pertemuan pertama.

* CAFE AND RESTO.

Saat melintasi sebuah Cafe yang siang itu suasananya cukup ramai, Arka sengaja memperlambat laju mobilnya hanya untuk sekedar melihat keadaan Cafe tersebut yang menjadi tempat kerja adiknya sekarang, meskipun ada sedikit rasa kecewa di hati Arka sebab tidak bisa melihat adiknya di hari pertamanya kerja.

Apa mungkin dia sedang sibuk, Cafenya lumayan ramai.

Batin Arka sambil terus mengawasi. Dan saat ia mulai menginjak pedal gas untuk mempercepat laju mobilnya dengan tiba-tiba Radika menepuk kursi kemudi, memberikan isyarat agar Arka menghentikan Mobilnya.

"Ada apa Tuan muda?" Tanya Arka menepikan mobilnya yang masih tidak jauh dari Cafe tersebut.

"Tempat apa itu?" Tanya Radika mengalihkan pandangannya ke arah sebrang jalan.

"Maksud Tuan, Cafe itu?"

"Bukan, tapi yang disamping Cafe itu, apakah itu sebuah taman?" Tanya Radika yang terus mengarahkan pandangannya ke sebuah taman kecil yang Letaknya tidak jauh dari Cafe tersebut.

"Ah iyaa Tuan, itu sebuah taman."

"Aku ingin ke sana,"

"Baiklah Tuan." Balas Arka yang dengan cepat memarkirkan mobilnya di samping sebuah taman yang juga tidak jauh dari Cafe tersebut.

Bagus, setidaknya aku bisa bertemu Yuka sebentar.

Batin Arka dengan senyum tipisnya sambil bergegas turun dari mobil dan langsung membuka pintu mobil untuk Radika.

Tampa menunggu lama, Radika langsung melangkah menuju sebuah taman yang sejak tadi sudah menarik perhatiannya, Radika terus menuju ke arah kursi panjang yang terletak di bawah jejeran pohon Maple, yang di sana ada sebuah kolam yang ukurannya tidak terlalu besar lengkap dengan sebuah air mancur buatan, yang di sekelilingnya ditumbuhi berbagai jenis bunga mawar.

Untuk sesaat Radika tertegun merasakan nyamannya tempat itu, begitu rindang dan tenang. Matanya mengamati beberapa rumput semanggi di bawah kakinya.

"Aku menyukai tempat ini." Ucap Radika sesaat tampa memalingkan pandangannya ke bawah yang masih terus mengamati rumput semanggi.

"Apa anda ingin saya memesankan kopi buat Anda?"

"Boleh, tapi aku sedang tidak ingin ke Cafe itu,"

"Tidak masalah Tuan, saya akan menyuruh karyawan di Cafe itu agar mengantarkan pesanan anda ke sini."

"Ide yang bagus." Balas Radika mengangguk pelan tampa berniat mengalihkan pandangannya.

Dengan cepat Arka berjalan menuju Cafe yang jaraknya cukup dekat dengan taman tempat Radika sekarang untuk memesan kopi dan juga untuk bertemu Ayuka tentunya.

"Lihatlah siapa yang datang berkunjung."

Seru Giovano yang dengan langkah lebarnya langsung menghampiri Arka.

"Kebetulan lewat, yah sekalian mengunjungi teman lama." Balas Arka tersenyum sambil menepuk pundak lebar Giovano.

"Mengunjungi teman lama atau mengunjungi Asisten baruku?" Tanya Giovano sambil menaikan satu alisnya.

"Asistenmu?" Tanya Arka mengernyit bingung.

"Yah, Asisten Manager baru di Cafe ini, Nona Elvan Ayuka Bagaskara."

"Yuka? Kau langsung mengangkat dia sebagai Asistenmu?"

"Heii ayolah.. Aku Masih ingin hidup, kau pasti akan menghajarku bila adik kesayanganmu hanya bekerja sebagai karyawan biasa di Cafe ini."

"Apa aku semenakutkan itu? Kau tidak pernah berubah Ge, lagi pula Yuka sendiri yang menginginkan itu, ia bahkan menolak saat aku akan memasukkan berkasnya di Perusahaan cabang KZR Group, dengan alasan ia ingin bersantai tampa memikirkan berkas yang menumpuk."

"Benarkah? Bagaimana nanti aku bisa memberikan kerjaan yang banyak, bukankah aku akan terlihat kejam," Balas Giovano menyeringai.

"Kau atasannya sekarang, aku tidak mungkin ikut campur. Tapi aku sungguh berterimakasih karena sudah membantuku. Dan tolong jaga Yuka untukku."

"Ataga, itu sungguh tanggung jawab yang besar Arka, Tapi tanpa kau suruh pun aku pasti akan melakukannya" Balas Giovano mengangguk. "Tapi, apa kau tidak merasa khawatir jika aku jatuh cinta pada adikmu, atau sebaliknya adikmu yang jatuh cinta padaku?" Tanya Giovano lagi tersenyum sambil memainkan alis tebalnya, tampa memperdulikan ekspresi Arka yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan yang siap untuk menerkam dan menelannya hidup-hidup.

"Kecuali jika Yuka menyukaimu tanpa kau paksa. Berhentilah bercanda, dan bisakah kau menyuruh karyawanmu untuk membuat secangkir cappucino untukku?"

"Untukmu? Bukankah kau tidak begitu menyukai cappucino?"

"Bukan untukku."

"Ah, aku mengerti," Ucap Giovano yang langsung paham dengan jawaban Arka.

"Aku akan menunggu di taman sebelah sana, dan bisakah kau meminta Yuka yang mengantarkannya untukku? Aku ingin melihatnya."

"Astaga kau bahkan sudah merindukan adikmu."

"Kau tahu sendiri, meskipun serumah, tapi kita jarang bertemu," tutur Arka dengan ekspresinya yang nampak berubah murung.

"Aku mengerti, baiklah.. " Balas Geovano seraya menepuk nepuk pelan pundak Arka. Menatap sahabatnya itu yang terus berjalan keluar meninggalkan cafenya.

Sementara di taman, Arka terdiam melihat Presdirnya yang nampak nyaman di sana, menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi panjang itu, seolah tempat itu sudah menjadi tempat ternyamannya. dengan membiarkan hembusan angin menyapa wajah tampannya.

"Anda terlihat menikmatinya Tuan, bagaimana aku tega untuk membangun Anda." Gumam Arka yang langsung mendaratkan pantatnya di sebuah kursi kecil yang jaraknya hanya beberapa meter dari kursi panjang yang saat ini sedang diduduki Radika. Hingga beberapa menit kemudian.

"Kak Arka."

Panggil Ayuka sambil tersenyum menghampiri dan langsung meletakkan secangkir cappucino di atas meja kecil yang tepat berada di samping Arka.

"Hei kau datang? Maaf jika kakak menggangu pekerjaan kamu, bagaimana hari pertamamu sebagai seorang Asisten Manager? Apa kau menikmatinya?" Tanya Arka tersenyum sambil mengusap pucuk kepala adiknya seperti kebiasaannya.

"Baik, Yuka cukup menikmatinya, semua juga karena bantuan kakak, Tapi kenapa kakak tidak jujur saja ke Yuka kalau Cafe itu milik temannya kak Arka. Dan lagi... "

Untuk sesaat Ayuka menghentikan kalimatnya, terdiam sambil menundukkan kepalanya. suatu reaksi yang membuat Arka kebingungan.

"Hei ada apa sayang? Apa ada masalah di sana?" Tanya Arka perlahan sambil menangkup wajah adiknya yang terlihat murung.

"Yuka pikir sudah bisa sendiri, cari kerja sendiri, tapi lagi-lagi Yuka bisa mendapatkan pekerjaan bagus karena bantuan kak Arka. Yuka masih saja merepotkan kakak." Ucap Ayuka semakin terlihat murung yang malah membuat Arka tersenyum lebar.

"Yuka sayang, kau sama sekali tidak merepotkan kakak, dan semua juga hanya kebetulan, kakak tidak meminta Vano untuk menempatkanmu sebagai Asisten Manajer di Cafe itu, yah anak itu saja yang berlebihan. Kakak minta maaf jika hal itu membuatmu merasa tidak nyaman." Balas Arka dengan senyuman lembutnya sambil meraih tubuh Ayuka untuk di dekapnya.

"Terimakasih kak, Yuka sangat menyayangi kakak." Gumam gadis itu menenggelamkan wajahnya di dada lebar kakaknya yang langsung mengusap rambut coklat panjangnya.

"Baiklah, sepertinya Yuka harus kembali ke cafe." Ucap Ayuka seraya melepas dekapan Arka dengan senyum manisnya.

"Oh iya kak, dapat salam dari kak Vano."

"Apa? Kak Vano?" Tanya Arka mengernyit.

"Hmm, kak Vano tidak setuju jika Yuka memanggilnya dengan sebutan Bapak, tentu saja karena kita seumuran, katanya panggilan Bapak terlalu tua buat kak Vano."

"Yah dia memang masih muda, karena menurutnya umur 36 tahun belum terlihat tua." Gumam Arka yang membuat Ayuka kembali melongo sambil menatap Arka dengan kening menyatu

Dasar pria kurang ajar, belum apa-apa sudah mengerjai Yuka, awas saja kalau ketemu lagi.

Batin Arka tersenyum sambil sibuk memaki sahabatnya yang entah sudah berulang kali bersin di dalam ruangannya. Sedang Ayuka masih tetap dengan ekspresi bingungnya.

"Ya sudah, Yuka ke cafe sekarang."

Ucapnya berbalik, namun belum sempat ia melangkah tiba-tiba netranya tertuju pada sosok yang sedari tadi masih terdiam dan sepertinya sedang tidur itu. Ayuka beberapa kali mengedipkan matanya untuk meyakinkan penglihatannya yang mungkin salah, tapi tidak, matanya masih sangat berfungsi dengan baik. Yah dia pria yang nyaris menabraknya tempo hari.

"Dia siapa kak?" Tanya Ayuka berbalik sambil melayangkan pandangannya ke arah Radika.

"Atasan kakak. ada apa?"

"What?" Tanya Ayuka refleks, namun sebelum Arka menyadari keterkejutannya, Ayuka dengan cepat membekap mulutnya sendiri, untuk menenangkan perasaan terkejutnya.

Jadi pria berjaket hitam itu atasan kakak, seorang Presdir? Kenapa begitu kebetulan.

Batin Ayuka yang entah sejak kapan tiba-tiba perasaannya merasakan bahagia, bahkan tampa ia sadari jika senyum manis kini tengah terukir di bibir tipisnya.

"Ada apa?" Tanya Arka terheran-heran saat menatap wajah adiknya yang terlihat memerah.

"Ah tidak ada apa-apa kak, yah sudah Yuka pergi sekarang, semoga hari kakak menyenangkan." Ucap Ayuka tersenyum seraya melambai dan langsung berlalu tampa mendengarkan jawaban dari kakaknya yang masih terlihat bingung.

"Apa dia Baik-baik saja?" 

Gumam Arka mengangkat kedua bahunya dan berjalan mendekati Radika yang masih tertidur dengan sangat nyenyaknya. perlahan Arka meletakkan cangkir cappucino itu di samping tempat duduk Radika dan mulai membangunnya.

"Tuan muda."

Panggil Arka perlahan sambil menyentuh bahu Radika yang langsung terjaga dari tidurnya hanya dengan satu sentuan saja.

"Ah, apakah aku tertidur?" Tanya Radika memijat pangkal hidungnya.

"Iya Tuan, dan Tuan tertidur selama 30 menit di sini."

"Kenapa kau tidak membangunkanku sejak tadi?" Tanya Radika sambil melihat jam yang melingkar di lengannya.

"Maaf, saya tidak tega membangunkan Tuan, sebab Anda tidur sangat pulas."

"ha?"

"iya Tuan, oh iya ini di minum dulu kopinya." Balas Arka menyodorkan secangkir kopi ke arah Radika yang masih memijat Tengkuk lehernya.

"Ah tidak, mungkin kopinya sudah dingin"

Tolak Radika sambil merapikan rambutnya dengan menggunakan tangannya, menyisirnya ke atas hingga menampakkan dahi yang membuat wajahnya terlihat lebih tampan.

"Apa perlu saya memesankan secangkir cappucino yang baru buat anda Tuan?"

"Tidak perlu, kita kembali ke Perusahaan sekarang." Balas Radika yang langsung beranjak dari duduknya dan terus melangkah menuju mobil.

"Tuan muda tidak makan siang?"

"Tidak perlu."

"Baiklah Tuan." Jawab Arka yang langsung menghidupkan mesin mobilnya, dan sebelum mobil itu melaju Radika kembali menepuk kursi kemudi.

"Tunggu sebentar." pinta Radika sambil menatap keluar jendela mobilnya, matanya menangkap sosok yang sedang tersenyum manis di depan sebuah cafe sambil melambaikan tangannya.

Radika sedikit menyipitkan matanya, mencoba mengingat wajah manis yang sepertinya tidak asing, dan akhirnya bibir tipis itu tertarik keatas membentuk smirk.

"Kucing kecil?"

Gumam Radika terus menatap gadis itu dari balik jendela mobilnya.

"Ada apa Tuan, Apa Tuan butuh sesuatu?"

Tanya Arka saat melihat senyum dari bibir Radika.

"Tidak, aku hanya baru melihat sesuatu yang menyenangkan, mungkin ini hari keberuntunganku, jalankan mobilnya."

Sahut Radika yang hanya di balas anggukan oleh Arka yang langsung melajukan mobilnya.

* * * * *

* TO BE CONTINUED.

Terpopuler

Comments

Bintang Desember

Bintang Desember

like Thor, ceritanya uda mulai seru😍

2021-03-31

1

Little Peony

Little Peony

Like like like like

2021-02-28

1

Mirna Rayn

Mirna Rayn

😍😍😍😍😍

2021-02-15

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!