Baik, aku akan Menikah.

"Baiklah jika kau tetap keras kepala, biar Ayah yang menentukan. Sekarang juga kemasi barangmu, besok Ayah akan mengirimmu ke Belanda." Ucap tuan Kaiden dan langsung meraih ponselnya lalu menghubungi orang kepercayaan untuk membeli tiket penerbangan ke Belanda.

"Okey, aku akan menuruti keinginan Ayah."

Sesaat suasana menjadi sangat hening, tuan Kaiden menatap wajah anaknya lekat sambil menaikkan seblah alisnya dan langsung memutuskan sambungan telfonnya. Pria yang terlihat berwibawa dan gagah itu tersenyum tipis dan langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja, sambil menyedekapkan tangannya.

Kepuasan nampak terlihat jelas di wajah tegasnya. Berbeda halnya dengan Radika yang hanya pasrah menerima kekalahannya, dan untuk yang kesekian kali ia kembali tunduk dan mengikuti keinginan sang Ayah. Beda halnya dengan Arka yang saat itu juga melayang dengan pikirannya sendiri, sebab suatu hal yang luar biasa menurutnya, karena baru kali ini sikap Radika melunak dengan cepat di hadapan sang Ayah.

Ini hal yang baik, aku berharap apapun keputusan yang anda ambil bisa membuat Anda bahagia dan bisa melupakan hal-hal yang membuat Anda sakit dan sedih.

Batin Arka kembali menatap wajah Presdirnya yang sejak tadi masih tertunduk.

"Anda akan baik baik saja Tuan Muda." Gumam kecil Arka terus menatap Radika.

"Keinginan apa yang akan kau turuti?" Tanya tuan Kaiden menatap anaknya setelah sempat terdiam beberapa saat.

"Tidak mungkin menikah kan? Karena anak liar sepertimu tidak akan secepat itu untuk menerima ikatan." Lanjut tuan Kaiden menunggu jawaban dari Radika.

"Aku akan menikah."

Jawab Radika pelan, yang jawabannya tersebut sontak membuat Arka terkejut, begitupun dengan kakaknya Ziyi yang langsung menatap wajah sang Adik dengan kening yang menyatu.

"Ayah puas sekarang? Aku bisa saja menolak untuk menikah, tapi aku tidak bisa ke Belanda sendirian. Dan Ayah tau sendiri akan hal itu." Timpal Radika yang langsung beranjak dari duduknya.

"Aku sudah mengikuti perintah Ayah, dan aku berharap siapapun wanita yang nantinya akan aku nikahi, aku harap dia memiliki hati yang kuat dan kesabaran yang ekstra, tidak lemah ataupun cengeng. Ayah taukan, aku bukanlah pria yang baik, apalagi suami yang baik seperti keinginan mereka." Sindir Radika yang langsung melangkah keluar meninggalkan mereka yang masih terdiam dalam pikiran mereka masing-masing.

"Maaf tuan, Nona, suasana hati tuan muda sedang tidak baik, saya akan berusaha untuk menenangkannya. Tuan muda hanya butuh waktu." Ucap Arka membungkuk.

"Aku sudah bisa menebak keputusan apa yang akan dia ambil. Dan itulah tujuanku yang sejak awal menjadikanmu sebagai asisten pribadinya. Ketergantungannya padamu akan membuatnya selalu menuruti segala keinginanku. Dasar anak keras kepala, kenapa dia tidak pernah menyadari, aku melakukan semua ini demi kebahagiaan dia." Balas tuan Kaiden yang kembali menyamankan dirinya di atas sofa sambil menyesap secangkir kopi.

"Tapi Ayah, bukankah itu terlalu berlebihan, dengan memanfaatkan ketidak berdayaan Dika. Ayah tau sendirikan, anak itu tidak bisa tanpa ada Arka."

"Sudahlah Zi, lagipula dia sudah mengambil keputusan yang tepat untuk menikah." Sambung tuan Kaiden.

"Sepertinya Ayah belum memahami anak Ayah sendiri."

"Ayah sudah cukup memahaminya, Ayah  memberikan segalanya, apa yg menjadi kebutuhannya. Harta, uang, perusahaan, apalagi yang kurang?"

"Ayah.... "

Seru Ziyi "baiklah, kita bahas ini nanti." Ucap Ziyi menarik nafas dalam.

"Arka, kau boleh pergi. Tolong jaga Dika untukku. Aku benar-benar khawatir padanya sekarang." Pinta Ziyi memegangi lengan Arka dengan cukup kuat, nampak terlihat jelas kekhawatiran di wajah wanita itu.

"Baiklah Nona, anda tidak perlu khawatir." Balas Arka mengangguk pelan sambil tersenyum.

"Tuan, saya pamit undur diri, terimakasih atas waktunya." Ucap Arka kembali membungkuk untuk memberi hormat.

"Hmm.. Jaga anak itu baik baik. Entah di klub mana lagi dia akan menghabiskan waktunya dengan mabok mabokan, yang jelas orangku akan terus mengawasinya." Ucap Tuan Kaiden datar.

"Sudahlah Ayah."

Serga Ziyi dan kembali tersenyum pada Arka yang langsung berlalu dari hadapan mereka berdua. Dan semenit kemudian Tuan Kaiden kembali melihat tatapan kesal dari anak perempuannya yang seperti ingin mencekiknya saat itu juga.

"Hei, apalagi salah Ayah sekarang?" Tanya tuan Kaiden meraih sebuah koran untuk di bacanya, sepertinya ia enggan meladeni kekesalan Ziyi sekarang ini, Tuan Kaiden lebih memilih fokus untuk membaca koran, tampa ia sadari Ziyi sudah duduk tepat di hadapannya.

"Dulu Ibu sering bercerita waktu Ayah masih mudah Ayah lebih parah dari anak laki laki Ayah sekarang, apa Ayah lupa? Siapa yang tidur di pinggir jalan atau bahkan di depan tokoh saat mabuk, siapa yang menggedor gedor pintu rumah tetangga di jam 3 pagi untuk minta di temani mengobrol, dan siapa yang.... "

Kata kata Ziyi tertahan saat telapak tangan tuan Kaiden membekap mulutnya.

"Berhentilah mengungkit masa lalu, kau berani membuka aib Ayahmu." Protes Tuan Kaiden yang masih menempelkan telapak tangannya ke mulut Ziyi yang spontan langsung mencubitnya.

"Jika Ayah terus membahas soal klub, Ziyi akan menceritakan tentang semua kelakuan Ayah pada anak Ayah."

"Hei.. Hentikan. Kau mau membuat Ayah malu di depan anak itu? Dan jika urusan pernikahan Dika sudah selesai, giliran kau yang harus menikah. Kau sudah cukup umur Ziyi dan sudah waktunya untuk kau memiliki seorang suami."

"Jangan coba coba Ayah, Ziyi akan melakukannya jika Ziyi menginginkannya. Dan selama Ayah masih bersikap keras pada Dika, Ziyi akan terus berada di sampingnya." Ucap Ziyi sambil menekuk wajahnya dan langsung meninggalkan Tuan Kaiden yang masih melongo.

Perlahan tuan Kaiden menatap sebuah pigura besar yang terpampang di dinding tepat di hadapannya tersebut, pigura foto yang nampak sangat terawat.

"Apa kau sengaja menghukumku? Apa kesalahanku di masa lalu belum bisa kau maafkan." Guman tuan Kaiden yang terus menatap foto yang sedang tersenyum di dalam bingkai besar itu.

"Apa kau tau, sekarang aku sangat kewalahan menghadapi sikap keras kepala kedua anak kita, apa kau tau kalau aku sangat kesepian, maafkan aku sayang." Gumam kecil pria itu terdengar serak, tatapan matanya semakin nanar menatap bingkai foto itu yang seolah sedang menertawai keterpurukan juga rasa bersalahnya selama bertahun-tahun.

"Tidurlah Ayah... Berhenti mengajak Ibu berbicara."

Seru Ziyi saat sedang berjalan menuju pantry untuk mengambil air mineral. Dan 5 menit saat ia kembali nampak tergambar senyum di wajahnya karena tidak melihat Ayahnya lagi di sana. Ia bersyukur karena sekeras apapun tabiat Ayahnya, namun Ayahnya masih seorang yg penurut, selagi itu tidak berhubungan dengan Adiknya Radika. Sebab Ziyi tau, Ayahnya akan berubah menjadi sangat overprotective bila bersangkutan dengan Radika.

"Apa Ayah sudah tidur?" Tanya Ziyi pada Bibi Shu Asisten rumah yang sedang membersihkan ruangan itu.

"Sudah Nona, barusan." Jawab Bibi Shu tersenyum. Dan kembali ke pantry. Meninggalkan Ziyi di sana yang juga sedang menatap foto ibunya.

"Semua baik baik saja, Ibu tidak perlu khawatir, Dika anak yang baik, dia telah tumbuh menjadi anak yang kuat dan cerdas, sperti apa yang Ibu inginkan." Gumam Ziyi tersenyum

"dan bisakah Ibu memaafkan Ayah? Ayah sudah sangat menyesal sekarang, kasian Ayah yang selalu merasa bersalah tiap hari."

Ziyi menatap foto itu dengan senyumnya yang terlihat nampak sedih, mata coklatnya nampak berkaca, saat mengingat kejadian masa lalu yang membuat dirinya dan adiknya Radika terpaksa harus kehilangan ibu mereka. Dan hal itu membuat Ziyi semakin terisak.

*****

Mobil Arka melesat dengan kecepatan tinggi menelusuri jalan raya malam yang sudah nampak sepi, malam yang di penuhi kabut, suasana nampak hening di dalam mobil yang sedang melaju, tidak ada satu kalimatpun yang terdengar disana. Arka tetap fokus pada kemudinya dan sesekali ia melirik Presdirnya yang masih memejam lewat kaca di hadapannya. Hal itu membuat Arka semakin khawatir dan saat ini ia benar benar sangat mengkhawatirkan kondisi Radika apabila mengingat tuan Kaiden yang memanfaatkannya hanya untuk membuat Radika tunduk dan mengikuti segala kehendak dan perintahnya.

"Tuan muda, apa kita akan langsung ke Rumah anda?" Tanya Arka perlahan memecahkan keheningan di mobil tersebut.

"Kita ke club." Jawab Radika yang hanya di jawab anggukan pelan oleh Arka.

Ini akan menjadi malam yang panjang. Batin Radika.

"Apa Anda baik baik saja?" Tanya Arka lagi untuk kembali meyakinkan.

"Yah, bukankah aku harus baik baik saja? Berhentilah khawatir Arka, alkohol akan membuatku baik baik saja, dan tugasmu hanya perlu menemaniku." Ucap Radika terkekeh, meskipun Arka tau jika saat ini Radika hanya sedang berusaha keras untuk menutupi kesedihannya juga rasa takutnya.

"Maaf Tuan, soal pernikahan itu, apakah Tuan Muda yakin untuk melakukannya?"

"Itu hanya sebuah pernikahan, dan meskipun ada pernikahan sesuai keinginan Ayah, aku tidak akan pernah membiarkan diriku terikat oleh siapapun, meskipun dia istriku. Never. Dan aku yakin cepat atau lambat wanita itu akan segera meninggalkanku. Karena aku tidak mempunyai cinta untuk membuat wanita itu bertahan. Dia tidak akan pernah mendapatkan itu." ucap Radika.

"Lalu apa saya boleh mengetahui, ide Anda yang Tempo hari? Bukankah sebelumnya Anda mengatakan sudah mendapat ide?"

"Apa menurutmu itu akan berguna sekarang? Pria tua itu sudah mengambil keputusan, Siap lagi yang bisa membantahnya. Padahal saat itu aku sudah berencana untuk menjodohkan Ayah dengan seorang wanita." Jawab Radika santai yang sontak membuat Arka tersedak liur sendiri. Ia tidak menyangka Radika mempunyai ide sekonyol itu.

Kenapa tiba tiba saja aku merasa menyesal karena telah menanyakan ide itu. Batin Arka mengelus dada.

"Tapi Tuan, bukankah itu adalah hal yang sulit? Anda tau sendiri, bila Ayah anda ingin menikah, bukankah sudah sejak dulu dia melakukannya. Saya rasa tuan tidak ingin menikah lagi. Buktinya sampai sekarang Tuan masih sendiri. Bahkan itu sudah 25 tahun lamanya."

"Aku tidak peduli, yang aku fikirkan mungkin Ayah akan berhenti menyuruhku menikah bila ia sudah menikah duluan dan memiliki seorang istri. Aahh sial... Singa tua itu terlalu cepat, aku bahkan di paksa untuk menyerah, sia sia aku memikirkan ide selama ini." Balas Radika mengusap wajahnya kasar.

"Dan sebaiknya anda melupakan ide itu Tuan,"

Balas Arka memarkirkan mobilnya di depan sebuah club besar yang telah menjadi tempat Radika untuk meluapkan kekesalannya.

* * * * *

* TO BE CONTINUED.

Terpopuler

Comments

Bintang Desember

Bintang Desember

like Thor, bini Dika siapa nantinya?

2021-03-31

1

Mirna Rayn

Mirna Rayn

ceritanya tdk membosankan

2021-02-15

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!