Tok.. Tok.. Tok..
Suara ketukan pintu dari luar membuat Ayuka terkejut dan langsung mengusap air matanya yang sedari tadi membasahi kedua belah pipinya, sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan menggunakan selimut dan berusaha untuk mengatur perasaannya. Hingga suara knop pintu kamarnya terdengar terbuka bersamaan dengan suara langkah kaki yang perlahan mendekati tempat tidurnya.
"Kau sudah bangun?" Tanya Arka perlahan sambil menyentuh pundak Adiknya yang tertutupi selimut.
"Yuka.. Bisakah kau jujur pada kakak, apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Arka perlahan, Ayuka membalikkan tubuhnya, dan bangkit dari pembaringannya, menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidurnya. Arka menarik nafas dalam saat menatap mata sembab adiknya, dan dengan perlahan mengusap sisa air mata yang masih tersisa di sudut mata adiknya.
"Inilah yang paling kakak takutkan, melihatmu menagis sendirian, apa yang harus kakak lakukan sekarang agar kau merasa jauh lebih baik?" Tanya Arka seraya membelai rambut panjang adiknya yang terlihat sangat berantakan.
"Maaf kak, Yuka hanya sedang merindukan Ayah dan juga ibu."
"Benarkah? Apa tidak ada hal lain yang membuatmu menangis?"
"Yuka Baik baik saja." Jawab Ayuka semakin terisak.
"Apa kau benar-benar mencintainya?"
"Kakak," Suara Ayuka mulai bergetar, ia tertunduk dalam diam, bahunya bergetar menahan tangis, sungguh membuat Arka semakin prustasi, dan perlahan Arka mengusap bahu itu lembut.
"Yuka, kau tau kan kalau kakak sangat menyayangimu, kakak tidak bermaksud untuk bersikap egois padamu, tapi kali ini kakak mohon, lupakan cintamu padanya."
"Tapi kenapa kak? kenapa Yuka harus melakukan itu?"
"Yuka, Tuan Dika adalah pria yang tidak akan pernah memberikan hatinya kepada siapapun, sebelum kau terluka lebih dalam lagi, kakak mohon, lupakan dia."
"Tapi Yuka sudah terlanjur mencintainya kak, Yuka mohon kak.. Biarkan Yuka tetap mencintainya." Pinta Ayuka dengan isakannya, dan Arka yang mendengarkan permintaan adiknya tidak kuasa menahan kesedihannya, untuk sesaat ia hanya bisa terdiam hingga meraih tubuh adiknya untuk di dekapnya adalah hal yang bisa ia lakukan untuk saat ini.
Kenapa kau tidak bisa merasakan ketakutan kakak saat ini.
Batin Arka semakin erat memeluk tubuh adiknya yang semakin tersedu di dalam pelukkannya.
"Yuka bahagia saat merasakan perasaan ini kak, dan selagi Yuka masih bisa mencintainya, Yuka akan tetap mencintainya."
"Tapi dia tidak menginginkanmu, jangan sakiti dirimu sendiri dengan perasaan yang tidak akan mungkin terbalaskan."
"Kakak, bisakah kakak membiarkan Yuka kali ini saja?" Tanya Ayuka yang untuk kesekian kalinya meminta pengertian dari kakanya. Ayuka menatap wajah kakaknya yang hanya bisa terdiam, bahkan tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut pria itu.
Kenapa kau malah meminta kakak untuk melihatmu terluka dan menangis.
Batin Arka menjerit, saat menatap mata sendu adiknya.
"Kakak.. "
"Apa kakak harus melihatmu tersakiti? Bahkan di saat kakak tidak punya pilihan lain? Apa kau sedang menghukum kakak sekarang?"
"Kakak, Yuka tidak bermaksud... "
"Kakak mengerti. Istrahatlah, kau sudah cukup banyak menangis. kakak tidak mau kau jatuh sakit."
Ucap Arka sambil merapikan selimut yang membungkus tubuh Adiknya, mengusap pucuk kepala dan mengecupnya dengan lembut, sebelum ia beranjak dari duduknya, melangkah keluar kamar meninggalkan Ayuka yang masih terdiam menatap punggung lebar Arka yang perlahan menghilang dari balik pintu.
* * * * *
Pukul 23 : 30 malam, Arka duduk terdiam di dalam ruang kerjanya, sambil termenung menatap foto almarhum kedua orang tuanya dengan senyum yang seolah sedang memperlihatkan kepada kedua orang tuanya bahwa mereka baik baik saja.
"Ayah.. Yuka sudah tumbuh menjadi anak yang dewasa sekarang, dia juga sangat cantik sama seperti ibu, apa Ayah bahagia?" Ucap Arka terus menatap foto sang Ayah hingga pandangannya kembali beralih pada foto cantik ibunya.
"Ibu.. Yuka sedang menyukai seseorang sekarang, bahkan dia sudah mencintai pria itu, dia mencintai pria yang...." Arka terdiam dengan kalimat yang menggantung, perlahan ia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kerjanya, membiarkan butiran bening yang perlahan menetes dari sudut matanya. Dan ini untuk yang pertama kalinya Arka kembali menitikkan air matanya setelah kematian Ayah dan ibunya, hingga setahun berlalu, saat ini ia kembali menangis karena adiknya.
"Ayah, Ibu, apa yang harus aku lakukan sekarang, aku menyayangi mereka semua, aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa sekarang, jika aku tidak ingat akan utang budi pada seseorang yang telah membuat hidup keluarga kita jauh lebih baik seperti sekarang ini, aku pasti sudah membawa Yuka pergi jauh dari sini, agar dia tidak perlu merasakan luka seperti saat ini, tapi aku belum bisa melakukan itu." Gumam Arka memijat pangkal hidungnya, sambil mengingat kembali kejadian 14 tahun lalu, di mana ia terikat dan masuk ke keluarga Kaiden.
* FLASHBACK.
"Hati-hati Tuan, di belakang Anda.. "
Teriak salah seorang pria muda sambil melompat kearah Tuan Kaiden untuk dilindunginya dari pengendara motor triel yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi sambil memegang sebuah senjata tajam berbentuk pedang samurai yang jika ia terlambat satu detik saja menarik tubuh Tuan Kaiden, pedang tersebut sudah pasti akan tembus ke dada Tuan Kaiden yang saat ini sedang berada di punggung pria penyelamatnya itu. Dan saat melihat kejadian tersebut, beberapa sekuriti yang sedang berjaga di depan pintu masuk gedung KZR Grup dengan cepat berlari untuk meringkus pelaku pengendara motor yang sudah terjatuh saat berusaha untuk melarikan diri.
"Anda tidak terluka Tuan?" Tanya pria muda itu, nampak khawatir.
"Dari pada kamu menanyakan keadaan saya, sebaiknya kau cepat ke dokter untuk mengobati lukamu sendiri." Balas Tuan Kaiden saat melihat luka menganga di pundak pria muda tersebut yang masih mengenakan seragam kerjanya itu, dan itu adalah luka sayatan yang cukup parah.
"Ahh tidak perlu Tuan, ini hanya luka sobek biasa, yang penting Tuan tidak apa-apa." Jawab pria itu tersenyum sambil berusaha menutupi lukanya yang semakin mengeluarkan darah.
"Jangan keras kepala anak muda. Cepat obati lukamu sebelum kau kehilangan banyak darah."
"Saya benar tidak apa-apa Tuan, lagi pula saya sudah terbiasa mendapatkan luka seperti ini."
"Apa kau seorang preman?" Tanya Tuan Kaiden mengernyit.
"Ahh tentu saja tidak Tuan, saya seorang mahasiswa, tapi saat ini saya sedang bekerja paru waktu di sebuah supermarket, jadi saya harus bergegas, sebelum saya terlambat."
"Memang apa yang akan terjadi jika kau terlambat? Apa kau akan di bunuh?" Tanya Tuan Kaiden santai.
"Ahh.. Tidak sperti itu Tuan, paling saya akan di kasih teguran." Jawab pria itu menggaruk tengkuk lehernya.
"Lalu?"
"Mungkin di pecat."
"Baguslah."
"Ha?"
"Ada apa? Bukankah itu bagus? Jika kau di pecat dari pekerjaanmu, saya tidak perlu repot-repot kan memintamu untuk berhenti?"
"Ma.. Maksud Tuan?"
"Bekerjalah di perusahaan saya." Balas Tuan Kaiden yang sontak membuat pria muda itu terkejut hingga lupa harus mengeluarkan jawaban dari pertanyaan pria paru baya yang baru saja di selamatkannya itu.
"Apa kurang jelas, bekerjalah di perusahaan saya." Tegas Tuan Kaiden mengulangi kalimatnya.
"Ta.. Tapi Tuan, saya masih harus menyelesaikan kuliah saya."
"Itu bukan masalah rumit, kau hanya perlu mengatakan setuju atau tidak. Ini kartu nama saya." Balas Tuan Kaiden sambil memberikan sebuah kartu nama pada pria itu dan langsung melangkah masuk kedalam mobilnya.
"Aku bukan tipe orang yang senang untuk menunggu. Jadi sebaiknya kau cepat memberikan keputusan." Lanjut Tuan Kaiden sebelum mobilnya melaju meninggalkan pria itu yang masih menatap sebuah kartu nama yang ada di tangannya.
"Kaiden Zaferino, siapa yang tidak mengenal Anda. Pengusaha sukses yang sangat terkenal di Negara ini."
Gumam pria itu yang masih menatap kartu nama ditangannya sebelum akhirnya ia di kejutkan kembali oleh sebuah klakson mobil yang tiba-tiba berhenti tepat di hadapannya.
"Masuklah." perintah seorang pria yang sedang berada di dalam mobil tersebut.
"Anda siapa?"
"Saya Ken, asisten Tuan Kaiden, dan beliau yang menyuruh saya untuk mengantarkan Anda kerumah sakit sekarang juga." Jawab Ken.
"Tapi saya tidak apa-apa."
"Ini perintah dari Tuan Kaiden." Balas Ken lagi yang seolah tidak mau menyerah untuk menaklukkan pria yang sudah membuat Presdirnya tertarik itu, dan untuk sesaat pria itu terdiam, sebelum akhirnya ia menyerah dan melangkah masuk kedalam mobil tersebut, hingga tidak menunggu lama mobil tersebut langsung melaju menuju di sebuah Rumah sakit yang ternyata juga milik KZR Grup.
"Sebenarnya siapa orang tadi, yang berniat mencelakai Tuan Kaiden?" Tanya pria muda tersebut membuka suara, memecahkan keheningan di dalam mobil saat perjalanan pulang mereka usai dari rumah sakit, yang di sana pria itu mendapatkan beberapa jahitan untuk lukanya.
"Rival bisnis Tuan Kaiden."
"Ha?? Apakah Tuan Kaiden selalu berada di dalam posisi bahaya seperti itu?"
"Iya, tapi sayang banjingan tengik itu kurang beruntung karena tidak bisa melukai Tuan Kaiden sedikitpun."
"Syukurlah, semoga Tuan Kaiden baik baik saja."
"Itu hal yang biasa di dalam keseharian Tuan Kaiden, bahkan ada yang lebih menakutkan dari itu."
"Benarkah?"
"Hmm, benar. Oh iyaa.. Mengenai tawaran Tuan Kaiden, sebaiknya kau memberikan jawaban secepatnya. Menawarkan pekerjaan bagi orang asing yang tidak Tuan kenal adalah hal yang langka, sepertinya kau sangat beruntung, sebab Tuan Kaiden tertarik padamu."
"Aku akan memikirkannya."
"Sebaiknya jangan terlalu lama, sebab Tuan Kaiden berbeda dari kebanyakan orang, beliau tipe orang yang tidak suka menunggu."
"iya, saya mengerti. saya akan memberikan jawaban saya secepatnya."
"Baiklah, saya akan menunggu jawaban Anda."
"iya," Jawab pria muda itu singkat, sebenarnya suatu keberuntungan buatnya yang saat ini sedang membutuhkan pekerjaan untuk membiayai kehidupannya sehari-hari juga kuliah adiknya, bahkan ia sempat berfikir, tawaran langkah tersebut mungkin bisa membantunya untuk meringankan bebannya.
* MANSION.
"Ken, kau sudah mendapatkan informasi tentang anak muda tadi?"
Tanya Tuan Kaiden sambil menghisap batang rokoknya dengan duduk menyilangkan kaki di sebuah sofa single.
"Iya Tuan, nama pria itu Elvan Arka Bagaskara, dia putra dari Tuan Elvan dan Nnyona Naomi. Dia mengambil kuliah di jurusan perbangkan, dia juga salah satu Mahasiswa berprestasi dengan nilai di atas rata rata, Mendapatkan beasiswa. Selain kuliah, dia juga bekerja paruh waktu sebagai karyawan di sebuah supermarket juga di sebuah Club MMA Boxing." Jelas Ken panjang lebar yang hanya di balas anggukan oleh Tuan Kaiden.
"Lalu bagaimana dengan keadaan keluarganya sekarang?" Tanya Tuan Kaiden lagi.
"Sejak Ayahnya meninggal, Arka menjadi tulang punggung keluarga untuk membiayai sekolah Adik perempuannya yang saat ini sedang berada di Jerman, dan saat ini Ibunya sedang sakit dan masih di rawat di sebuah Rumah sakit karena Kanker Hati yang di deritanya."
"Dia anak yang luar biasa, Satu-satunya anak yang bisa berada di samping Dika, bukankah begitu Ken?"
"Iya Tuan."
"Anak itu harus bekerja di KZR Grup. Dan saat Dika pulang dari Belanda, aku akan mengangkat anak itu menjadi Asisten Dika."
"Iya Tuan, saya juga yakin jika Arka pasti akan menerima tawaran Anda, dia anak yang sangat sayang kepada keluarganya, selain itu KZR Grup adalah masa depan dan impian bagi para Mahasiswa, sebagai anak yang cerdas dalam hal berfikir, saya sangat yakin, Arka pasti akan memilih untuk masuk ke dalam perusahaan KZR Grup untuk membantu meringankan beban keluarga."
"Baiklah, kau bisa mengatur semuanya, pastikan semua berjalan lancar, karena minggu depan Dika akan kembali untuk mengambil alih perusahaan. Jadi aku ingin semua berjalan sesuai keinginanku."
"Baik Tuan."
* * * * *
Arka terbangun dari tidurnya saat suara lembut Ayuka memanggilnya, sambil mengerjapkan matanya saat cahaya matahari masuk lewat dari cela jendela yang di buka oleh Ayuka, Arka sedikit merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa sakit saat semalam ia tertidur di dalam ruangan kerjanya yang posisi duduk dengan tangan yang menyangga kepalanya di atas meja.
"Lagi lagi kakak tidur di ruang kerja." Ucap Ayuka perlahan sambil menatap wajah lelah kakaknya yang trlihat pucat.
"Maafkan Yuka, sebab sudah membuat kakak jadi banyak berfikir."
"Sudah tugas kakak untuk memikirkan apa saja yang bersangkutan dengan mu, apalagi untuk memikirkan kebahagiaan adik kakak satu satunya ini." Balas Arka mengusap pucuk kepala Adiknya sambil tersenyum.
"Terimakasih kak Arka." Balas Ayuka perlahan.
Terimakasih karena telah membiarkanku untuk memilih jalanku sendiri. jalan untuk mencintai pria itu.
Batin Ayuka tersenyum dalam diamnya, meski ada luka yang sangat besar di dalam hatinya.
"Yuka menyayangi kakak, Yuka sangat ingin melihat kakak bahagia."
"Maka teruslah tersenyum, karena hanya dengan melihatmu tersenyum kakak akan merasa bahagia, jangan pernah menangis lagi, sebab itu akan menyakiti kakak, apa kau mengerti?"
"Iya kak, Yuka janji. tidak akan menangis lagi."
Tapi jika kau memilih untuk terus mencintainya, kau akan selalu menangis.
Batin Arka sambil meraih tubuh adiknya untuk di peluknya.
"Setidaknya katakan kepada kakak, bila kau ingin menangis, agar kakak bisa berada di sampingmu, hingga kau tidak perlu menangis sendirian." Ucap Arka perlahan semakin mempererat dekapannya.
* * * * *
* TO BE CONTINUED.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Bintang Desember
love you Arka 😍😘
2021-03-31
1
Mirna Rayn
campur aduk... 😔😔😔
2021-02-15
2
Mirna Rayn
seru...
2021-02-15
1