Jam sudah menunjukkan pukul 22:30 malam, sudah sangat larut. Ayuka terjaga dari tidurnya saat mendengar suara notifikasi dari smartphonenya. Diraihnya benda pipih yang terletak di nakas samping tempat tidurnya untuk membaca pesan teks dari kakaknya.
Untuk sesaat Ayuka menarik nafas panjang, beranjak dari tempat tidurnya dan melangkah ke arah jendela untuk membuka tirai putih yang sedari tadi tertiup angin malam agar ia lebih leluasa menikmati angin malam di kota yang baru dua hari ini ia datangi.
Ayuka terdiam di atas balkon kamarnya, meskipun di sini adalah kota kelahirannya, namun sejak Ayahnya meninggal dunia ia langsung dikirim oleh kakaknya keluar Negri untuk bersekolah juga menemani sang Ibu yang saat itu sedang menderita kangker.
Dan selama 16 tahun lamanya ia juga harus terpisah dengan kakak satu satunya yang sibuk bekerja demi membiayai kuliahnya. Sebab harta yang di tinggalkan oleh almarhum Ayahnya hanya untuk membiayai pengobatan Ibunya. Hingga ibunya juga meninggal dunia setelah beberapa tahun menahan rasa sakit. Dan akhirnya ia bisa bernafas lega karena bisa mengunjungi sang kakak yang sudah sangat di rindukannya.
Perlahan Ayuka mengusap butiran bening yang tiba-tiba menitik di sudut matanya. Rasa sedih tiba-tiba menyelimuti hatinya, saat melihat apa yang sudah kakaknya berikan untuknya dan keluarga kecil mereka.
Kakak pasti sudah bekerja sangat keras, maafkan aku yang tidak bisa membantu kakak, yang tidak bisa berada di samping kakak saat melewati masa-masa sulit sendirian, aku tau kakak pasti merasa lelah dan kesepian tampa aku dan Ibu.
Batin Ayuka sambil menengadahkan kepalanya keatas, memandangi jejeran bintang yang nampak terlihat indah disana, air matanya terus menitik tampa ia sadari. Selang berapa menit, Ayuka kembali ke dalam kamarnya, merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan berusaha memaksa dirinya untuk terlelap.
Pukul 06:30 pagi, Ayuka terbangun saat indera penciumannya mencium sesuatu yang membuat perutnya terasa lapar. Dengan sedikit menggeliat untuk merenggangkan tubuhnya, Ayuka menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, lalu beranjak turun dari atas tempat tidurnya, sedikit berlari menuruni anak tangga menuju kedapur dengan senyum diwajahnya.
"Berhentilah berlari, kalau tidak kau akan terjatuh." Ucap pria bertubuh tinggi tegap itu, yang masih fokus dengan masakannya.
"Selamat pagi kak Arka," Sapa Ayuka yang sudah duduk manis di kursi sambil menopang dagunya di atas meja makan untuk menunggu sarapan yang di masak oleh kakaknya.
"Pagi sayang, maaf semalam kakak tidak pulang ke rumah, banyak pekerjaan yang mesti kakak urus." Balas Arka sambil meletakkan satu buah piring yang berisi pancake dan segelas susu coklat di hadapan adiknya lalu mengusap pucuk kepala gadis itu lembut.
"Apa kakak selalu sibuk seperti itu?" Tanya Ayuka sambil meneguk coklat panasnya.
"Iya, dan kakak berharap kau bisa terbiasa, tidak apa-apa kan?" Balas Arka menarik kursi lalu duduk di hadapan adiknya untuk sarapan.
"Iya kak." Ucap Ayuka singkat sambil terus mengunyah makanannya. Menyadari perubahan ekspresi adiknya, Arka hanya bisa tersenyum sambil menggeleng pelan mengusap pucuk kepala adiknya dengan gemas.
"Maafkan kakak, karena tidak bisa menemanimu setiap saat, apakah kau merasa kesepian di rumah?"
"Tidak kak, lagi pula hari ini Yuka sudah mulai kerja kan di cafe. Yah itu juga kalau di terima kak, dan kakak juga tidak perlu minta maaf, karena Yuka juga sangat mengerti dengan kesibukan kakak."
"Terimakasih sayang, kakak lupa kalau ternyata kau sudah tumbuh dewasa sekarang, sudah tidak ada si adik kecil yang cengeng lagi, kau tumbuh menjadi seorang gadis yang baik hati seperti Ibu. Kakak menyayangimu."
"Kakak juga semakin dewasa sekarang, Yuka bahkan bisa melihat sosok Ayah di dalam diri kakak." Balas Ayuka tersenyum sambil menampakkan senyum lebarnya yang sudah menjadi ciri khasnya.
"Baiklah, sepertinya kakak harus berangkat sekarang. Maaf kakak tidak bisa mengantarmu ke tempat kerja barumu." Ucap Arka seraya meneguk air mineralnya lalu beranjak dari duduknya.
"Tidak apa-apa kak, Yuka bisa sendiri. Semoga hari kakak menyenangkan." Balas Ayuka tersenyum menerima kecupan hangat di pucuk kepalanya sambil menatap punggung lebar kakaknya yang terus berjalan dengan langkah yang sedikit terburu-buru.
"Ah iyaa.. Kau bisa menggunakan mobil yang sudah kakak siapkan, hati hati lah saat berkendara." Seru Arka dari balik pintu sampai akhirnya tubuhnya menghilang dari pandangan Ayuka.
Lima menit berlalu Ayuka selesai dengan sarapannya, sambil bersenandung kecil, Ayuka membereskan sisa piring yang berada di atas meja makan untuk di cucinya. Usai dengan rutinitas paginya Ayuka kembali ke kamarnya untuk mandi dan bersiap. Butuh waktu 25 menit baginya dan semuanya beres, Ayuka menatap wajahnya di cermin sambil tersenyum.
"kerja baik Ayuka," Ucapnya sambil mengusap kepalanya sendiri. Hingga sampai matanya kembali tertuju pada sebuah jaket hitam yang masih tergantung rapi di samping lemari pakaiannya. Nampak senyum terpancar dari bibir gadis itu, tampa aba aba jantungnya kembali berdetak kencang hanya dengan mencium aroma maskulin dari jaket itu. Aroma parfum dari pria yang karena insiden kecil membuat mereka bertemu.
Aku rasa kau akan tetap disini, karena aku mungkin tidak akan bertemu lagi dengan tuanmu untuk mengembalikanmu.
Batin Ayuka membelai jaket itu dengan tatapan sedih. Dan saat ia melirik jam di ponselnya, matanya seketika melebar.
"Astaga aku bisa terlambat, aku akan benar benar tidak di terima di cafe itu." Seru Ayuka berlari kecil menuruni anak tangga meninggalkan kediamannya, meninggalkan mobil yang terparkir di garasi rumahnya, dan lebih memilih untuk naik Bis.
"Astaga yang bener saja kak Arka, masa aku harus menggunakan mobil itu untuk bekerja, apa tidak terlalu berlebihan, lagi pula aku juga hanya akan menjadi pelayan Cafe biasa nantinya." Celetuk Ayuka yang merasa risih dengan mobil yang di berikan kakaknya, sebuah mobil Lamborghini Aventador yang sengaja di siapkan kakaknya untuk digunakannya beraktivitas di luar.
Dengan langka yang sedikit terburu-buru Ayuka menaiki Bus, menyamankan dirinya, sambil melihat kearah jendela Bus, menikmati jejeran pohon maple yang nampak terlihat rapi.
* * * * *
* STAR CAFE AND RESTO.
"Selamat pagi,"
Sapa Ayuka sedikit membungkuk pada sosok yang sedang sibuk berbicara di ponselnya sambil membelakangi Ayuka yang sedari tadi berdiri sambil memperhatikan gerak gerik pria di hadapannya itu. Hingga sampai 20 menit berlalu, obrolan pria itupun selesai dan langsung membalikkan tubuhnya menatap Ayuka yang sedari tadi memasang senyum manisnya. Untuk sesat pria itu terdiam menatap wajah Ayuka, hingga membuat Ayuka merasakan senyumnya yang sudah mulai aneh karena bibirnya yang terasa kaku.
"Ah hentikan, Nona terlalu manis dengan senyum itu." Ucap pria tersebut yang terlihat tampan dengan kemeja yang berwarna biru navi yang kedua lengannya di lipat sampai ke siku.
"Nona Elvan Ayuka Bagaskara?"
Tanya pria itu lagi sambil membuka lembar demi lembar berkas yang sejak tadi di pegangnya. seorang pria yang merupakan pemilik cafe ini. "Silahkan duduk." Lanjutnya lagi.
"Iya Pak," Jawab Ayuka mengangguk dan mulai duduk manis dengan memangku kedua tangannya.
"Hei ayolah.. Aku masih mudah, kita hampir seumuran Nona, jangan panggil aku dengan sebutan seperti itu." Protes pria itu menghembuskan nafas panjang dan kembali memfokuskan pandangannya pada berkas berkas yang tadi di bacanya.
"Ah Maaf, ta.. tapi bapak kan Bos saya, jadi kurang sopan kalau saya.. "
"Panggil kakak saja bagaimana?" Ucap pria itu lagi tersenyum.
"Kakak?" Tanya Ayuka terlihat ragu sambil memiringkan kepalanya.
"Ada apa? Apa aku terlihat begitu tua untuk di panggil kakak?" Tanya pria itu lagi sambil memicingkan matanya.
"Tidak.. tidak apa-apa Pak, ehh maksud saya kakak." Jawab Ayuka gugup dengan senyum lebarnya seraya memegangi tengkuk lehernya.
Ah yang benar saja, apa aku tidak salah tempat.
Batin Ayuka yang sempat termenung, sampai akhirnya ia sedikit tersentak saat pria di hadapannya tiba-tiba menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Ayuka.
"Pantas saja anak itu sangat menyukaimu, kau mempunyai mata biru yang indah, juga senyum yang manis. Tapi kamu tidak salah kan, mendaftar kerja sebagai karyawan biasa? padahal kamu bisa bekerja di tempat yang lebih bagus. Yah bukan berarti Cafe milikiku ini tidak bagus." Ucap pria itu yang sempat membuat Ayuka melongo. Ia berusaha mencerna kata-kata pria di hadapannya itu yang mungkin sebentar lagi akan menjadi Bosnya.
"Maksudnya, suka? Siapa?" Tanya Ayuka lagi yang sepertinya masih bingung dengan kalimat pertama pria itu.
"Ah itu, si anak bodoh yang sampai sekarang masih belum punya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya pada gadis yang di sukainya." Jawab pria yang bernama Giovano itu. Tampa melihat wajah Ayuka yang semakin terlihat bingung. Giovano sibuk membolak balik berkas Ayuka yang sepertinya akan langsung ia jadikan sebagai asisten manager. Biar bagaimanapun Ayuka memang tidak pantas menjadi karyawan biasa di cafe itu, meski terbilang Cafe milik Giovano termasuk dalam jejeran Cafe dan Restoran terbesar dan mewah di kota ini.
"Sepertinya kamu tidak terlalu membutuhkan uang, hingga harus kerja di cafe ini, benarkan?" Tanya Giovano sambil menatap Ayuka.
"Itu tidak benar, saya sangat membutuhkan uang untuk membiayai hidup saya yang serba pas-pasan ini, saya seorang diri di kota ini." terang Ayuka dengan wajah memohonnya.
"Sendirian? Pas-pasan?" Tanya Giovano mengernyit.
"Iya, jadi saya sangat membutuhkan pekerjaan ini." Lanjut Ayuka lagi yang membuat Giovano menghela nafas panjang.
"Apa Arka sudah tidak memberimu uang jajan yang cukup lagi?" sahut Giovano yang sontak membuat mata Ayuka melebar, ia mengatup bibirnya dan berusaha menghindari tatapan Giovano.
Dia mengenal kakak? Astaga pria ini apa yang harus aku katakan sekarang, aiiss aku malu sekali.
Batin Ayuka, yang tiba-tiba saja ingin mengecil dan berlari di pojok ruangan.
"Kakak mengenal kak Arka?" Tanya Ayuka dengan suara berbisik yang nyaris tidak terdengar.
"Tentu saja, cukup dekat malah, lagian siapa yang tidak mengenal seorang Asisten Direktur KZR Group yang tegas, pintar, juga berwibawa. Apalagi Direkturnya yang juga begitu sempurna."
"Benarkah?" Tanya Ayuka melongo.
Padahal di rumah, kakak nampak terlihat biasa biasa saja.
Ayuka kembali terdiam dengan pemikirannya.
"Hei, jangan bilang kau tidak tahu seterkenal apa kakak kamu itu. Jangan-jangan kamu juga tidak tahu siapa Direktur KZR Group?" Tanya Giovano yang nampak syok dengan gelengan kepala dan cengiran Ayuka yang membuatnya menarik nafas cukup dalam lalu dikeluarkan secara perlahan.
"Dengar Nona, jika aku yang menjadi kakakmu, mungkin aku sudah menjewer telingamu." Ucap Giovano yang merasa gemas dan langsung mengulurkan tangannya ke arah telinga Ayuka yang sudah terlebih dulu memundurkan kursinya sambil menutup kedua telinganya.
"Ah sudahlah.. mungkin dia kota ini hanya kau satu-satunya orang yang tidak tau sebesar dan seterkenal apa KZR Group. kau bisa membuka internet untuk melihatnya sendiri. Dan kau akan tahu, seterkenal apa seorang Direktur KZR Group dan Asistennya itu. Dan mulai hari ini, kau sudah bisa mulai kerja sebagai Asisten Manajerku." Ucap Giovano tersenyum sambil mengulurkan tangan kanannya ke arah Ayuka untuk menjabat tangan gadis itu.
"Apa? As.. Asisten.. Manajer anda? Tapi sebelumnya aku hanya mendaftar sebagai karyawan biasa saja Pak, bukan jadi seorang... "
"Kakakmu bisa menghajarku, jika tahu adik kesayangannya bekerja sebagai karyawan biasa. Kakak kamu sangat menakutkan, asal kau tahu." Celetuk Giovano yang lagi-lagi membuat Ayuka terkejut.
"Lama kelamaan aku mulai menyukai ekspresi terkejutmu itu, dan tidak perlu sekaget itu, karena jabatan ini sebenarnya masih belum pantas dibandingkan dengan pendidikanmu. Apalagi kau lulusan Universitas terbaik di Jerman, seharusnya kau bekerja di Perusahaan besar Nona."
"................ "
"Nona bermata biru, lanjutkan lamunanmu itu diruanganmu sendiri. Jangan melamun di hadapanku, aku bisa-bisa lupa kalau aku dan kakakmu adalah teman baik dan memacarimu. Sekarang saja aku hampir lupa kalau ada seseorang yang sedang memikirkanmu, silahkan." Timpal Giovano sambil menunjukkan satu ruangan Asisten Manager tepat di hadapan ruangannya sekarang.
"Maafkan saya Pak."
"Siapa yang kau panggil dengan sebutan bapak? bukankah sudah aku katakan berulang kali Nona, panggil aku kakak. Dan juga aku tidak mau melihatmu terus melamun, karena aku pasti akan benar-benar menjewermu nanti. Dan jangan lupa, kau perlu menyuapku untuk satu hal."
"Suap? Maksud kakak?
"Kau lupa dengan apa yang kau katakan tadi? bahwa kau hidup pas-pasan, seorang diri untuk menopang hidup, asal kau tahu, tadi itu aku hampir saja menagis karena terharu saat mendengarmu. Apalagi kalau kakak kamu juga dengar, aku yakin dia bukan hanya menangis, dia bahkan akan...."
"Aahh tolong... Jangan katakan apapun kepada kak Arka soal pembicaraan kita tadi." pinta Ayuka memohon sambil menangkup kedua tangannya di depan wajahnya lengkap dengan wajah termanisnya, yang sontak membuat Giovano kembali melongo.
"Baiklah, tapi kau berutang makan malam denganki."
"Baiklah, aku setuju," Ucap Ayuka beranjak dari duduknya dan langsung meninggalkan ruangan Giovano, sambil berjalan memasuki ruangan barunya yang hanya berjarak beberapa meter dari ruangan bosnya, bahkan ia masih bisa melihat dengan jelas wajah tampan bosnya dari balik pintu yang berbahan kaca tersebut.
* * * * *
* TO BE CONTINUED.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Wie Yanah
seru
2021-04-22
1
Hesti Ariani
aihh..manis sekali kak giovanno😊
keren nih novel👍
2021-04-13
2
Bintang Desember
Giovano kok lucu yah 😅
2021-03-31
1