit Tuan Muda dari jam yang sudah di tentukan."
"Gunakan waktu itu untuk menjemput kucing kecil."
"Ayuka sudah berada di sana bersama Nona Ziyi Tuan muda."
"Kakak? Menjemputnya?"
"Iyaa Tuan muda, dan sepertinya Tuan Kaiden juga akan berada di sana saat Tuan akan melakukan fitting baju."
"Kenapa Ayah harus ada di sana? Apa Ayah juga punya rencana untuk menikah?". tanya Radika asal.
"Ayah Anda hanya ingin memastikan bahwa Anda.. "
"Ayah takut aku akan melarikan diri?"
"Sepertinya Ayah Anda masih sedikit merasa khawatir Tuan."
"Tsk, apa yang harus di khawatirkan? Aku bukan anak kecil, aku tidak akan kemana-mana, pernikahan akan tetap berlangsung seperti keinginannya."
"Iya Tuan."
"Arka,"
"Iya Tuan muda, Ada apa?". Jawab Arka menatap wajah Radika yang nampak terlihat gelisah.
"Apa kau membenciku?"
"Apa maksud Tuan muda?"
"Apa kau membenciku karena pada akhirnya adikmu yang akan menjadi istriku?"
"Saya sama sekali tidak pernah membenci Anda Tuan muda, dan masalah pernikahan ini, saya sudah menerimanya dengan ikhlas."
"Tapi kau tau kan adikmu tidak akan merasa bahagia dengan pernikahan ini? Terutama jika ia bersamaku."
"Saya tau Tuan, tapi itu sudah menjadi keputusan Ayuka, saya bahkan tidak bisa menyuruhnya untuk berhenti mencintai Anda."
"Aku ketakutan setiap harinya, aku bahkan selalu gelisah. Arka, Aku tidak tau apa yang akan aku lakukan, meskipun aku sudah berusaha untuk menerima hatinya, tapi hatiku tetap menolaknya, aku terlalu takut bila suatu saat akan membuat kesalahan seprti apa yg dilakukan..... Dan..... Aarrgggg.... Aku benar benar takut Arka."
Radika menjambak rambutnya, matanya terlihat nampak berkaca. Arka memeluk tubuh Radika yang sekarang mulai melemah.
"Tuan muda, semua akan baik-baik saja, percayalah.. Semua akan Baik baik saja, Yuka gadis yang tegar dan sabar, dia akan mengerti dan menerima sikap Anda, jadi Anda tidak perlu khawatir."
Ucap Arka berusaha menenangkan Radika. Ia dapat merasakan tubuh Radika bergetar menahan tangisnya. Hingga 10 menit berlalu, Radika nampak mulai tenang dan mulai meneguk air mineral yang di berikan Arka.
"Aku butuh obat penenang Arka."
"Tidak Tuan, sebaiknya Anda berhenti mengkonsumsi obat itu, karena itu tidak baik untuk kesehatan Anda."
"Hmm," jawab Radika nampak termenung.
'Tapi aku membutuhkan obat itu untuk menghindari penyakitku yang selalu kambuh kapan saja.' Batin Radika menarik nafas dalam.
"Apa Anda Baik baik saja Tuan? Kita bisa mencansel janji pertemuan Anda."
"Tidak perlu, aku baik baik saja, kita bisa berangkat sekarang.". Jawab Radika yang di balas anggukan oleh Arka yang langsung melangkah mengikuti langkah lebar Radika yang terus berjalan meninggalkan ruang kerjanya.
30 menit perjalanan, merekapun tiba di sebuah studio foto untuk melakukan beberapa sesi pemotretan. Radika melangkah masuk menuju satu ruangan yang juga di susul oleh Arka. Di sana mereka di sambut dengan senyum manis Ziyi yang melambai kearah mereka. Nampak juga Ayuka dengan dress putih yang membuatnya nampak terlihat sangat manis.
Untuk sesaat tatapan Radika tertuju kearah kucing manisnya yang langsung beranjak dari duduknya saat melihat kedatangan mereka. Senyum kecil tersungging dari bibir Radika sambil sedikit membungkuk membalas sapaan Ayuka yang juga membungkuk di hadapannya. Meski tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut mereka namun nampak jelas terlihat kebahagiaan di wajah Ayuka yang menatap wajah Radika penuh cinta. Meski akhirnya Radika lebih memilih duduk di sofa single, dan kembali fokus pada Tablet di tangannya, tampa mempedulikan tatapan Ayuka yang sejak tadi menatapnya. Sedang Arka sendiri duduk di samping Ayuka, mengusap rambut panjang adiknya dan meraih tangan adiknya untuk di genggamnya.
"Kau nampak cantik hari ini." Puji Arka pada adiknya yang hanya tersipu malu.
'Apa aku juga terlihat cantik baginya?'
Batin Ayuka kembali mengarahkan pandangannya kepada Radika yang masih fokus pada Tabletnya.
"Apa kabar Arka?"
Sapa Ziyi lembut dengan senyum manisnya, sambil melangkah menghampiri mereka berdua.
"Baik Nona."
Balas Arka sesaat seraya menatap wajah Ziyi yang terlihat pucat dengan mata sembabnya, meski sudah di tutupi oleh make up namun Arka bisa menebak, wajah pucat dan mata sembab kekasihnya di akibatkan karena kurang tidur dan sering menangis. Hati Arka seketika merasakan sakit. Namun ia berusaha menutupinya dengan senyum seperti biasa.
Setelah 15 menit menunggu persiapan, merekapun memasuki ruangan studio yang cukup luas, di sana terdapat sebuah interior sudah yang tertata rapi dan apik juga beberapa foto grafer yang akan mengambil gambar mereka.
Hingga sesi pemotretan pun di mulai, Ziyi nampak antusias ikut merapikan pakaian Ayuka dan Radika. Hingga 60 menit berlalu dan semua nampak berjalan dengan sangat lancar.
Ayuka yang terlihat anggun dengan dress putihnya yang serasi dengan Radika yang juga mengenakan baju berwarna senada, hingga membuatnya terlihat sangat tampan dengan senyum yang begitu manis, senyum yang bahkan baru pertama kali di lihat oleh Ayuka.
"Waktunya ke tempat Desainer Tuan Muda."
Ucap Arka Melirik jam tangannya saat melihat Radika keluar dari ruangan ganti usai merapikan dirinya, mengganti bajunya dan membersihkan wajahnya.
Mereka berempat pun melangkah meninggalkan studio dan langsung menuju ketempat Disainer yang di sana mereka sudah di sambut oleh beberapa karyawan sambil membungkuk memberikan hormat kepada tamu vvip mereka.
"Selamat siang Tuan Muda, Nyonya Muda.". Sapa salah sorang asisten Desainer sambil membungkuk.
"Siang.". Balas Ayuka tersenyum dan Radika yang hanya mengangguk pelan.
"Selamat siang Nona muda, Tuan Arka."
"Siang,"
Jawab Ziyi dengan senyum khasnya. Dan tidak berselang lama, nampak sosok Tuan Kaiden dan Ken sedang berjalan menghampiri mereka juga seorang Disainer sekaligus pemilik butik tersebut.
"Selamat siang Tuan.". Sapa Ayuka membungkuk memberi hormat.
"Jangan panggil Tuan, panggil dengan sebutan Ayah.". Balas Tuan Kaiden tersenyum.
"Maaf.. Iyaa Ayah."
"Selamat siang Ayah, paman Wen, apa kabar, apa paman sehat?" Sapa Radika kepada seorang pria paru baya yang merupakan teman Ayahnya.
"Baik Nak, kau terlihat makin tampan, apa karena kau akan menikah, kau bahkan lebih tampan dari Ayahmu sekarang." Goda paman Wen terkekeh yang di sambut tawa oleh Tuan Kaiden.
"Terimakasih paman, yang aku tau selama ini aku memang jauh lebih tampan dari Ayah."
"Cih, anak ini." Balas Tuan Kaiden terkekeh.
"Baiklah kalian berdua, teruskan perdebatan kalian di rumah, silahkan masuk dulu kedalam.". Ucap paman Wen terbahak, Mereka pun melangkah menuju ruangan mengikuti Paman Wen.
Radika dan Ayuka kembali mencoba beberapa pasang baju, yang sudah di desain khusus oleh seorang desainer terkenal di kota ini.
"Kau nampak sangat cantik sayang."
Puji Ziyi sambil membelai rambut Ayuka yang tergerai, dan tidak hanya Ziyi, Penampilan cantik Ayuka pun tidak luput dari mata Radika yang sejak tadi menatap calon istrinya itu yang nampak memukau dengan balutan Gaun pengantin di tubuh rampingnya.
"Lihatlah anakmu, bahkan dia jauh lebih tampan darimu.". Goda paman Wen saat Radika keluar dari ruang ganti dan memakai stelan Jas berwarna coklat muda yang sangat contras dengan kulit putihnya.
"Dia nampak seperti ibunya."
Jawab Tuan Kaiden tersenyum menatap jauh anaknya. Hingga 30 menit berlalu, mereka usai dengan fitting baju masing-masing.
"Kita kerumah sakit sekarang."
Ucap Tuan Kaiden menghampiri Radika yang sedang duduk menikmati secangkir cappucino.
"Rumah sakit? Siapa yg sakit?" Tanya Radika mengernyit.
"Tidak ada."
"Lalu? Untuk apa kita ke sana?"
"Memeriksakan kalian berdua."
Balas Tuan Kaiden menatap Radika dan Ayuka secara bergantian. Sedang Ziyi hanya bis tersenyum melihat tingkah polos adiknya.
"Tuan muda kita akan ke Dokter spesialis untuk melakukan cek kesehatan." Bisik Arka menjelaskan.
"Kesehatan?"
"Iya, agar kau cepat memiliki keturunan."
Timpal Tuan Kaiden lantang yg membuat Radika tersedak, begitupun dengan Ayuka yang wajahnya tiba-tiba memerah karena malu.
"Apa apaan sih Ayah.. "
Protes Radika masih terbatuk, Ziyi terkekeh melihat tingkah Radika yang sangat menggemaskan.
"Aku pria sehat yang bisa mereproduksi sebanyak mungkin, jadi aku tidak membutuhkan dokter." Gumam Radika kembali menyesap kopinya.
* * * * *
* TO BE CONTINUED.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Bintang Desember
gak bisa berkata" lagi 😭
2021-03-31
1
Mirna Rayn
smangat bian
2021-02-15
1
Tri Dikman
Aku baca sambil sibuk bikin selai nanas , aku lanjut thor,semanggat 😊💪🏻
2021-02-08
1