Suasana yang selalu tenang di sebuah kediaman milik keluarga Kaiden. sebab para pelayan sudah sangat sibuk mengerjakan tugas mereka masing-masing. Dan di satu ruangan yang cukup luas yang terletak di tengah-tengah Mansion tersebut nampak terlihat sang Tuan besar pemilik Mansion yang sedang duduk termenung hingga satu sosok yang tidak lain adalah Ken, asistennya yang sepertinya baru saja datang dari arah ruang tamu, hingga membuat Tuan Kaiden sedikit memperbaiki posisi duduknya, yang tadinya sedang menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi dengan tatapan yang mengarah ke luar jendela yang langsung terhubung dengan sebuah taman bunga mawar yang sangat luas itu jadi sedikit menegakkan tubuhnya sambil mengangguk pelan saat asistennya tersebut membungkuk untuk memberikan hormat padanya.
"Apa kau sudah mengumpulkan semua informasi tentang gadis itu?"
Tanya tuan Kaiden kepada Ken yang sudah berdiri tepat di sampingnya dengan anggukkan yang sangat sangat meyakinkan. Dan sambil duduk dengan menyilangkan kakinya, Tuan Kaiden meraih sebuah map biru yang Ken sodorkan untuknya, dan dengan sangat serius ia mengamati kertas tersebut, kadang terlihat pria paru baya itu mengeritkan keningnya, kadang juga terlihat ia menyunggingkan sudut bibirnya ke atas, seolah isi dari map biru yang tengah ia baca tersebut sangat menarik buatnya, hingga beberapa menit kemudian nampak senyum smirk terlihat di wajah tampan pria tersebut.
"Data ini sudah benar?"
"Iya Tuan, saya juga sudah menyiapkan beberapa orang kita untuk mengawasi dan melindungi gadis itu." Jawab ken.
"Jangan sampai mereka tahu kalau kita sedang mengawasi gadis itu. Sebelum semua rencana ini berhasil. Apa kau mengerti Ken? Dan satu lagi." kalimat Tuan Kaiden terhenti. "Kau harus melindungi gadis itu seperti kau melindungi nyawamu. Kau tau kan siapa gadis itu." lanjut Tuan Kaiden sambil menatap Ken tajam.
"Iya Tuan, saya melakukannya dengan sangat hati-hati, dan saya pastikan, Nyonya muda akan selalu aman."
"Bagus." Balas Tuan Kaiden mengangguk pelan yang lagi-lagi kembali menunjukkan senyum smirknya.
"Lalu bagaimana dengan pria yang sudah memukuli Dika di klub malam itu? apa kau sudah membereskannya?"
"Dia sudah mendekam di balik jeruji Tuan, dan di dalam kasus ini, tidak ada bukti sedikitpun yang memberatkan Tuan Muda. sebab Tuan Muda memang tidak bersalah."
"Anak itu, dan di mana Arka pada saat itu? kenapa hanya ada Dika di sana?"
"Sepertinya Tuan muda sengaja menyuruh Asistennya untuk pulang Tuan."
"Agar dia bisa membuat keributan seperti biasa, memalukan. Kenapa mesti bermasalah dengan seorang wanita. Dan juga, sebenarnya apa yang telah di lakukan wanita itu kenapa Dika sampai ia semarah itu?"
"Ah itu Tuan.. Masalahnya ada pada Wanita itu yang berusaha memaksa Tuan Muda untuk.. " Jawab Ken ragu, bahkan ia tidak melanjutkan kata katanya, sebab hal itu cukup memalukan untuk di ceritakan. Biar bagaimanapun Ken sempat menyaksikan kejadian tersebut, bagaimana dengan rakusnya wanita klub yang menemani Tuannya malam itu menciummi bibir Tuannya dengan paksa hingga membuat Sang pemilik bibir tersebut murka.
"Untuk apa?" tanya Tuan Kaiden lagi mengernyit sekaligus penasaran, apalagi saat melihat ekspresi wajah Ken yang langsung berubah drastis.
"Wanita itu berusaha untuk mencium Tuan muda."
"Tsk. Masih punya malu juga ternyata anak itu."
"Dari yg saya lihat, Tuan muda memang tidak pernah melakukan hal-hal buruk kepada seorang wanita, bahkan ia tidak pernah bertindak yang lebih jauh dengan semua wanita yang ia temui di klub Tuan, yang saya tau, semua wanita yang ia temui hanya sebatas menemaninya saja untuk minum, selain itu Arka juga selalu menjaganya dengan sangat baik."
"Aku percaya pada Arka. Tapi anak itu. Dia terlalu liar, aku khawatir akan seliar apa dia bila suatu saat tidak bersama Arka lagi. Karena selama ini hanya Arka yang bisa mengontrol emosinya, di bandingkan aku sebagai Ayahnya sendiri. Ahh anak sialan itu. Kapan dia akan berhenti membuatku khawatir."
"Tenanglah Tuan. Mungkin Sikap tuan muda seprti ini karena.. " kalimat Ken menggantung, ia tiba-tiba menyadari satu hal, tidak seharusnya ia mengungkit masa lalu yang akan membuat Tuan Kaiden bersedih.
"Aku tau, dia masih belum menerima kematian ibunya" balas Tuan Kaiden yang bahkan terlihat baik-baik saja. sungguh di luar ekspetasi Ken yang sempat mengira Tuan Kaiden akan kembali bersedih.
"Maaf Tuan, saya tidak bermaksud mengingatkan Anda tentang masa lalu anda, saya.."
Kalimat ken terhenti saat Tuan Kaiden mengangkat satu tangannya mengisyaratkan kepada Ken bahwa dia baik baik saja.
"Tidak apa apa Ken. Semua yang sudah terjadi adalah murni kesalahanku. Jadi mau tidak mau aku harus terus mengingat semuanya, bahkan sesakit apapun itu."
"Tapi Tuan, bukankah ini sudah sangat lama berlalu. Tidak seharusnya Tuan memikirkannya terus."
"Yah, memang sudah sangat lama buatku. Tapi tidak bagi Dika, bahkan kejadian itu seolah baru terjadi kemarin."
"Saya mengerti Tuan."
"Yang jelas, aku sangat menginginkan Dika agar menikah dengan gadis yang tepat, kau mengerti kan siapa gadis yang aku maksudkan?"
"Iya Tuan." Jawab Ken mengangguk paham hingga membuat Tuan Kaiden terlihat sedikit lega.
"Kembali lah bekerja" balas Tuan Kaiden yang langsung mengakhiri pembicaraan di antara mereka.
"Baik, saya permisi Tuan."
Jawab Ken membungkuk dan terus berjalan keluar meninggalkan Tuan Kaiden yang masih duduk termenung di sofanya, sambil meraih pemantik di atas meja untuk membakar rokoknya, menghisapnya secara perlahan, lalu menghembuskan asap rokoknya ke udara. Bahkan Ia tiba-tiba saja mengingat kembali suatu kejadian 26 tahun lalu yang selalu membuatnya larut dalam penyesalan sampai sekarang ini.
* Flashback.
PRAAANKKK...
Suara pecahan kaca terdengar bersahutan di dalam ruangan tersebut, ruangan yang sudah terlihat sangat berantakan dengan pecahan keramik yang berceceran di lantai keramik. Malam itu adalah malam yang paling menyakitkan buat kedua pasangan yang saat itu saling meluapkan emosi, kemarahan dan juga kekecewaan dengan air mata yang terdengar pilu, suara pecahan guci keramik yang Lagi-lagi terdengar bersamaan dengan isak tangis seorang wanita yang saat ini tengah menutupi wajahnya dengan menggunakan kedua telapak tangannya, saat melihat pecahan dari vas bunga kristal kembali berserakan di lantai.
"Aku tidak akan menceraikan mu, tidak akan pernah."
Teriak pria itu sambil mencengkram kuat bahu istrinya yang semakin terisak. Bahu sempit itu nampak bergetar karena berusaha menahan tangisnya yang sepertinya akan meledak jika ia tidak menahannya sedikit saja.
"Lepaskan aku Kai, kau sudah menyakiti ku, apa belum cukup kau menyakiti hatiku? Sekrang kau juga akan menyakiti tubuhku?" Balas wanita itu meringis menahan sakit pada bahunya yang masih di dalam cengkraman suaminya.
"Tidak.. tidak.. Aku tidak bermaksud untuk menyakiti mu sayang, maaf kan aku, aku mohon, maafkan aku Adena."
Balas Tuan Kaiden yang dengan cepat melepaskan cengkraman tangannya dan langsung membawa tubuh mungil istrinya kedalam pelukannya, didekapnya tubuh itu dengan sangat erat seolah tidak ingin melepaskan tubuh yang masih terisak itu, bahkan wanita itu kembali berontak, berusaha untuk melepaskan dirinya dari dekapan erat suaminya yang justru membuat nafasnya sesak.
"Aku tidak bisa Kai." Ucap wanita itu dengan suara pelan dan bergetar.
"tidak ada maaf bagi seorang penghianat sepertimu. Kau membohongiku dengan sangat kejam." Lanjutnya lagi sambil memukuli punggung suaminya berulang-ulang kali, meremas baju kemeja suaminya dengan sangat keras lalu menariknya.
"Aku tau, aku tau.. Aku.. Aku sungguh menyesal sayang, aku akan memperbaiki semuanya, aku akan menyelesaikannya, jadi aku mohon Adena tetaplah di sampingku." Balas Tuan Kaiden yang semakin erat mendekap tubuh istrinya, suaranya mulai serak, saat ini ia sedang menangis. Bahkan istrinya dapat merasakan tubuh yang bergetar itu.
"Aku mohon Adena, jangan tinggalkan aku, aku benar-benar tidak bisa kehilanganmu, aku belum siap untuk itu, dan aku tidak akan pernah siap untuk melepaskanmu." Bisik Tuan Kaiden sambil menyembunyikan wajah sedihnya di curuk leher istrinya yang untuk sesaat masih bungkam dengan air mata yang terus menetes dari pelupuk matanya, hingga akhirnya ia mendorong dada Tuan Kaiden hingga dekapan Tuan Kaiden terlepas dengan tubuh yang sedikit terhuyung kebelakang.
"Menjauhlah dariku Kai." Pinta Adena perlahan, air matanya kembali menitik saat mengingat kejadian siang tadi.
"aku membencimu, kenapa kau tidak pernah memikirkan perasaan putra kita, bukan hanya aku yang kau sakiti Kai, kau juga menyakiti hati anakmu, dan kenapa putra kita harus melihat kelakuan bejat ayahnya sendiri."
Teriak wanita itu kembali mendorong tubuh suaminya yang hanya terdiam dengan sangat keras, hingga membuat tubuh Tuan Kaiden lagi-lagi terhempas kebelakang. Adena berlari sambil mengusap wajahnya yang di penuhi air mata. Ia terus berlari keluar meninggalkan Tuan Kaiden yang hanya tertunduk dengan mata yang kembali berkaca. Bahkan pria itu kembali menagis, pria itu terisak sambil terus mengutuk dirinya sendiri atas kesalahan yang tidak sengaja ia lakukan.
"ARRRGGGHHHH... "
Teriakan keras Tuan Kaiden bahkan memenuhi ruangan tersebut. Ia mengusap wajahnya kasar dan dengan membabi buta kembali menghancurkan semua guci yang berada di ruangan tersebut hingga hancur berkeping-keping.
"Aku tidak bisa melepas wanita itu sayang, dia sedang mengandung sekarang. Tapi aku juga tidak mungkin menceraikan mu Adena. Kau istriku satu satunya." Gumam Tuan Kaiden terduduk di sofa. Ia menjabat rambutnya dengan keras,
"maafkan aku sayang, maafkan keegoisanku. Aku berjanji setelah semua masalah ini berakhir, kau, aku, Ziyi dan Dika akan hidup bahagia."
Butiran bening menetes di sudut mata pria itu, saat kenangan masa lalu yang selalu di sesalinya sampai saat ini kembali hadir di ingatannya, dan lagi-lagi selalu membuatnya menitikkan air mata. Meskipun beribu ribu kali ia mengucapkan kata maaf dan penyesalan namun hal itu tidak akan pernah lagi mengembalikan seseorang yang sangat di sayanginya.
"Ayah.. "
Suara lembut Ziyi membangunkan Tuan Kaiden dari lamunan panjangnya, dengan cepat ia mengusap air mata yang menetes dan sedikit membasahi wajahnya.
"Apa Ayah merindukan Ibu lagi?" Tanya Ziyi perlahan sambil mendudukkan tubuhnya di samping sang Ayah yang masih di selimuti kesedihan yang mendalam, dan saat menatap wajah yang terlihat sendu itu, Ziyi hanya bisa menarik nafas dalam, ia bahkan masih bisa melihat dengan sangat jelas kesedihan dan penyesalan di mata Ayahnya, kesedihan yang sudah bertahun-tahun mengakar di hati yang keras itu.
"Bukankah kau tau, Ayah selalu merindukan Ibu kalian tiap saat, tapi kenapa, rasa rindu ini sangat berbeda. Ayah sama sekali tidak bahagia Ziyi, di saat Ayah mulai merindukannya maka rasa sakit itu akan datang bersamaan, hingga membuat Ayah sesak."
"Ayah, berhentilah menyalahkan diri Ayah sendiri."
"Sepertinya Ibu kalian belum bisa memaafkan Ayah. Dia masih sangat membenci Ayah."
"Ayah.. Itu salah.. Ibu wanita yang sangat baik, dan dia pasti sudah memaafkan segala keslahan Ayah, Ibu sangat mencintai Ayah, dan Ziyi tau itu. Jadi mulai saat ini berhentilah menyalahkan diri Ayah sendiri, Ayah juga berhak merasakan bahagia tanpa harus hidup dengan rasa penyesalan terus menerus."
"Entahlah Nak. mungkin ini hukuman untuk ayah atas segala kesalahan Ayah dulu."
Balas Tuan Kaiden menghela nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan, berharap rasa sakit dan penyesalan yang ada di hatinya bisa menghilang, namun sepertinya itu hal yang sangat mustahil, sebab sedetikpun ia tidak bisa melupakan kejadian itu. sedang Ziyi yang masih menemani sang Ayah hanya bisa terdiam dengan air mata yang mulai menetes. Sebab apa yang dipikirkan Sang Ayah tentang kebencian ibu mereka adalah salah, bahkan ia masih mengingat bagaimana Sang ibu yang dengan isakkannya mengatakan jika ia sangat mencintai Tuan Kaiden, ia juga bisa merasakan bagaimana ibu mereka sangat menyayangi Ayah yang saat itu sudah menyakiti dan membuat mereka kecewa, meskipun demikian, sejak kejadian itu dan sampai saat inipun, Ziyi masih sangat yakin jika sang Ayah tidak sepenuhnya salah, ia masih sangat yakin jika semua hanya sebuah salah paham saja. Dan saat ia selalu melihat kesedihan sang Ayah yang hingga saat ini masih belum hilang sangat membuat Ziyi yakin jika Ayahnya tidak mempunyai niat sedikitpun untuk melukai dan menghancurkan keluarga mereka.
* * * * *
* TO BE CONTINUED
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Bintang Desember
Tapi kenapa Dika?kasian Ayuka 😭
2021-03-31
1
Mirna Rayn
makin seru... 😊😊😊
2021-02-15
2