Calon istri Radika.

"Tuan muda, para divisi dari pimpinan perusahaan sedang menunggu." Bisik Arka yang lagi-lagi tidak mendapatkan respon oleh Radika yang sepertinya sedang melamun.

"Saatnya Anda mengevaluasi dan menyampaikan gagasan Anda." Sambung Arka lagi, saat ia melihat Radika yang masih terdiam di tengah rapat yang tengah dipimpinnya siang ini. Hingga setengah menit berlalu Radika akhirnya kembali berkonsentrasi dan mulai menyampaikan beberapa gagasan dan arahan kepada pihak-pihak lain di dalam perusahaan. Hingga 45 menit berlalu, rapat antara dewan direksi pun akhirnya selesai, dan nampak juga Radika yang bergegas untuk keluar dari ruang Meeting.

Tergambar jelas kegelisahan di Radika yang hati ini nampak tidak seperti biasanya, sambil menarik Dasi yang masih menempel di lehernya untuk di longgarkannya Radika terus berjalan dengan langkah lebarnya, hingga mengabaikan beberapa karyawan yang membungkuk untuk memberi hormat saat berpapasan dengannya. Dan selang 5 menit setelah meninggalkan ruangan Meeting, di susul oleh Arka yang nampak terlihat terburu-buru meninggalkan ruangan tersebut setelah menyapa beberapa dewan Direksi dari perusahaan lain, dan berusaha mengejar langkah Radika yang langsung menuju ke dalam ruangannya.

"Tuan muda, ada masalah apa? Saya lihat sepertinya Anda sedang memikirkan sesuatu, Anda juga tidak fokus dalam rapat tadi." tanya Arka saat sudah berada di dalam ruang kerja Radika.

"Ayah menyuruh kita ke Mansion malam ini." jawab Radika gelisah.

"Sepertinya Tuan Kaiden sudah merindukan Anda."

"Tsk, apa kau benar-benar berfikir begitu?"

"Hal itu bisa saja terjadi Tuan Muda,"

"Entahlah.. aku tidak yakin, apalagi yang Ayah inginkan dariku."

"Apa mungkin Tuan Kaiden akan membahas soal pernikahan Anda?" balas Arka menebak, dan yang parahnya, tebakan Arka malah membuat Radika semakin gelisah, sebab ia juga sempat memikirkan hal yang sama.

"Bukankah itu terlalu terburu buru? Aku bahkan belum siap." Lirih Radika memejam sambil memijat pangkal hidungnya, berusaha merilekskan tubuhnya yang terasa lelah.

"Ini sudah sebulan berlalu sejak terakhir Anda kesana Tuan."

"Ahhh sial, aku bahkan tidak mengingat dan berfikir sampai kesana." Balas Radika prustasi seraya menarik Dasinya hingga benar-benar terlepas dari kerah kemeja putihnya, dan melemparkannya kesembarang arah.

"Tapi kata Kak Yi, Ayah hanya akan mengadakan makan malam keluarga biasa, dan dia juga menginginkan kau berada di sana bersama adikmu, astaga entah apalagi yang akan di lakukan orang tua itu."

"Yuka?"

"Hem, memang kau punya berapa adik?"

'Aku tidak tau, ini kabar baik atau buruk bagi Yuka, setelah kejadian kemarin aku tidak yakin Yuka akan baik-baik saja saat bertemu Tuan Muda.' Batin Arka.

"Sebenarnya Kak Yi juga sangat ingin melihat Adikmu,"

"Benarkah?"

"Hmm.. tapi kau tidak perlu melakukannya jika kau merasa keberatan."

"Ah tidak apa apa Tuan Muda. Saya akan menghubungi Yuka untuk bersiap, sebelum saya menjemputnya malam nanti."

"Apa dia masih bekerja di cafe Bian?"

"Maksud Tuan? adik saya?"

"Hmm.. "

"Iya Tuan, sebagai asisten, Bian cukup puas dengan kinerja Ayuka."

"Kenapa kau tidak mempekerjakan adikmu di Perusahaan ini? bukankah dia lulusan terbaik dari Universitas di Jerman?"

"Yuka tidak menginginkannya Tuan."

"Ha?"

"Dia menolaknya,"

"Kenapa?"

"Dia punya alasan sendiri,"

"Yah,aku paham, Baiklah, aku akan ke Mansion terlebih dulu, dan kau bisa menjemput adikmu tampa harus terburu-buru, semoga si kucing kecil tidak menciut saat bertemu si singa Tua." Ucap Radika kembali fokus dengan dokumen-dokumen yang menumpuk di atas mejanya.

"Bagaimana dengan agenda hari ini?" Tanya Radika lagi di sela-sela kerjanya, tampa melihat wajah Arka yang sedang mengecek agendanya di sebuah Tablet.

"Sore ini jadwal Anda kosong Tuan, sampai pukul 8 malam Anda punya jadwal makan malam bersama klien, dan pukul 10 malam Anda punya janji temu dengan..."

"Batalkan." jawab Radika singkat.

"Membatalkan makan makan dengan klien atau.. "

"Semuanya. kau bisa mengatur pertemuannya lain waktu."

"Baik Tuan."

"Aku akan pulang sekarang, kita bertemu di Mansion."

Balas Radika yang sepertinya sudah menyelesaikan semua pekerjaannya, bahkan berkas-berkas yang sudah ia tanda tangani sudah tersusun rapi di atas mejanya. Radika beranjak dari duduknya sambil meraih jasnya yang tersampir di sandaran kursinya dan terus melangkah keluar ruangan, meninggalkan Arka yang masih menyelesaikan beberapa tugasnya untuk mengcancel semua jadwal Radika malam ini.

* * * * *

Hingga matahari terbenam dan siang kini di gantikan oleh malam yang saat ini sudah menunjukkan pukul 19:00, masih tersisa satu jam lagi dari waktu yang yang sudah di tentukan. Dan waktunya Untuk keluarga Elvan menghadiri Undangan makam malam di keluarga Kaiden di Mansion utama. Untuk sesaat Arka tertegun saat menatap sosok anggun yang sedang berdiri tepat di hadapannya.

"Kau terlihat seperti ibu, sangat manis dan anggun." Puji Arka seraya tersenyum sambil mengusap pucuk kepala Adiknya gemas.

"Tapi apa kau yakin akan baik baik saja? Kau bisa menolak jika merasa tidak nyaman untuk ke Mansion."

"Yuka baik-baik saja kak, bukankah ini hanya sebuah makan malam biasa? kak Arka tidak perlu mencemaskan Ayuka."

"Tapi di sana kau akan bertemu dengan Tuan Muda Radika, apa kau benar-benar tidak masalah dengan itu?" balas Arka yang untuk sesaat membuat Ayuka bungkam. hingga sedetik kemudian nampak terlihat senyum tipis di sudut bibirnya.

"Iyaa.. Yuka tau. jujur, sebenarnya sangat sulit buat Yuka untuk menghindarinya."

"Yuka,"

"Bahkan yang anehnya Yuka merasa bahagia sekarang, dan Yuka juga tidak bisa memungkiri, ada perasaan gelisah di sudut hati Yuka, tapi semua akan baik-baik saja." balas Yuka, 'maafkan Yuka karena ternyata masih memikirkannya.' batinnya.

"Apa kau yakin? Lalu bagaimana dengan Bian?"

"Bian?"

"kakak cukup mengetahui segalanya, bahkan kakak tau bagaimana perasaan Bian terhadapmu Yuka,"

"Yuka tidak mengerti,"

"Tapi kau tau kan bagaimana perasaan Bian selama ini padamu?"

"Yuka tau, hanya saja.."

"Setidaknya pertimbangkan perasaan Bian,"

"............... "

"Baiklah, tidak seharusnya kita membahas hal ini sekarang, apa kita bisa berangkat sekarang?" Ucap Arka sambil menggandeng tangan Adiknya, menuntunnya ke mobil. Dan detik kemudian mobil melaju menuju kediaman keluarga besar Tuan Kaiden.

* MANSION UTAMA.

Mobil sport Arka terparkir tepat di depan Mansion mewah keluarga Kaiden, bagi Arka sendiri kemewahan Mansion utama keluarga Kaiden sudah biasa ia lihat, berbeda dengan adiknya Ayuka yang nampak terlihat syok saat untuk pertama kalinya ia melihat Mansion utama yang menurutnya lebih terlihat seperti sebuah istana megah, dan wajar saja jika Ayuka bereaksi seperti sekarang ini, sebab malam ini kali pertama buatnya menginjakkan kaki di Mansion utama keluarga Kaiden. Dan saat mereka sudah berdiri tepat di depan Pintu Mansion, Arka menggandeng tangan adiknya masuk ke dalam Mansion yang di sana ia sudah di sambut oleh beberapa pelayan pribadi keluarga Kaiden, menuntun mereka hingga ke ruang keluarga yang di sana sudah ada Tuan Kaiden dengan senyumnya, Ziyi yang langsung beranjak dari duduknya dan menyambut Ayuka untuk di peluknya juga Radika dengan tatapan tajamnya yang terus menatap Ayuka lekat.

"Selamat malam Tuan Kaiden, Tuan Muda, Nona Ziyi." Sapa Arka membungkuk bersama Ayuka untuk memberi hormat.

"Maaf membuat Anda menunggu." Lanjut Arka.

"Tidak masalah, silahkan duduk." Balas Tuan Kaiden.

"Kau gadis yg sangat manis." puji Ziyi sambil mengusap pipi Ayuka lembut.

"Terimakasih atas pujiannya, kakak juga terlihat sangat cantik." Balas Ayuka tersipu.

"Arka apa kabar?" Tanya Ziyi sembari melemparkan sebuah senyum ke arah Arka.

"Baik Nona." Jawab Arka balas tersenyum.

"Eheem.. kita bisa makan sekarang kan? Aku sudah sangat lapar." Tanya Radika berdehem yang sebenarnya sudah merasa bosan karena sudah di abaikan oleh tamunya malam ini.

"Ssstt Dika," Bisik Ziyi menatap horor ke arah Radika adiknya.

"Baiklah, kita bisa makan sekarang."

Lanjut Tuan Kaiden beranjak dari duduknya di susul juga oleh mereka semua dan langsung menuju ke ruang makan yang sangat luas. Dan di ruangan tersebut nampak pelayan rumah sudah berjejer menyambut mereka, dengan berbagai macam hidangan dan juga red wine dan jenis cake lainnya sebagai menu penutup untuk pencuci mulut. Mereka pun mulai dengan makan malam tampa ada percakapan, hanya terdengar suara dentingan piring dan garpu yang saling beradu. Hingga 20 menit berlalu, acara makan malam pun berakhir. Mereka kembali menuju ruang keluarga untuk berbincang.

"Malam ini ada hal penting yang akan Ayah umumkan."

Ucap Tuan Kaiden sambil menatap Radika, Arka, Ziyi dan Ayuka satu persatu secara bergantian, hingga tatapan tajam Tuan Kaiden tertuju kepada Radika yang tiba-tiba merasa gelisah.

"Mengenai pernikahanmu."

Lanjut Tuan Kaiden menatap Radika dengan senyum tipis, yang sontak membuat Ayuka terkejut, sambil meremat jari-jari tangannya.

"Ayah."

"Ingat, kita sudah punya kesepakatan, apa kau lupa? Haruskah Ayah mengingatkanmu lagi?" Balas Tuan Kaiden masih terus menatap tajam Radika yang akhirnya hanya terdiam, sebab ia tahu itu adalah hal yang tidak akan mungkin bisa di hindarinya lagi.

'Apa aku di undang ke sini hanya untuk menyaksikan ini?' Batin Ayuka yang semakin keras meremat jari-jari tangannya hingga memerah. Ia hanya bisa tertunduk untuk menyembunyikan luka di hatinya.

"Dan malam ini juga aku akan langsung memperkenalkan calon istrimu." Lanjut Tuan Kaiden yang membuat keempatnya sekaligus terkejut.

"Apa ada seseorang lagi yang Ayah undangan kesini? Kenapa Ziyi tidak melihatnya?" Tanya Ziyi sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, dan saat ia tidak mendapati seorang pun di sana, Ziyi kembali menatap Ayahnya penuh pertanyaan yang hanya di balas senyum smirk oleh Ayahnya.

"Arka, Aku akan menikahkan Dika dengan adikmu." Ucap Tuan Kaiden yang sontak membuat keempatnya terkejut.

Ayuka reflek menatap wajah Arka yang hanya bisa tertunduk dengan penuh tanda tanya, Begitupun dengan Radika yang langsung menatap wajah Ayahnya dengan wajah piasnya. Namun di antara ketiganya, ada satu sosok yang benar-benar merasa terkejut dengan pernyataan Tuan Kaiden, Ziyi yang tiba-tiba hanya terdiam tampa ekspresi, bahkan mata bening itu nampak berkaca. Tubuhnya terlihat bergetar menahan tangis, hingga ia melihat tatapan lembut Arka yang seolah mengisyaratkan bahwa semua akan baik baik saja.

"Apa lagi ini Ayah? Kenapa mesti Dia?"

Protes Radika yang tidak terima dengan keputusan Ayahnya.

"Arka. Apa kau keberatan?"

Tanya Tuan Kaiden yang mengabaikan protes dari anaknya. Untuk sesaat Arka terdiam, ia bahkan tidak habis fikir dengan ide Tuan Kaiden yang akan menikahkan adiknya dengan Tuan Muda. Bahkan pikirannya semakin kalut saat melihat butiran bening yang jatuh dari sudut mata Ziyi, wanita yang sejak dulu telah menjadi kekasihnya tampa sepengetahuan orang lain.

"Maaf Tuan jika saya lancang, tapi keputusan ada di tangan adik saya." Jawab Arka sedikit terbata sambil mengalihkan pandangannya ke arah Ayuka yang masih tertunduk sejak tadi.

"Tapi aku tidak setuju Ayah, kenapa mesti adik Arka?"

"Dika. Ini keputusan Ayah, dan tidak akan ada yang bisa mengubahnya."

"Tapi kenapa mesti dia Ayah? Apa Ayah mau melihat gadis itu berakhir seperti ibu?"

"DIKA."

Bentak Tuan Kaiden dengan nada keras, yang membuat semua yang berada di ruangan tersebut tertunduk. Nafas pria itu terlihat naik turun menahan emosi, tangannya mengepal sempurna hingga terlihat buku-buku jarinya memutih. Butuh waktu hingga lima menit untuk bisa meredam emosinya.

"Nona Ayuka, apa kau menyetujui pernikahan ini?" Tanya Tuan Kaiden perlahan sambil menatap Ayuka dengan tatapan lembut.

'Apa yang harus aku katakan, aku mencintainya, aku juga menginginkannya, tapi aku... ' Batin Ayuka yang masih setia dengan keterdiamannya.

"Nona Elvan Ayuka Bagaskara, Ayah menunggu jawabanmu." Ucap Tuan Kaiden penuh penekanan.

'Maafkan aku kak Arka.' Batin Ayuka sambil mengangguk perlahan, yang langsung di sambut tawa oleh Tuan Kaiden.

Wajah Arka berubah pias melihat keputusan adiknya, rasa takut, sedih, gelisah, dan marah menjadi satu menyelimuti hatinya. Arka hanya bisa memejam untuk menahan semua rasa sakit yang membuat nafasnya seolah di tarik perlahan, begitu menyakitkan saat mengingat dua wanita yang amat di sayanginya harus menahan rasa sakit yang entah karena kesalahan siapa. Tidak jauh berbeda dengan Radika yang kini tengah menatap Ayuka dengan tatapan tajam Sambil mengepalkan kedua tangannya.

'Bahkan kau rela menderita, meskipun kau tau aku tidak bisa memberikan hatiku untukmu.' Batin Radika sambil mengusap wajahnya kasar dan kembali menatap sang Ayah yang saat ini sedang tersenyum penuh kemenangan.

"Ziyi, atur segala keperluannya, Ayah ingin pernikahan ini dilaksanakan sesegera mungkin."

Lanjut Tuan Kaiden menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa sambil menyilangkan kakinya.

"Baiklah."

Jawab Ziyi singkat. Perlahan ia beranjak dari duduknya dan melangkah keluar. Arka hanya bisa melihat punggung sempit kekasihnya yang perlahan menghilang dari balik pintu.

* * * * *

* TO BE CONTINUED.

Terpopuler

Comments

mbemndut

mbemndut

singa tua yaampunn kasian yi sama arka😭😭😭

2021-11-20

1

Bintang Desember

Bintang Desember

nyesek ke Arka ma ziyi 😭

Yuka ke Dika juga 😭

kok jadi bawang semua sih m😭

2021-03-31

1

Mirna Rayn

Mirna Rayn

ceritax semakin seru...

2021-02-15

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!