Rumah Asisten Presdir

"Ya sudah, ayo ikut aku." Balas Ayuka tersenyum sambil melangkah pelan yang di susul Radika yang juga melangkah pelan di belakang Ayuka, mengikuti jejak langkah gadis itu sambil tersenyum.

Radika langsung menyamakan duduknya di sofa single saat mereka berdua tiba di dalam ruangan kerja Ayuka yang memang terlihat nyaman. Ruangan yang terletak di lantai dua, dan Radika cukup menikmatinya, apalagi di saat ia melihat Ayuka yang sedikit sibuk saat menyiapkan kotak obat p3k yang selalu ia Siapakan di dalam laci nakas ruangannya.

Selama mengobati wajah pria itu, jantung Ayuka tidak hentinya berdebar bahkan wajahnya semakin memerah saat Radika yang sedari tadi tidak melepaskan pandangannya dari wajah Ayuka, entah apa yang di pikirkan Radika saat ini, bahkan ia terus mengamati tiap inci di wajah manis yang saat ini sungguh dekat dengan wajahnya sekarang, mulai dari mata yang biru, hidung yang mancung, juga bibir merah mudah yang mungil, dan dagu yang lancip, semua tidak luput dari pandangan Radika. Apalagi posisi wajah Radika yang semakin lama semakin dekat, hingga hanya berjarak dua jengkal dari wajah Ayuka.

Hal itu cukup membuat jantung Ayuka berdebar kencang, yang tampa sadar ia menggigit bibir bawahnya untuk menghilangkan rasa gugupnya, hingga Radika hanya bisa mengernyit saat melihat kegugupan Ayuka saat ini.

Aahhh sial.. Kenapa aku menjadi sangat mual, ini sungguh menakutkan. Batin Radika mulai merasa gerah.

"Kau tidak perlu gugup." Ucap Radika perlahan.

"Ha? Aku tidak gugup." Sanggah Ayuka yang jelas berbohong.

"Tapi yang aku lihat sepertinya benar, lihat tanganmu yang sampai bergetar seperti itu."

"Hentikan, jika anda terus berbicara aku tidak bisa mengobati luka Anda dengan cepat."

"Apa kau menyukaiku?"

Pertanyaan Radika yang langsung membuat Ayuka menghentikan pergerakan tangannya. kini Ia terlihat semakin gugup dengan jantung yang semakin berdebar keras.

"Aku benar kan?" Tanya Radika lagi sambil tersenyum miring dan terus menatap wajah merona Ayuka. Untuk sesaat Ayuka terdiam dan semakin keras pula ia menggigit bibir bawahnya.

Kenapa yang dia katakan semua benar, yah.. dia tampan, dan aku menyukainya, sejak pertama melihatnya aku sudah menyukainya. Batin Ayuka semakin larut dalam pikirannya.

"Berhenti menggigit bibirmu seprti itu, kau bisa terluka." Ucap Radika lagi dengan nada datar yang seketika langsung menyadarkan Ayuka dari lamunannya.

"Aku bukan pria yang baik. Jadi kau jangan pernah menyukaiku."

Ucap Radika yang tiba-tiba membuat Ayuka merasakan ada kesedihan dan kekecewaan di hatinya, entah kenapa, perkataan pria itu membuatnya sedikit terluka, hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk menatap wajah Radika yang terlihat tanpa ekspresi sedikitpun dan sangat dingin.

"Tapi aku sudah terlanjur menyukai Anda."

pernyataan Ayuka yang begitu saja keluar dari mulutnya cukup membuat Radika terkejut. hingga akhirnya Ayuka kembali tertunduk sambil meremas jari jari tangannya, seolah menyesali perkataannya barusan.

"Nona.. Bukankah terlalu cepat jika kau jatuh cinta padaku? Kita bahkan baru dua kali bertemu."

"Aku bilang menyukai Anda. Tapi tidak mengatakan kalau aku jatuh cinta pada Anda." Gumam Ayuka yang masih tertunduk.

"Tsk, Apa itu berbeda? Dan jika aku boleh tau, apa yang membuatmu menyukai ku?"

"Aku tidak punya jawaban untuk pertanyaan Anda. Karena aku sendiri tidak tau kenapa bisa menyukai Anda, aku bahkan selalu berdebar bila menatap mata indah ini, dan senyum manis ini." Jawab Ayuka kembali menatap wajah Radika yang tetap sama dengan ekspresi dingin dan datarnya, hingga tatapan lembut Ayuka sempat membuat Radika terdiam sejenak.

"Kau jatuh cinta padaku, itulah jawabannya."

"Benarkah? Aku sendiri bahkan tidak menyadarinya." Jawaban polos Ayuka yang hanya di balas senyum smirk oleh Radika.

"Dasar bodoh, Kenapa kau begitu polos? Bahkan kau tidak bisa menyadari perasaanmu sendiri Nona."

"Aku tidak polos dan aku tidak bodoh." protes Ayuka mempautkan bibirnya kesal.

"Yah.. Kau hanya tidak tau apa apa. Dan ini sudah cukup larut. Sebaiknya aku pulang, terimakasih atas obatnya."

Radika yang sudah sejak tadi menahan rasa mualnya langsung beranjak dari duduknya dan melangkah keluar meninggalkan Ayuka yang masih mematung, menikmati irama jantungnya yang terus berdebar, apalagi saat indra penciumannya masih merasakan aroma maskulin yang sama dari tubuh pria itu, bayangan wajah pria itu masih jelas melekat di ingatannya, Ayuka menggenggam jemarinya yang tadi sempat di genggam pria itu.

Sudah jelas genggaman tangannya terasa dingin, tapi kenapa aku masih ingin menggenggam tangan itu lagi, apa yang terjadi padaku.

Gumam Ayuka sambil menatap telapak tangannya, hingga suara ketukan pintu tiba tiba menyadarkannya dari lamunan. Untuk sesaat senyuman manis tergambar di wajahnya saat melihat Sosok yang sudah berdiri tepat di depan pintu ruang kerjanya.

"Kak Arka." panggil Ayuka melambangkan tangannya untuk menyambut Arka.

"Kata Ge kamu lembur malam ini, dan kakak sengaja datang untuk menjemputmu." Ucap Arka yang langsung duduk di samping adiknya.

"Ada apa? Apa Kau sakit?" Tanya Arka yang langsung meletakkan punggung tangannya di jidat Ayuka saat melihat wajah Ayuka yang sedikit berbeda.

"Ah tidak apa apa kak, Yuka baik baik saja, mungkin hanya kelelahan." Balas Ayuka tersenyum sambil berusaha menyembunyikan kepanikannya.

" Apa Ge menyulitkanmu?"

"Tidak kak, kak Ge pria yang baik, justru dia selalu membantu Yuka."

"Syukur lah.. " Jawab Radika tersenyum lega, meskipun ia masih tidak yakin dengan jawaban adiknya.

"Iya sudah.. Ayo kita pulang, atau kita perlu singgah di suatu tempat untuk makan malam?" Tanya Arka lagi.

"Mungkin lain kak, Yuka sudah makan tadi bersama kak Ge sebelum ia pulang."

"Yasudah kalau begitu." Balas Arka beranjak dari duduknya, mereka pun keluar dari ruangan dan meninggalkan tempat itu, menuju mobil yang langsung melaju dengan kecepatan sedang.

"Kakak tidak biasanya pulang cepat hari ini." Tanya Ayuka kembali membuka percakapan di dalam mobil.

"Iya, bukankah ini hal yang bagus, jadi kakak bisa menjemputmu" Jawab Radika tersenyum.

"Kak Arka,"

"Hmm.. Ada apa?

" Apa Yuka boleh bertanya sesuatu?"

"Boleh sayang, mau menanyakan soal apa? ada apa?" Tanya Arka yang masih fokus pada kemudinya.

"Apa Yuka boleh menyukai seseorang?"

Satu pertanyaan dari Ayuka yang membuat Arka terdiam dalam beberapa detik, hingga akhirnya pria itu kembali tersenyum.

"Apa ada pria yg kau sukai? Siapa?"

"Sepertinya begitu, tapi... "

"Sepertinya?? Maksudnya?"

"Sepertinya Yuka belum yakin dengan perasaan sendiri, tapi.. "

"Siapa pria itu?" tanya Arka yang sepertinya tidak sabar menunggu jawaban dari adiknya.

"Yuka belum bisa memberi tahu kakak untuk saat ini, maaf.. Masalahnya Yuka juga belum yakin kak." Jawab Ayuka tertunduk dengan pikiran kalutnya, sedang Arka hanya bisa menarik nafas dalam dan kemudian menghembuskannya secara perlahan.

"Kakak tidak masalah jika kau menyukai seseorang, selama dia pria yang baik dan bertanggung jawab. Dan yang terpenting tulus menyayangimu. Lagipula umur kamu sudah 25 tahun, dan sudah sewajarnya untuk jatuh cinta."

"Terimakasih kak." Ucap Ayuka yang langsung terlihat berbinar bahagia.

"Oh iya.. Bagaimana kabar Bian? Kakak sudah lama tidak melihatnya. Dia pria yang baik, kakak menyukainya, yah kakak pikir dia akan ikut pindah ke sini bersama kakaknya, ternyata tidak."

"Lah.. Bian punya kakak? Kenapa Ayuka tidak pernah mengetahuinya?"

"Mereka juga jarang bersama, sebab masing-masing bekerja di tempat yang berbeda."

"Yuka juga belum pernah mendengar kabar dari dia, sejak dia pindah ke Belanda untuk bekerja. Yuka juga sangat merindukannya, dia teman terbaik Yuka saat di Jerman, malah sekarang Yuka jadi penasaran, apa dia sudah memiliki kekasih?"

"Ada apa? Kamu tidak rela?" Goda Arka tertawa sambil melirik wajah Ayuka yang kembali ditekuk, dan tingkah menggemaskan Ayuka itu semakin membuat Arka terbahak.

Hingga 30 menit berlalu, mereka pun sampai di rumah, mereka pun menghentikan obrolan dan lansung masuk ke dalam rumah.

"Sepertinya Yuka tidak bisa menemani kakak nonton malam ini, Yuka sangat mengantuk kak."

"Tidak apa apa, kamu istrahat saja, lagi pula malam ini kakak masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan." Jawab Arka mengusap pucuk kepala adiknya sebelum memberi kecupan selamat malam di jidat adiknya.

"Baiklah, selamat malam kak Arka."

Ucap Ayuka sambil menyeret langkahnya menaiki anak tangga menuju kamar tidurnya, membersihkan dirinya dengan mandi sebentar dan langsung naik ke atas tempat tidur, membenamkan tubuhnya di balik selimut tebalnya. Sebelum pikirannya kembali tertuju pada sosok pria yang baru sejam lalu bersamanya.

"Apa aku memang jatuh cinta padanya, yang bahkan belum tahu siapa namaku, kenapa justru aku tidak bisa melupakannya sekarang." Gumam Ayuka yang kembali mengarahkan pandangannya ke sebuah jaket hitam yang masih tergantung rapi di sana.

* * * * *

Di lantai bawah, ruang kerja nampak Arka yang masih bergelut dengan beberapa filenya, dan beberapa dokumen penting yang harus ia siapkan untuk meeting besok. Hingga 2 jam berlalu Arka baru menyelesaikan kerjaan yang cukup menguras otaknya. Dengan perlahan Arka meraih Earphones yang tergeletak di atas meja kerjanya, mendengarkan sedikit lagu dari musisi Vaforitnya untuk menenangkan pikirannya, dan ia cukup menikmatinya, sebab sangat jarang ia bisa menikmati lagu dan bersantai seperti sekarang ini.

Puas dengan lagunya, Arka beranjak dari duduknya berjalan menuju pantry untuk mengambil minuman isotonik dari dalam kulkas untuk menyegarkan tenggorokannya. Sampai akhirnya suara ponsel di dalam saku celananya berbunyi, hingga membuat Arka lansung melangkah cepat menuju ruang tamu saat usai membaca pesan notifikasi dari ponselnya. Dan saat membuka pintu nampak sosok Presdirnya yang tengah berdiri dengan senyuman yang sempat membuat Arka merinding, sebelum akhirnya matanya melebar saat melihat beberapa luka lebam di wajah tamu yang tidak di undangnya itu.

"Tuan muda, apa yg terjadi dengan wajah anda?" Tanya Arka yang terlihat sangat panik.

"Setidaknya biarkan aku masuk dulu, sebelum menjawab pertanyaanmu itu." Jawab Radika santai dan langsung melangkah masuk ke dalam melewati Arka yang masih berdiri di depan pintu.

"Apa yg terjadi sebenarnya?" Tanya Arka sambil meletakkan kotak obat di atas meja, membukanya dan siap mengobati luka memar di wajah Presdirnya.

"Kau tidak perlu mengobatinya, sudah ada yang mengobatinya tadi sebelum aku kesini." Jawab Radika.

"Benarkah?" Tanya Arka menyatukan alisnya.

Siapa yang mengobatinya, bukankah dia tidak nyaman bila ada seorang yang menyentuh wajahnya. Batin Arka.

"Tapi setidaknya harus di tempeli plester, agar tidak terkena debu, apa tadi Anda kerumah sakit?"

"Iya.. Dan ada seorang dokter yang mengobatinya."

"Lalu kenapa Anda bisa terluka seperti ini?"

"Ada insiden kecil di klab."

"Kenapa Anda tidak menghubungi saya Tuan?"

"Aku khawatir, bisa-bisa kau membunuh orang itu. Jadi aku tidak menghubungimu." Jawab Radika, bahkan ia kembali mengingat insiden tahun lalu. Di mana Arka sempat membuat seseorang koma selama satu minggu di rumah sakit karena dengan sengaja sudah mencelakai Radika. Sebab Arka akan berubah menjadi sangat menakutkan bila berhadapan dengan orang-orang yang mengancam keselamatan Radika, sebab di luar sana tidak sedikit orang-orang yang ingin melihat KZR Grup jatuh. Dan target utama mereka adalah Radika, meskipun sampai saat ini tidak ada yang pernah berhasil dengan rencana jahat mereka. Sebab tembok yang melindungi Radika dan perusahaannya terlalu tinggi dan kokoh.

"Tapi tetap saja Tuan, apa yang harus saya katakan kepada Ayah Anda jika ia melihat wajah Anda seperti ini?"

"Hei tenanglah, ini hanya luka kecil. Kita hanya tidak perlu menemuinya sampai luka ini sembuh" Jawab Radika sambil menyandarkan tubuhnya di atas sofa.

" Lalu apa yang terjadi dengan orang itu?"

"Entahlah, mungkin dia akan lumpuh, Ken yang membereskannya."

"Ken? Jadi selama ini Ken yang turun langsung untuk mengawasi Anda? Jadi foto-foto itu?"

"Sudah pasti orang suruhan Ken, kau kan tau, Ayah selalu ingin tau sampai ke akar akarnya, dan tadi Ken sepertinya kembali ke klub saat melihatmu pergi."

"Maafkan saya Tuan, seharusnya saya tidak meninggalkan Anda tadi." Ucap Arka dengan wajah yang di penuhi penyesalan.

"Ayolah Arka, kau tidak perlu meminta maaf, aku yang memintamu untuk pulang, dan satu lagi. Malam ini aku akan menginap disni." Ucap Radika tersenyum dengan keputusannya sendiri.

"Baiklah Tuan, istrahatlah, Anda nampak kelelahan, saya akan menyiapkan teh madu untuk Anda."

"Tidak perlu, aku akan tidur sekarang."

Jawab Radika beranjak dan terus melangkah menuju kamar tamu utama yang memang sengaja Arka siapkan buat Radika, karena ini bukanlah kali pertama presdirnya menginap di rumahnya. Dan sesampainya di dalam kamar, Radika melepaskan jaketnya, dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, 15 menit ia habiskan wktunya untuk berendam di Bathtub, setelah di rasa cukup ia pun keluar dari kamar mandi, mengerikan rambutnya dengan handuk kecil dan langsung menggunakan kaus putih, ia berjalan menuju tempat tidur dan merebahkan tubuh lelahnya diatas sana sambil menatap langit langit kamar tersebut. Lama ia terdiam, seolah ada sesuatu hal yang menarik di atas sana.

"Setidaknya aku tidak sendiri malam ini."

Gumam Radika sebelum akhirnya ia terlelap dalam tidurnya.

* * * * *

* TO BE CONTINUED.

Terpopuler

Comments

Hesti Ariani

Hesti Ariani

belum taukah kalau yuka adik arka?

2021-04-13

1

Bintang Desember

Bintang Desember

Dika main nyelonong aja 😁

2021-03-31

1

Mirna Rayn

Mirna Rayn

😘😘😘

2021-02-15

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!